Senin, 29 Juni 2015

Alumni Euro

Kunjungan alumni PPS S1 Prancis angkatan 2013-2014 grup Ampere ke kantor Euro Management Indonesia pada hari Senin, 29 Juni 2015.

Para alumni bertemu dengan siswa/i PPS S1 Jerman 2015-2016 grup Adenauer dan PPS S1 Prancis 2015-2016 grup Descartes untuk sharing pengalamannya selama di Prancis.



Calon Ketua Angkatan

Pengarahan kepada calon ketua dan wakil ketua PPS S1 Jerman 2015-2016 grup Adenauer dan PPS S1 Prancis 2015-2016 grup Descartes agar menjadi seorang pemimpin yang tegas dan bertanggung jawab. Salah satu dari mereka akan menjadi pimpinan teman-teman seangkatannya ketika di Indonesia dan di Jerman juga Prancis.




Minggu, 28 Juni 2015

Masa Bakti

Penganugerahan untuk karyawan Euro Management Indonesia yang telah bekerja selama 4 tahun, 6 tahun dan 8 tahun. Saya harap semua karyawan lebih loyal dalam bekerja dan karyawan senior memberikan contoh yang baik dan menjadi teladan bagi karyawan baru.





Minggu, 21 Juni 2015

Kayo Shimokawa

Kunjungan Kerja dan Partnership
Kayo Shimokawa (Japan Desk Manager Marketing & Japanese Language Teacher)
9 Oktober 2014
Kantor Euro Management Indonesia




Sabtu, 20 Juni 2015

Hari Kedua Ramadhan

Hari kedua Ramadhan di Euro Management Indonesia. Saya dan anak-anak ngabuburit bareng staf, karyawan, Siswa PPS S1 Jerman dan Prancis. Acara dimulai dengan penampilan kreasi seni dari siswa PPS S1 Jerman dan Prancis, Pemaparan tentang Ramadhan di Eropa dari Praktikan asal Prancis (a.n Fatimah), Games, Ice breaking, buka bersama, solat magrib berjamaah dan makan bersama.


Kamis, 18 Juni 2015

Presidential Lecture

Presidential Lecture 

Prof. Dr. Ing BJ Habibie-Presiden RI ke-3
Sabtu, 7 September 2013
Pukul 08.00-16.00 WIB
Smesco Building

"Kemandirian Bangsa menuju Indonesia Maju 2025"







Rabu, 17 Juni 2015

"Marhaban Yaa Ramadhan"

"Marhaban Yaa Ramadhan"

Keluarga Besar Bimo Sasongko, BSAE, MSEIE, MBA & Dwireka Novitria, SH
Mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1436 H / 2015 M



Presidential Lecture

Senin, 30 Maret 2015
Pukul 16.00-17.00 WIB
Tempat: Rumah peradaban Presiden RI ke-3, Prof.Dr.Ing.Bacharuddin Jusuf Habibie
Jl.Patra Kuningan XIII No.5-7, Jakarta Selatan

"Kunjungan kehormatan dan audiensi kepada Presiden BJ.Habibie"

  1. Memaparkan kesiapan jajaran IABIE dalam rangka menjalankan acara Presidential lecture ke-2 tahun 2015 dihadapan Prof.Dr.Ing.Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai host acara yang akan mengundang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
  2. Bapak Presiden Prof.Dr.Ing.Bacharuddin Jusuf Habibie menerima dengan ramah dan terbuka delegasi IABIE di ruangan favorit Presiden BJ.Habibie.
  3. Penutupan dilakukan dengan pemberian plakat khusus untuk Bapak Presiden Prof.Dr.Ing.Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai ucapan terimakasih telah menerima delegasi IABIE dengan baik.




Senin, 15 Juni 2015

Studium Generale & Motivation Building

Acara Studium Generale & Motivation Building

Hari: Sabtu, 13 Juni 2015
Pukul: 13.00 s/d 17.00 wib
Tempat: Amazing Hotel

Pemateri:
1. Prof.Dr.H.Arief Rachman, M.Pd
2. Dipl.Ing.Dr. Kartiko Eko Rachman, M.Pd

Motivator: Bapak Wahyudi

Acara ini merupakan acara wajib bagi Siswa PPS S1 Jerman dan Prancis karena disini mereka diberi pengarahan oleh pemateri yang ahli di bidangnya, diberikan tips & trik menjadi mahasiswa yang sukses. Selain itu siswa diberikan motivasi sehingga mereka semakin yakin dengan pilihannya dan bertanggungjawab akan hal itu. Acara ini dihadiri oleh 100 siswa PPS S1 Jerman dan Prancis beserta orangtua.


Artikel Tentang saya di Tabloid "The Politics" 12 - 25 Juni 2015 / Edisi 15 / Th IV Hal.9



Bimo Sasongko, BSAE, MSEIE, MBA,
President Director & CEO Euro Management Indonesia
(Tabloid "The Politics" 12 - 25 Juni 2015 / Edisi 15 / Th IV Hal.9)

Tokoh Muda pencetak 2000  Kader Bangsa, 2000 Anak Bangsa di Jantung Eropa.
Kiprah Bimo Sasongko BSAE, MSEIE, MBA di dunia pendidikan sudah dirintis sejak tahun 2002. Saat itu Ia mendirikan Euro Management Indonesia, sebuah konsultan pendidikan Internasional untuk pengurusan studi di Uni Eropa, khususnya di Jerman dan Perancis. Berkat gebrakannnya hingga kini lebih dari 2000 siswa/I tamatan SMA dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia sukses menempuh studi program S1 dan S2 ke negara-negara tersebut dengan biaya relatif murah bahkan gratis. Seperti apa?



Kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan membuat Bimo Sasongko, BSAE, MSEIE, MBA sebagai salah satu tokoh pendidikan yang sukses mengantarkan para kader bangsa untuk bisa kuliah di luar negeri dengan biaya terjangkau. Kuliah di luar negeri bagi banyak orang terkendala dengan mahalnya biaya pendidikan dan biaya hidup yang tidak sedikit. Namun Bimo Sasongko, BSAE, MSEIE, MBA, melakukan gebrakan untuk menghapus stigma tersebut.
Setelah lulus S1 dan S2 di Amerika Serikat melalui program beasiswa Habibie, Bimo kuliah lagi untuk mengambil gelar MBA di Fachhochschule (University of Applied Sciences) Pforzheim, Jerman. Ia memilih Jerman karena sekolah di sana gratis. Karena itulah, ia berangan-angan setelah pulang ke Indonesia akan membuka institusi konsultasi pendidikan yang tahu persis kondisi di Eropa terutama Jerman. Di tahun 2002, pria kelahiran 4 Februari 1972 kemudian mendirikan institusi konsultan pendidikan untuk membantu calon mahasiswa/I yang ingin melanjutkan kuliah di Eropa, yang diberi nama Euro Management Indonesia. Saat itu Bimo menyusun business plan terlebih dahulu dan setelah kembali ke Indonesia di tahun 2003, ia pun langsung menyewa sebuah kantor kecil, mencetak brosur dan dibagi-bagikan ke SMA-SMA dan tempat-tempat lain.
Respon masyarakat sangat bagus, di tahun pertama, ada sekitar 20 siswa yang mendaftar. Tahun berikutnya, jumlah pendaftar melonjak menjadi 50 orang, tahun 2005 ada 70 orang dan tahun 2006 berjumlah 90 orang. “Sejujurnya saya tak menduga perkembangan Euro Management bisa seperti ini. Euro Management Indonesia saya dirikan dengan tujuan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi calon mahasiswa Indonesia untuk dapat melanjutkan studinya baik program S1, S2 maupun S3 di Eropa. Saat saya belajar di Jerman, saya merasakan sekali bahwa kuliah di sana biayanya tidak besar bahkan gratis, dan saya berangan-angan nanti kalau pulang ke Indonesia akan membuat institusi pendidikan yang tahu persis kondisi Eropa, terutama Jerman & Prancis,” jelas Bimo Sasongko, BSAE,MSEIE,MBA ini.
Ayah dari lima anak dan suami dari Dwiereka Novitria ini merasakan sendiri nilai plus kuliah di Jerman dan Prancis.  Biaya pendidikan gratis di Jerman dan Prancis berlaku untuk semua tingkat pendidikan. Hal itu karena pemerintah di Jerman dan Prancis membebankan pajak yang tinggi kepada rakyat, hasilnya dikembalikan lagi dalam bentuk pendidikan dan kesehatan gratis. Sehingga mahasiswa hanya perlu menanggung biaya hidup dan jumlahnya lebih kurang sama dengan di Negara-negara lain, termasuk Indonesia, bahkan bisa lebih kecil.
“Biaya hidup selama kuliah di Jerman dan Prancis pun sebenarnya bisa lebih ringan jika mahasiswa mau mencari pekerjaan part time yang banyak tersedia. Misalnya kalau bekerja maksimal 20 jam perminggu selama masa kuliah, kita bisa mendapatkan 325 Euro perbulan. Bahkan mahasiswa berhak mendapatkan pekerjaan full time selama masa liburan 3 bulan, 40 jam perminggu, dengan rata-rata pendapatan antara 750-1000 Euro perbulan. Selain itu, universitas di Jerman dan Prancis mewajibkan mahasiswa untuk mengikuti magang selama masa program kuliah di berbagai perusahaan Jerman dan Prancis, minimal 2 semester penuh dengan pendapatan antara 300 hingga 1000 Euro perbulan,” terang pria yang hobi traveling dan hiking.
Tak hanya itu, setelah lulus kuliah dan kembali ke tanah air, para alumni biasanya mendapat bantuan dari pemerintah Jerman berupa transport dan tiket pulang senilai 2000 Euro, buku-buku senilai 100 Euro pertahun, gaji sebesar 450 Euro perbulan selama 18 bulan dan bantuan peralatan kerja sebesar 10.000 Euro.
Kualitas pendidikan di Jerman dan Prancis juga tak diragukan lagi karena Jerman dan Prancis adalah Negara maju yang perkembangan teknologinya sangat pesat, dan saat ini bersaing ketat dengan Negara Amerika Serikat dan Jepang.
Dan tak kalah pentingnya adalah keamanan tinggal di Jerman dan Prancis, termasuk bagi umat Islam. Di Jerman dan Prancis banyak berdiri masjid, restoran halal dan fasilitas-fasilitas lain yang sangat dibutuhkan oleh umat Islam. “Bahkan banyak perempuan di sana yang berjilbab. Memang ketika peristiwa 9 September 2001, warga Jerman sempat curiga juga kepada warga muslim. Tapi itu hanya sebentar. Setelah itu sikap mereka normal kembali. Sebab pada dasarnya masyarakat Jerman tidak punya masalah dengan umat Islam.” Jelas lulusan S1 Teknik Pesawat Terbang di North Carolina State University dan S2 Teknik Industri di Arizona State University, keduanya di Amerika Serikat.
Pria ini menjelaskan bahwa untuk syarat studi di Jerman sangat gampang yaitu: telah lulus SMA atau SMk dengan nilai rata-rata tidak kurang dari enam, memiliki dana yang memadai untuk pengurusan dokumen keberangkatan dan biaya pendidikan untuk kursus bahasa Jerman dan beberapa materi lain.
Dengan biaya sebesar Rp.59.700.000, peserta didik Euro Management sudah mendapatkan fasilitas-fasilitas berupa kursus bahasa Jerman atau Prancis selama 6 bulan dengan pengajar local dan native speaker, pengurusan dokumentasi-dokumentasi (passport dan lain-lain) dan cultural workshop. “Memang tidak ada jaminan bahwa setiap peserta didik di Euro Management akan diterima kuliah di Jerman atau Prancis tapi tidak perlu khawatir karena syarat penerimaan mahasiswa di Jerman dan Prancis itu sangat mudah. Pada prinsipnya di Jerman dan Prancis siapapun boleh mengecap pendidikan. Yang paling penting hanya lulus dalam bahasa Jerman atau Prancis serta lulus dalam tes matematika dasar.” Ujar Bimo.
Bimo menilai bahwa melanjutkan sekolah ke Jerman merupakan pilihan yang paling ideal saat ini. Sekarang masih banyak orang berpikir bahwa kuliah S1 cukup dalam negeri saja. Setelah itu, baru cari beasiswa ke luar negeri. Padahal biaya pendidikan di Jerman dan Prancis benar-benar gratis.” Jadi sebenarnya para lulusan SMA atau SMK kita bisa langsung melanjutkan S1 ke Jerman dan ke Prancis bahkan melanjutkan S2 dan S3 pun bisa, tanpa harus mengambil beasiswa. Sekembalinya dari Jerman dan Prancis, mereka bebas bekerja dimana saja karena taka da ikatan,” tegas Bimo.
Tak hanya ke Jerman saja, mulai tahun ini lembaga yang dipimpin Bimo akan membuka kesempatan bagi siswa Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke Negara Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang. Dan akan dibuka pendaftaran ke Negara-negara Skandinavia. Dalam jangka panjang, Euro Management akan terus membuka kesempatan pendidikan ke Negara-negara Eropa lainnya.
Kini Euro Management Indonesia telah berkembang pesat menjadi sebuah konsultan pendidikan internasional terbesar di Indonesia yang secara terpadu dan terintegrasi membantu calon siswa-siswi Indonesia yang ingin melanjutkan studinya ke berbagai perguruan tinggi terbaik dan ternama di Negara-negara Eropa, khususnya di Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Australia dan Jepang.
Kreativitas Bimo Sasongko untuk membantu masyarakat belajar ke luar negeri patut diacungi jempol. Bimo merasa miris, karena jumlah mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri lebih sedikit dibandingkan Vietnam. “Contohnya, kalau ada 10 mahasiswa Indonesia belajar di Jerman, mahasiswa Vietnam bisa mencapai 70 orang. Bayangkan bagaimana keadaan negaranya 20 tahun ke depan dibandingkan kita, “ujarnya. Bahkan Jepang yang sudah amat maju masih juga menyekolahkan mahasiswanya ke Amerika.
Di bawah payung PT Euro Management Indonesia (EMI) Bimo kerap mendatangi berbagai institusi untuk menjelaskan pentingnya sekolah di Jerman dan Perancis ini. Saat berbicara di Kementrian Industri Negara Informasi dan Teknologi, banyak yang terkejut soal pendidikan gratis. “Institut ini telah menetapkan pendidikan bagi karyawannya ke Australia dan Amerika. Jadi sulit untuk berubah”, kata Bimo.
Bimo pun bergerilya melakukan berbagai terobosan dalam menyosialisasikan EMI. Saat ini EMI intens masuk ke berbagai sektor seperti kalangan BUMN. “Membangun fasilitas memang tak buruk, tapi alangkah baiknya menyediakan dana long term investment bagi beasiswa ke Jerman atau Prancis yang bisa berasal dari dana corporate social responsibility (CSR0 lembaga itu, “jelasnya.
Bimo juga berharap ada dukungan pemerintah, seperti pernah dilakukan mantan presiden RI Prof. B.J. Habibie melalui program beasiswa keluar negeri bagi mahasiswa Indonesia. Usai mengeyam pendidikan tingkat S1 dan S2 ke atas, para lulusan banyak yang ditempatkan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sayangnya program ini hanya berjalan pada 1980-an sampai 1995.
Dukungan dari perbankan juga dibutuhkan, seperti Amerika dan Malaysia yang pendidikannya dibantu perbankan. Misalnya warga Amerika untuk sekolah S1 harus menyiapkan US$2.000, sementara untuk pendidikan yang sama, orang asing harus menyediakan dana minimal us$ 20 ribu. “Namun biaya yang minim itu bagi sebagian orang Amerika masih juga terasa berat. Untuk menumbuhkan kemadirian, orang tua akan menyuruh anak yang hendak kuliah itu untuk meminjam ke Bank. Nanti, setelah lulus dan bekerja, anak tadi wajib mencicil pinjamannya. Begitu juga di Malaysia. Negara ini memberikan pinjaman dengan jaminan ijazah SMA. Soal pembayaran dilakukan setelah anak tadi lulus dan bekerja. Kalau anak itu mampu langsung membayar lunas, ada diskon yang diberikan perbankan. Indonesia tidak atau belum melakukan hal itu,”terangnya.Demi Indonesia yang lebih baik, Bimo berharap seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah, dan perbankan bersinergi dalam membangun skema pembiayaan pendidikan model ini. Semoga!!


Minggu, 14 Juni 2015

Pendirian IABIE





PENDIRIAN IKATAN ALUMNI PROGRAM HABIBIE

Pada tahun 1982 – 1996, Prof. Dr. B.J Habibie yang saat itu adalah Menteri Negara Riset dan Teknologi membuat sebuah program unggulan yang bernama OFP, STMDP, STAID, IPTN dan PT PAL dimana para lulusan SMA terbaik di seluruh Indonesia yang berjumlah ±1500 dikirimkan untuk melanjutkan studi S-1 di bidang Sains & Teknologi ke beberapa negara maju di dunia diantaranya Jerman, USA, Perancis, Belanda, Inggris, Australia, Kanada, Austria, dan Jepang.

Pada tahun 1990, melalui proses seleksi yang sangat ketat, saya berhasil mendapatkan program beasiswa yang sangat prestigious pada saat itu melalui program STAID angkatan pertama  untuk melanjutkan program Studi di Amerika.

20 tahun berlalu sejak berakhirnya Program Beasiswa tersebut, saya dan beberapa alumni lainnya merasa sudah saatnya bertemu kembali untuk menciptakan terjadinya silaturahim yang selama ini terputus serta mempertegas cita-cita dan gagasan yang  pernah ada, bersinergi dan berkarya untuk kontribusi yang lebih besar bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Tepat pada hari Jumat 2 Agustus 2013, Ikatan Alumni Program Habibie yang digagas langsung oleh   saya dan beberapa alumni lainnya berhasil diresmikan dihadapan Notaris Ummu Imama serta disaksikan oleh Presiden Republik Indonesia ke-3, Prof. Dr. B.J Habibie Rumah kediaman Prof. Dr. B.J Habibie, Patra Kuningan, Jakarta.