Rabu, 24 Februari 2016

STK Nordhausen

Jumat, 20 Februari 2016

Kunjungan ke Studienkolleg Nordhausen dalam rangka menjalin kerjasama untuk pelaksanaan Aufnahmetest di Jakarta. Dalam kunjungan ini pihak Euro Management Indonesia yang diwakili oleh Ibu Dewi Pangestuti selaku pendamping siswa PPS S1 Jerman, STK Berlin disambut baik oleh Herr Herfurth selaku pimpinan Stutienkolleg Nordhausen.


Minggu, 21 Februari 2016

Hiking - edisi ke-3

IABIE HIKING 2016
TEBING KERATON
BANDUNG, JAWA BARAT

Edisi Ketiga
Sabtu, 27 Februari 2016
Pkl 07.00 - 12.00

MEETING POINT :
Mesjid Salman
Gd. Salman ITB
Jl. Gelap Nyawang No 4 - Bandung

PERLENGKAPAN :
1. Sepatu /Sandal Gunung
2. Celana Panjang (NO JEANS)
3. Kaos dry fit + kaos ganti
4. Snack / Roti & Minuman
5. Jas Hujan / Payung Kecil / Topi
6. Obat-obatan pribadi

RUNDOWN ACARA :
07.00 Kumpul di Mesjid Salman, Gd. Salman ITB - Bandung
07.00 - 07.30 Menuju Parkiran Tebing Keraton
07.30 - 07.45 Pembukaan, Briefing
07.45 - 11.00 Hiking PP
11.00 - 12.00 Doa Penutup, Istirahat, Makan siang di D'Pakar Bandung

RSVP :
082113606970

KOORDINATOR ACARA :
M. Taufik
Wakil Ketua WG Hiking
STAID 3 Jerman
0812-8702-853

ACARA TERBUKA UNTUK ALUMNI DAN KELUARGA
IABIE terus mendukung dan mendorong para alumni untuk saling bersinergi, bersilaturahim dan saling berkenalan secara dekat, terus menerus dan intensif di berbagai aktifitas baik formal maupun informal.

TTD
Bimo Sasongko
Sekjen

ICMI

Jumat, 19 Februari 2016

Konferensi Pers Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia















ICMI

Rabu, 10 Februari 2016
Menara 165
Jl.TB. SImatupang Cilandak - Jakarta Selatan


Pembukaan Raker dan Pengukuhan Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Periode 2015-2020.

Bidang Pengembangan Profesionalitas Tenaga Kerja
Ketua: Bimo Sasongko, BSAE, MSEIE. MBA.
Wakil Ketua: Iqbal Salahudin
Sekretaris: Nita Yudi, Ir. MBA





Minggu, 14 Februari 2016

Koran Jakarta - Super Tucano dan Skema Offset

Super Tucano dan Skema Offset

OLEH BIMO JOGA SASONGKO, BSAE, MSEIE, MBA

Kecelakaan pesawat tempur taktis milik TNI AU jenis Super Tucano TT-3108 di Malang jadi musibah memilukan. Ini sekaligus pelajaran sangat berharga terkait pengadaan dan pngelolaan alutsista mandiri. Musibah beruntun pesawat TNI AU akhir-akhir ini perlu dicari akar persoalannya.

Pembelian pesawat militer dari luar negeri harus dipikirkan dan dipersiapkan secara matang  sesuai dengan sistem penerbangan nasional.  Mestinya kontrak pembelian satu skuadron (16 pesawat) Super Tucano  pada 2010 seharga 1,3 triliun rupiah disertai skema offset bagi industri dalam negeri dan offset SDM penerbangan.

Super Tucano merupakan pesawat berkemampuan counter insurgency (Coin) atau pesawat antiperang gerilya buatan Embraer Defense System, Brasil. Pesawat ini  pengganti pesawat Coin  TNI AU yang  sudah tua sejenis OV-10 Bronco. Pesawat dengan grafis bergambar moncong hiu itu untuk memberi penghormatan jenis pesawat tempur Mustang P-51 yang  sangat berjasa pada awal kemerdekaan.

Pengadaan pesawat  untuk keperluan penerbangan sipil maupun militer sebaiknya  mengedepankan praktik offset atau imbal balik. Bentuk offset sebaiknya terkait  pengembangan SDM penerbangan. Sebab  saat ini Indonesia  kekurangan SDM penerbangan baik  mendukung operasional maskapai  maupun  terkait  industri penerbangan  Tanah Air seperti PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Skema offset mencakup transfer teknologi, produksi bersama di Indonesia untuk komponen,  struktur, serta fasilitas pemeliharaan, dan perbaikan. Ada  direct  dan indirect offset. Direct offset merupakan kompensasi yang langsung berhubungan dengan kontrak pembelian. Sedangkan indirect offset (offset komersial) biasanya berbentuk buyback, bantuan pemasaran/pembelian alutsista yang sudah diproduksi  negara berkembang tersebut. Ini juga termasuk produksi lisensi hingga transfer teknologi dengan mendidik SDM.

Perjanjian kontrak pengadaan sebaiknya menekankan transfer of technology (ToT) dengan mengirimkan SDM untuk belajar dan magang di luar negeri. Apalagi  SDM penerbangan  saat ini  sebagian besar  menjelang pensiun.

Di masa  lalu postur SDM PTDI dikelola dengan manajemen kompetensi  luar biasa terdiri atas kelompok engineering  141 job-title, kelompok produksi 65 job-title,  kelompok human resource 82 job-title, kelompok niaga 21 job-title. Sayangnya, kini postur tersebut  terjadi brain drain kompetensi.
SDM penerbangan  negeri ini sebagian besar  hasil didikan atau program pengembangan  tahun 80-an era  Menristek BJ Habibie. Program  ditempuh dengan mengirimkan lulusan SMA  kuliah ke luar negeri lewat beasiswa. Program pengembangan SDM teknologi era Habibie tersebut berhasil mengirimkan ribuan pelajar  kuliah di perguruan tinggi terkemuka  luar negeri hingga meraih gelar S-3.

Pengadaan  Super Tucano berdasarkan Renstra-1 2010-2014 yang dikenal dengan istilah Strategic Defance Review (SDR).   Dalam renstra tersebut mestinya juga menekankan offset SDM teknologi yang memadai. Tak pelak lagi, Indonesia perlu segera mengirimkan SDM penerbangan ke luar negeri untuk kuliah dan pelatihan.

Perlu task force  mengirim para lulusan SMA untuk belajar atau kuliah penerbangan dan magang di industri  pesawat terbang terkemuka dunia lewat skema offset tersebut. Hal ini untuk mengantisipasi banyaknya kebutuhan SDM penerbangan  sipil maupun militer  mendatang.

Skema
Selain offset SDM, juga perlu skema offset produksi komponen pesawat  oleh industri nasional, PTDI. Sebagai aset bangsa yang strategis  PTDI memerlukan kesinambungan SDM dan fasilitas standar (recognized by authority ) secara global. Portofolio usaha PTDI  terdiri dari  Aircraft (Airplane & Helicopter), Aircraft Services (Maintenance, Overhaul, Repair and Alteration), Aerostructure (Parts & Components, Sub Assemblies, Assemblies Tools & Equipment). Kemudian juga Engineering Services (Communication Technology, Simulator Technology, Information Technology Solution, Design Center). Ini  sebaiknya difokuskan untuk mendukung sistem penerbangan nasional sebagai penyedia dan supporting pesawat komuter serta Alutsista TNI.

Hingga kini utilisasi PTDI masih rendah. Padahal sejarah menunjukkan, tool dan manufacturing facility-nya termasuk  canggih. Sayang,  manajemen belum mampu mengoptimalkan fasilitas fabrikasi, mesin produksis, serta infrastruktur lainnya. Kapasitas produksi terdiri dari lahan seluas 792.800 m2 dan berupa bangunan 461.168 m2 hingga kini semakin terdegradasi. Kapasitas permesinan PTDI harus segera didayagunakan sebelum ditelan usia.

Manajemen  belum mampu mengoptimalkan seluruh kapasitas. Padahal gedung dan hangar di kawasan pabrik yang lay-out hanggar dan capability of manufacturing-nya serupa dengan  Boeing di Amerika Serikat saat itu.

Kecelakaan Pesawat Super Tucano mencuatkan pentingnya evaluasi mendasar terhadap sistem pemeliharaan dan pengembangan alutsista TNI AU. Pesawat produksi Embraer Defence System tersebut sejak awal mengandung masalah  kontrak  terkait pengiriman komponen atau suku cadang. Kelemahan kontrak juga terkait dengan ToT yang kurang melibatkan SDM dalam negeri.

Untuk mewujudkan program zero accident  pesawat TNI AU perlu didukung  SDM yang benar-benar menguasai sistem dan aspek desain pesawat. Saat ini mestinya ada  SDM yang menguasi alih teknologi pesawat tersebut, tapi sayang tak ada dalam kontrak.

Padahal Super Tucano masih perlu dikembangkan agar  mampu beroperasi di malam hari dengan melengkapi sistem navigasi andal. Salah satunya  radar Radar Warning Receiver, Missile Approach Warning System, dan chaff/flare dispenser. Kemampuan melihat obyek dengan sinar infra merah yang andal dengan perlengkapan forward looking infrared tipe Star SAFIRE III seperti  digunakan  beberapa pesawat tempur canggih di atas kelasnya.

Penulis lulusan aerospace engineering, North Carolina State University, Ralegh, North Carolina, Amerika

http://www.koran-jakarta.com/super-tucano-dan-skema-offset/

 

Santunan Yatim - 120216

Jumat, 12 Februari 2016
Kantor Pusat Euro Management Indonesia,
Jl. R.P.Soeroso No. 6, Menteng, Jakarta Pusat

Pemberian Santunan dan ZIS (Zakat, Infaq dan Sodakoh) yang diberikan langsung oleh President Director&CEO Euro Management Indonesia, Bapak Bimo Sasongko, BSAE, MSEIE, MBA kepada 10 anak yatim yang tinggal di lingkungan sekitar Menteng, Jakarta Pusat, setelah selesai shalat Jum'at setiap minggunya. Kegiatan ini bertujuan untuk menginspirasi kepada warga sekitar Menteng, Jakarta Pusat, khususnya karyawan Euro Management Indonesia agar bisa berkontribusi untuk membantu para anak yatim di lingkungan sekitar.






Koran Jakarta - Kemandirian Perkeretaapian

Kemandirian Perkeretaapian

OLEH BIMO JOGA SASONGKO, BSAE, MSEI, MBA

Kereta api (KA) cepat Jakarta-Bandung  digarap PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebaiknya mengacu dan sesuai dengan UU No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Pembangunan sebaiknya fokus pada tahapan penguasaan teknologi dan industri  serta dilakukan putra-putri bangsa sendiri.

Jika dilihat dari trase KA cepat Jakarta-Bandung yang cuma 150 kilometer,  jarak ini sangatlah pendek. Idealnya jarak  KA cepat atau super cepat  ribuan kilometer. Di masa mendatang Indonesia perlu mengembangkan jalur KA cepat dan super cepat. Jadi,  trase KA Cepat Jakarta-Bandung hanya sebagai rintisan awal.

Untuk membangun sistem perkeretaapian nasional canggih,  memadukan KA komuter atau perkotaan, KA biasa, hingga KA cepat/supercepat diperlukan penguasaan teknologi dan industri perkeretaapian  dengan  SDM teknologi andal dan jumlahnya cukup. Komitmen  KCIC  bahwa proyek pembangunan KA cepat Jakarta-Bandung akan menggunakan tenaga kerja nasional harus dirumuskan secara detail. Ini perlu perencanaan SDM dan audit teknologi KA cepat agar kelak  program tersebut  berlanjut dan berkembang sesuai arah perkeretaapian nasional berkelas dunia.

Proyek KA Cepat jangan hanya bersifat sensasi pembangunan sehingga tidak mampu menjadi wahana transformasi teknologi dan industri. Idealnya tranformasi tersebut disertai tahapan-tahapan yang jelas. Pengusaan teknologi KA cepat yang didukung  persiapan SDM  berbagai spesialisasi dan jobs establishment yang bagus. Perlu grand strategi atau cetak biru transformasi KA cepat. Utamanya terkait  SDM teknologi yang kelak  terbagi menjadi pelaksana pembangunan infrastruktur-moda KA cepat, operator-pemeliharaan, serta  lembaga riset-inovasi.

Proyeksi KA cepat Jakarta-Bandung  akan menyerap 39.000 tenaga kerja  saat konstruksi, 20.000 tenaga kerja konstruksi transit oriented development (TOD), dan 28.000  pekerja saat operasi TOD. Semua harus dirumuskan secara detail. Maka,  kasus krisis SDM teknologi lokal  seperti  megaproyek infrastruktur ketenagalistrikan 10.000 Megawatt  lalu tidak terulang.

Tragedi ketenegakerjaan pada proyek-proyek PLTU yang dananya pinjaman dari Tiongkok  telah gagal mencetak tenaga ahli dari anak negeri. Tenaga kerja yang terserap  proyek PLTU hanyalah level rendahan seperti satpam, sopir, cleaning service dan pekerja kasar lainnya. Para engineer dan teknisi didominasi  tenaga kerja asing (TKA) dari Tiongkok.

Pengembangan KA cepat atau supercepat di Indonesia tidak bisa dilakukan secara serampangan dan sangat tergesa-gesa seperti dikejar hantu. Diperlukan persiapan dan peran serta wahana industri pendukung seperti  PT Industri Nasional Kereta Api  (INKA) di Madiun serta sinergi dengan beberapa Balai Yasa KA milik PT KAI di beberapa kota. Perlu juga peran serta laboratorium uji konstruksi milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan laboratorium elektronika milik lembaga Elektronika Nasional.

Jangan Berkiblat
Transformasi perkeretaapian nasional tidak harus berkiblat ke Tiongkok. Bisa jadi trace KA cepat atau supercepat atau KA perkotaan lainnya dibangun kerja sama dengan negara lain seperti Jepang dan Prancis. Sebenarnya transfer teknologi KA cepat bisa dari negara maju lainnya. Sejarah menunjukkan,  transfer teknologi KA supercepat Tiongkok juga dari Prancis dan negara lain.

Strategi transformasi perkeretaapian nasional  selain membutuhkan pelaksana pembangunan infrastruktur oleh BUMN dan wahana industri perkeretaapian, juga membutuhkan lembaga riset dan inovasi untuk mengembangkan KA cepat masa datang. Lembaga riset dan inovasi ini tentu membutuhkan ribuan SDM teknologi. Maka, perlu mengirim mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi dan pusat industri KA supercepat agar dalam kurun lima tahun ke depan mereka bisa mengisi lembaga strategis tadi.

Betapa dinamisnya riset dan inovasi terkait KA supercepat dewasa ini. Kita bisa menengok inovasi dan riset yang dilakukan perusahaan KA nasional Prancis SNCF. Selama ini SNCF merupakan pusat dunia terkait pengembangan KA canggih berkecepatan sangat tinggi, Train Grande Vitesse (TGV) yang terus menerus berinovasi membuat rekor dunia dalam kecepatan tempuh.

Selain aspek kecepatan, SNFC juga melakukan berbagai riset dan inovasi terkait dengan value conscious. Survei SNFC menunjukkan,   saat ini faktor kecepatan saja tidaklah cukup untuk menjadi daya tarik penumpang KA di benua Eropa. Dengan kondisi ini maka SNFC selain terus mengembangkan teknologi KA cepat juga berinovasi terhadap layanan. Di antaranya,  bekerja sama dengan Disneyland untuk merancang gerbong TGV yang memiliki fasilitas hiburan fantastis bagi keluarga.

Para belia  negeri ini sebaiknya segera diarahkan untuk belajar KA supercepat di Prancis yang terbukti canggih mentransfer teknologi dan komprehensif pada negara lain, termasuk ke Tiongkok. Transformasi perkeretaapian nasional menuju penerapan KA supercepat perlu strategi dan cetak biru tepat yang dikerjakan putra-putri bangsa. Kemandirian itulah yang menjadi roh  Undang-Undang Perkeretaapian Nasional.

Keberhasilan transfer teknologi KA supercepat oleh kaum belia Indonesia sangat menentukan perkembangan perkeretaapain nasional dan sekaligus menjadi solusi berbagai masalah yang akan timbul. Pengoperasian KA Cepat Jakarta-Bandung jangan dikira tidak akan sarat masalah berikutnya. Tentunya akan timbul masalah teknis yang serius terkait  kondisi geologi yang rawan bencana longsor dan gempa bumi. Juga rawan banjir untuk daerah Tegal Luar di Kabupaten Bandung yang direncanakan menjadi stasiun akhir KA cepat sekaligus  depo teknologi dan perawatan.

SDM teknologi  Indonesia harus mampu mengantisipasi masalah serius. Kita harus punya solusi  mandiri terkait masalah fatal yang mungkin  menimpa KA cepat. Ini termasuk  keamanan penumpang dan inovasi layanan.

Ada baiknya kita tengok kasus tragis pertengahan 2011 saat dua rangkaian KA supercepat Tiongkok  bertabrakan di trase Ningbo-Taizhou-Wenzhou karena satu rangkaian kesambar petir. KA  kehilangan daya dorong tenaga listrik sehingga tiba-tiba berhenti. Rangkaian KA anjlok menutup jalur sebelah, maka terjadilah tabrakan hebat yang menewaskan  40 penumpang.

Dampaknya penumpang KA  turun drastis. Kini ada pembatasan kecepatan di Tiongkok. Untuk KA biasa dari 250 km menjadi 200 km per jam. KA supercepat dari 350 km menjadi 300 km per jam. Hingga kini keselamatan perjalanan KA supercepat menjadi isu utama di Beijing.

Pemerintah Indonesia dan otoritas perkeretaapian nasional perlu mengaji secara tepat terkait strategi transformasi KA cepat. Indonesia boleh saja bekerja sama Tiongkok, tetapi tidak harus berkiblat. Selama ini ada paradigma yang cukup menarik, Jepang dan Tiongkok sangat bertolak belakang, berbeda kepentingan dalam kerja sama perkeretaapian.

Pertimbangan Jepang dalam proyek ini lebih ke arah geo-ekonomi. Jepang menitikberatkan terhadap peran strategis dengan high added value. Sementara Tiongkok cenderung memiliki kepentingan geopolitik,  menguasai jalur darat untuk disambungkan ke  jalur laut yang berpangkal di Shanghai sebagai pelabuhan terbesar dunia.

Penulis lulusan North Carolina State University, Ralegh, North Carolina, USA.
http://www.koran-jakarta.com/kemandirian-perkeretaapian/

 

Sabtu, 06 Februari 2016

Santunan Yatim - 050216

Jumat, 5 Februari 2016
Kantor Pusat Euro Management Indonesia,
Jl. R.P.Soeroso No. 6, Menteng, Jakarta Pusat

Pemberian Santunan dan ZIS (Zakat, Infaq dan Sodakoh) yang diberikan langsung oleh President Director&CEO Euro Management Indonesia, Bapak Bimo Sasongko, BSAE, MSEIE, MBA kepada 10 anak yatim yang tinggal di lingkungan sekitar Menteng, Jakarta Pusat, setelah selesai shalat Jum'at setiap minggunya. Kegiatan ini bertujuan untuk menginspirasi kepada warga sekitar Menteng, Jakarta Pusat, khususnya karyawan Euro Management Indonesia agar bisa berkontribusi untuk membantu para anak yatim di lingkungan sekitar.







Staf Baru

Kamis, 4 Februari 2016
Euro Management Indonesia
Menteng - Jakarta Pusat

Penerimaan staf baru a.n. Juwita Lestari,S.Pd., lulusan S1 Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Jakarta yang ditempatkan di Departemen Bahasa sebagai pengajar bahasa Jerman.