Selasa, 22 Agustus 2017

Kemerdekaan dan Industri Pertahanan

OLEH BIMO SASONGKO

Kedaulatan Negara merupakan manifestasi kemerdekaan bangsa yang paling hakiki. Tantangan untuk menjaga kedaulatan wilayah RI semakin kompleks sehingga membutuhkan infrastruktur dan alutsista yang modern. Oleh karena itu, dibutuhkan industri pertahanan dengan kondisi yang agilitas atau tangkas.

Spirit HUT Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-72 menjadi momentum untuk meneguhkan industrialisasi dan transformasi teknologi pertahanan. Pengembangan industri pertahanan merupakan bagian terpadu dari perencanaan strategis pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara. Ketersediaan alat peralatan pertahanan dan keamanan selama ini belum didukung oleh kemampuan industri pertahanan secara optimal sehingga menyebabkan ketergantungan terhadap produk alat peralatan pertahanan dan keamanan dari luar negeri.

Industri pertahanan itu meliputi industri alat utama, industri komponen utama dan/atau penunjang, industri komponen dan/atau pendukung (perbekalan); dan industry bahan baku.
Dalam merealisasikannya tentu perlu dukungan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai teknologi pertahanan untuk menerapkan visi bagi kemajuan dan kemandirian industri pertahanan di Indonesia. SDM lokal harus memiliki kapasitas dan kapabilitas tinggi, sehingga mampu mendukung tercapainya kemajuan teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan sesuai
dengan perkembangan zaman.

Dalam konteks ini, industri pertahanan nasional mensyaratkan pula penyelenggaraan dan pengelolaan secara terpadu. Kasus korupsi yang terkait pembelian helikopter Agusta Westland (Heli AW 101) yang didatangkan dari pabrikan Inggris-Italia merupakan indikasi bahwa pengembangan alutsista selama ini belum searah dengan keberadaan industri pertahanan. Pengadaan heli dinyatakan menyimpang karena tidak sesuai dengan spesifikasi. Heli tersebut pintunya bukan ramp door, padahal PT DI sebagai salah satu industri pertahanan bisa membuat heli seperti yang ditentukan dalam spesifikasi.
Makna peringatan HUT kemerdekaan sangat relevan dengan kondisi dan tantangan hankam pada saat ini.

Seperti ditekankan oleh Presiden Joko Widodo bahwa lanskap politik global dan ancaman hankam sudah berubah. Oleh sebab itu perlu pengembangan SDM untuk antisipasi perubahan itu.
Postur SDM bidang hankam ditantang kemampuannya untuk bisa menghasilkan metode pengamanan yang paling tepat untuk Indonesia. Hal itu seperti dikemukakan Presiden Jokowi saat memberikan pembekalan kepada perwira remaja TNI/Polri, di Mabes TNI.

Program pengadaan alutsista menurut Presiden Jokowi harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal itu, misalnya, pengadaan tank pun harus dievaluasi karena mungkin saja saat ini sudah kurang diperlukan, diganti dengan drone atau pesawat nirawak.
Mewujudkan kedaulatan dirgantara Indonesia merupakan tantangan besar bagi industri pertahanan. Perlu sinergitas antara industri pertahanan dengan TNI AU terkait dengan rencana strategis pengadaan alutsista.
  
Rencana strategis itu tidak bisa terlepas dari pengembangan SDM. Pengembangan meliputi personel TNI AU maupun kalangan sipil yang menggeluti teknologi penerbangan dan infrastruktur pendukungnya.
Dalam Renstra ditekankan program untuk peremajaan atau pengganti alutsista antara lain pesawat F-5E/F Tiger II yang diproyeksikan pada dua kandidat utama, yaitu Sukhoi Su-35 Super Flanker buatan Rusia, dan F-16 Viper buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat.

Selain itu, pemutakhiran armada pesawat angkut berat sekelas C-130 Hercules, helikopter angkut berat dan pemutakhiran pesawat latih jet jenis T-50i dari Korea Aerospace Industry, Korea Selatan. Alat pertahanan negara perlu pula melengkapi dengan radar dan sistem persenjataannya.

Dalam era kompetisi global, tantangan TNI AU makin dinamis. Terutama terkait perkembangan kompetisi kedaulatan wilayah udara. Kompetisi sengit tersebut ditunjukkan oleh beberapa negara, seperti Tiongkok yang telah mengembangkan pesawat pembom nuklir untuk meraih superioritas udara.
Para insinyur teknik penerbangan Tiongkok berhasil membuat sejumlah pesawat tempur canggih seperti jet tempur generasi kelima Chengdu J-20, pesawat pembom nuklir berteknologi stealth Xian H-8, dan pembom strategis jarak jauh Xian H-6, dan masih merancang pesawat pembom strategis berteknologi stealth yang bisa mencapai daratan AS, yakni H-20. Selain itu, pesawat pembom canggih yang bisa membawa nuklir dan memiliki kecepatan hipersonik.

Untuk menjaga wilayah udara diperlukan SDM unggul yang memiliki kompetensi untuk mengintegrasikan sistem radar nasional. Kurangnya radar untuk memantau cuaca dan mengawasi wilayah Nusantara harus segera diatasi.
Saatnya kita meneguhkan Wawasan Nusantara yang kini sangat tergantung kepada SDM yang menguasai infrastruktur pemantau yang andal dalam menjaga wilayah negara. Sistem pemantau terintegarsi dalam C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance and Reconnaissanse) yang mengedepankan drone atau pesawat tanpa awak dan sebaran radar di titik-titik rawan, seperti yang ditekankan oleh Presiden Jokowi.

Drone yang biasa disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV) sebenarnya bisa segera direalisasikan karena sudah ada rancang bangun yang dilakukan oleh BPPT, PT Dirgantara Indonesia, dan LAPAN. Bahkan, jika satelit rancang bangun LAPAN sudah selesai, hal ini sangat menunjang operasional drone.

Pemerintah perlu mewujudkan optimasi dan keandalan infrastruktur radar nasional. Khususnya sinergi dan integrasi radar yang dimiliki oleh pihak militer maupun sipil. Alutsista radar sangat penting karena bisa mendeteksi secara dini adanya gangguan keamanan, faktor keselamatan penerbangan dan kejahatan ekonomi. Dukungan alutsista radar itu, dalam kondisi mendesak, akan memungkinkan dan memudahkan mendatangkan bantuan armada pesawat tempur atau armada kapal dalam waktu yang cepat dan sasaran yang tepat.

Putra-putri Indonesia sudah menguasai teknologi membangun radar yang canggih. Hal itu ditunjukkan oleh pakar teknologi radar yakni Beno Kunto Pradekso yang kini menjadi CEO PT Dua Empat Tujuh yang selama ini fokus usahanya adalah rancang bangun radar, terutama pengembangan jenis array radar.
Pada saat ini dibutuhkan penyempurnaan dan penambahan alutsista radar TNI. Seperti jenis Thomson tipe TRS 2215R yang ditempatkan di sepanjang garis pantai Pulau Sumatera menghadap Selat Malaka, antara lain di Sabang, Lhokseumawe, Sibolga, dan lain-lain.

Begitu juga radar yang ditempatkan di Kepulauan Natuna yang berfungsi memonitor wilayah di sekitar Laut Tiongkok Selatan. Kita perlu berupaya dan begerak cepat untuk menyempurnakan dan meningkatkan kinerja radar nasional. Selama ini usaha optimasi tersebut terkendala masalah klasik. Yakni proporsi keterlibatan industry pertahanan nasional.



Kamis, 03 Agustus 2017

Format Pendidikan Karakter

Oleh Bimo Joga Sasongko

Presiden Joko Widodo mengatakan pendidikan anak sebaiknya tidak hanya diberikan di ruang kelas. Tapi juga bisa dilakukan di luar sekolah dnegan hal-hal yang berkaitan dengan jiwa kemuliaan. Pernyataan itu disampaikan pada Rakor Pimnas 2017 Persatuan Guru Republika Indonesia (PGRI) di Sleman, DIY.
           Jokowi meminta guru menanamkan pendidikan karakter. Sebab, pendidikan karakter penting untuk pembentukan etos kerja, kejujuran, integritas, unggul dan memilikii semangat pantang menyerah, serta kerja keras. Presiden Joko Widodo juga menekankan soal perubahan kondisi bangsa di masa depan. Menurutnya, generasi Z akan mengubah peta politik dan ekonomi secara nasional dalam waktu 5 – 10 tahun ke depan.
           Sistem pendidikan nasional mesti diarahkan untuk membentuk karakter anak yang unggul dan sesuai dengan tantangan zaman. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
             Karakter unggul berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nila-nilai seperti punya kepercayaan diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, inovatif, dan mandiri.
         Penerapan kurikulum sebaiknya disertai dengan transformasi pendidikan. Transformasi tersebut kini sangat dipengaruhi oleh kekuatan jaringan N-Fluence atau Net Fluence yang sedang melanda generasi muda. Mereka kesehariannya tidak bisa lepas dari internet. Jaringan itu kini merevolusi pembelajaran. Dari pembelajaran individual ke pembelajaran kolaboratif.
            Perlu program unggulan pemerintah untuk membangun system yang mendukung terwujudnya lingkungan pembelajaran generasi Z alias  next generation learning environment. Yaitu dengan cara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terkini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, administrasi, serta interaksi dan kolaborasi antara gutu, siswa, orangtua, komunitas, dan sekolah yang lebih efektif dan murah.
       Perkembangan pembelajaran di Negara maju diwarnai dengan penerapan Multiuser Virtual Environment (MUVE) yang merupakan berbagai model virtual dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga bermacam perkembangan iptek bisa divirtualisasikan secara menarik. Hal ini sangat menggairahkan para siswa untuk menekuni disiplin ilmu dengan cara yang lebih praktis dan menyenangkan. Ibarat melakukan tamasya ilmu pengetahuan, setiap hari sekolah menjadi hal yang sangat mengasyiakan siswa.
        Pembangunan karakter bangsa perlu format atau metode yang efektif sehingga bisa diserap dengan baik oleh generasi saat ini. Peraturan Presiden (Perpres) tentang Pendidikan Penguatan Karakter perlu segera diterbitkan.
         Pendidikan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan karakter. Betapa penting faktor pendidikan itu karena mentalitas seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah. Pendidikan karakter siswa memerlukan proses kreatif dan data inovativ sesuai dnegan kondisi kekinian.
         Pembentukan karakter unggul siswa memerlukan waktu belajar yang lebih panjang. Karena para siswa perlu presentasi diri mengenai gagasan dan ide-idenya di dalam kelas. Presentasi dari masing-masing siswa perlu dilakukan agar percaya diri dan lebih memahami pelajaran serta bisa mendorong kretivitas.
            Presentasi siswa tentang ide dan karyanya sejak awal tahun 80an telah manjadi perhatian para guru besar seperti Profesor Andi Hakim Nasution yang setia menjadi dewan juri Lomba Peneliatan Ilmiah Remaja yang diselenggarakan oleh Kemendikbud dan LIPI. Bahkan, Menteri Pendidikan seperti Daoed Joesoef, Nugroho Notosusanto hingga Fuad Hasan juga berkenan mengikuti presentasi yang dilakukan oleh para siswa sekolah menengah. Presentasi seperti telah membuka jalan lahirnya generasi unggul yang mampu bersaing secara global.
         Di masa depan para guru harus intens membimbing presentasi siswa setelah menyerap pelajaran. Presentasi lebih hebat lagi jika memakai bahasa asing.
         Daya saing suatu bangsa ditentukan oleh sejauh mana para pemuda berkreasi dan berinovasi sesuai dengan tren dunia. Seperti yang tergambar dalam kajian lembaga pendidikan terkemuka di Amerika yaitu Harvard Business, yang menekankan pentingnya mendorong daya saing pemuda di bidang sistem inovasi dan produksi.
           Perlu totalitas untuk membangun ruang kreativitas sekolah. Negeri ini membutuhkan sebanyak banyaknya tokoh muda inovator untuk menuju kejayaan bangsa. Inovasi segalam macam disiplin ilmu dan keanekaragaman budaya. Baik inovasi tingkat dunia maupun tingkat lokal yang memiliki arti strategis dalam kehidupan berbangsa.
        Sekolah adalah sarana yang tepat untuk menumbuhkan budaya inovasi. Oleh sebab itu, perlu strategi kebudayaan bagi sekolah yang focus terhadap budaya inovasi. Menumbuhkan budaya inovasi di kalangan siswa jangan hanya bersifat seremonial. Kegiatan inovatif sebaiknya dilakukan oleh siswa dalam bentuk yang bervariasi.
        Pada prinsipnya sumber inovasi, baik itu produk atau proses, merupakan proses belajar. Agar siswa mampu melakukan kegiatan inovatif maka harus ada upaya meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologinya, yaitu dengan memperkuat kapasitas learning-nya.
      Dalam persaingan global yang sangat ketat diperlukan berbagai right brain training untuk menggenjot daya kreativitas siswa. Budaya inovasi dengan titik berat proses kreatif dan inovatif sebaiknya menjadi muatan kurikulum di sekolah.
          Saatnya melihat dengan jernih kondisi riil pendidikan di negeri ini. Pemerintah bertekad bahwa hakikat pendidikan untuk mewujudkan peradaban Indonesia yang unggul. Makna pendidikan bukan hanya untuk menyelasaikan atau menjawab persoalan bangsa yang sifatnya sangat teknis dan bersifat kekinian semata. Melainkan pendidikan untuk mewujudkan peradaban unggul dalam ekosistem global.

        Bimo Joga Sasongko, BSAE, MSEIE, MBAPendiri Euro Management Indonesia, Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE)