"Bimo Sasongko Gaungkan Program Pengiriman Anak Bangsa Tamatan SMA ke Negara Maju Dunia"
Baca artikel lengkapnya dibawah ini:
http://kabar7.com/m/detail.php?id=6176&kat=53
Bimo Sasongko Gaungkan Program Pengiriman Anak Bangsa Tamatan SMA ke Negara Maju Dunia 
Kabar7, Jakarta  - Bimo Sasongko ingin terus berjuang dan berjuang mengirimkan ribuan bahkan jutaan anak
Indonesia untuk kuliah di negara maju, karena dengan ini banyak anak Indonesia yang pintar
berwawasan global dan lulusan luar negeri di negara–negara maju yang menggetarkan dan menggemparkan dunia.
 “Saya lulus dari SMA 3 Bandung tahun 1990. Lalu ikut UMPTN dan masuk 
ITB Bandung jurusan Teknik Informatika. Nah, baru sebulan di ITB saya 
ikut Program Beasiswa Prof. DR. B.J. Habibie yang waktu itu menjabat 
menteri riset dan teknologi (ristek). Program itu dilaksanakan rutin 
tiap tahun mulai dari tahun 1982 yang mengirim mahasiswa ke-9 negara 
maju dunia seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jepang, Jerman, 
Perancis, Belanda, Austria dan Australia, untuk bidang studi teknologi,"
 kata Bimo kepada kabar7.com di Jakarta, Selasa (8/9/2015). 
Bimo menjelaskan, lebih dari  150.000 peserta per tahun yang ikut 
seleksi, dan yang diterima sekitar 100 orang. Saya termasuk salah satu 
yang diterima untuk kuliah di Amerika Serikat dan mengambil jurusan yang
 sama seperti Prof. DR. B.J. Habibie dulu, yaitu teknik penerbangan atau
 aerospace engineering, di North Carolina State University, Ralegh, 
North Carolina, USA. 
“Saya kuliah S1 dari tahun 1991 – 1995. Lalu setelah lulus S1, saya 
ambil S2 juga di Amerika Serikat mengambil program master di jurusan 
industrial engineering atau teknik industri di Arizona State University.
 Tahun 1996 saya pulang ke Indonesia dan berkarir sebentar di BPPT," 
kata dia.
Di tahun 2001 saya melanjutkan studi ke Jerman dengan mengambil program 
MBA dan lulus 2003, kemudian bekerja kembali di BPPT sambil mendirikan 
Euro Management Indonesia dan saat ini saya menjabat sebagai Sekjen 
IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie) yaitu suatu Ikatan Alumni yang 
terdiri dari para lulusan SMA terbaik di seluruh Indonesia yang 
berjumlah ± 1500 orang dari tahun 1982 – 1996.
Bimo juga menceritakan, saat itu hanya segelintir orang Indonesia yang 
kuliah di luar negeri. Padahal Indonesia adalah negara besar dengan 
jumlah penduduk yang banyak, dan sekolah ke luar negeri itu sesungguhnya
 tidak sesusah, serumit dan semahal yang dibayangkan. Bahkan ketika 
Program Beasiswa Prof. DR. B.J. Habibie berhenti di tahun 1997 karena 
Pak Habibie berhenti dari jabatan sebagai Presiden, hampir tidak ada 
lagi tamatan SMA yang sekolah ke luar negeri. 
Lebih dalam ia mengatakan, sungguh miris, di tengah banyak negara lain 
seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja, China yang justru gencar mengirimkan
 puluhan ribu tamatan SMA untuk kuliah ke negara maju seperti Amerika, 
Inggris,  Australia, Jepang, Jerman, Perancis & Belanda. Saya ingin 
sebanyak mungkin tamatan SMA bisa kuliah S1 ke negara – negara maju 
tersebut.
Dia pun sedikit menceritakan bahwa “statistik menunjukkan bahwa di 
Amerika, jumlah mahasiswa asal Cina sekitar 157.000 orang, India 
103.000, Jepang 21.000 orang, dan Indonesia sekitar 5000 – 6000 orang. 
Di Jerman, mahasiswa asal Indonesia sekitar 2000 orang, namun mahasiswa 
Cina di Jerman sampai 25.000 orang. Penduduk China itu 5 kali lipat 
penduduk Indonesia, jadi kalau mahasiswa Indonesia di Jerman hanya 2.000
 orang artinya mahasiswa Cina di Jerman itu 10.000. Tapi nyatanya 
mahasiswa Cina di Jerman sampai 23.000. 
Ia menambahkan, begitu juga di Australia, mahasiswa Indonesia 11.000 
orang, sedangkan asal Vietnam 10.000 orang. Padahal penduduk Vietnam 
hanya sekitar 90 juta orang. Artinya kalau penduduk Indonesia 250 juta 
orang atau sekitar 3 kali Vietnam, idealnya mahasiswa Indonesia di 
Australia 30.000 orang, nyatanya hanya 11.000 orang Artinya Indonesia 
masih tertinggal dalam mengirimkan mahasiswa Indonesia ke negara-negara 
maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Australia & Jerman.
"Keuntungan saya ke luar negeri, banyak manfaat yang akan didapatkan 
jika kuliah ke luar negeri, tidak hanya ilmu pengetahuan tapi juga 
mental, percaya diri, kemandirian, dan keberanian dan itu yang diperoleh
 dan dibutuhkan bangsa Indonesia untuk maju bersaing di tingkat global 
dengan negara-negara di dunia lainnya, seperti Cina, Malaysia, Kamboja,"
 jelas Bimo. 
Indonesia sebagai negara sedang berkembang, seharusnya bisa lebih banyak
 lagi mengirimkan mahasiswanya ke negara-negara maju. Indonesia masih 
membutuhkan dan harus menyerap ilmu dari negara-negara maju untuk 
digunakan bagi kemajuan Indonesia.  Tetapi saat ini ketika Malaysia, 
Vietnam, Kamboja mengirimkan ribuan anak – anak SMA untuk kuliah di 
negara maju, justru mahasiswa dari Indonesia semakin berkurang. 
"Saya di Amerika Serikat zaman kuliah ada 15.000 orang Indonesia, 
sekarang justru turun hanya tinggal 6.000 bahkan berhenti. Di tahun 1980
 sampai 1990, mahasiswa Indonesia di Jerman sekitar 7.000 orang dan 
sekarang ini tinggal 2.500 orang, apalagi di Perancis hanya 400 orang," 
lanjut dia.
Itu sangat menyedihkan, padahal saat ini zaman globalisasi dan informasi
 dimana-mana dan tingkat kehidupan masyarakat Indonesia jauh sudah 
meningkat berkali-kali lipat juga daya belinya jauh dibandingkan pada 20
 tahun yang lalu.
Bimo juga menyarankan mengapa kuliah di luar negeri itu lulusan SMA 
bukan S1.
Selama ini mindset orang Indonesia adalah ingin sekolah keluar negeri 
untuk program S2 nya saja, ini lah yang membuat Indonesia kalah 
tertinggal dengan negara lain. Kenapa bisa tertinggal, karena zaman dulu
 informasi tidak ada, keuangan keluarganya masih rendah, kuliah S1 di 
Indonesia masih murah sehinga banyak orang menganggap bahwa S2 saja 
keluar negerinya.
Namun zaman sekarang infomasi sudah ada, globalisasi dimana-mana,  
teknologi sudah canggih, jarak tempuh pendek, mentalnya masih muda, 
mudah beradaptasi, kemampuan bahasanya lebih cepat untuk mempelajari 
bahasa asing, dan untuk S1 diluar negeri kuliah lebih lama mencapai 4 – 5
 tahun dibandingkan dengan kuliah S2 hanya 1 – 2 tahun, sehingga proses 
adaptasi dan pengenalan budaya di negara tersebut lebih mudah sehingga 
saya merekomendasikan untuk tamatan SMA kesana sama halnya dengan apa 
yang dialami Pak Habibie. 
"Saya yakin untuk di sekolah tidak hanya dibutuhkan ilmunya saja, namun 
juga membutuhkan cara berfikir, mental, dan kepercayaan diri, itulah 
tamatan SMA yang dibutuhkan,” kata Bimo.
Tidak hanya itu Bimo juga menceritakan tentang peran pemerintah kepada 
kabar7. Pemerintah Indonesia masa kalah dengan pemerintah Malaysia, 
Vietnam, atau Kamboja apalagi Cina. Di Kamboja penduduknya hanya 13 juta
 orang, se per 20-nya bangsa Indonesia, tetapi mahasiswanya yang kuliah 
negeri mencapai 18.000. Kondisi ini miris, kalau mengacu pada jumlah 
penduduk Kamboja dibanding Indonesia maka seharusnya Indonesia mengirim 
tamatan SMA untuk kuliah ke luar negeri sekitar 360.000 an, faktanya 
hanya 60.000 an.
“Untuk itu pemerintah perlu membuat program beasiswa yang dibiayai 
dengan seleksi yang bagus dan seleksi yang ketat. Tamatan SMA yang 
cerdas, pintar, bermental baik, memiliki nasionalisme bisa dikirim 
sekolah ke luar negeri baik pemerintah pusat  atau daerah seperti 
Gubernur, Walikota, kementerian - kementerian, BUMN, Bank – Bank 
Nasional, Institusi – Institusi sosial, Partai politik  atau dukungan 
pinjaman dari perbankan. Saya yakin 20 tahun lagi bangsa Indonesia akan 
maju. Seperti pada era kejayaan Islam, banyak siswa dari negara Eropa 
dikirim ke negara-negara Islam seperti Syria, Irak, dan Turki. Akhirnya 
setelah mereka menguasai ilmu, Eropa menjadi maju, begitu juga Amerika, 
Jepang, China. Tak heran jika percepatan teknologi China itu berkembang 
pesat,” ucapnya.
Bimo menegaskan, perlu dukungan besar dari pemerintah, agar program pak 
Habibie yang berhenti tahun 1997 bisa berjalan lagi. Apalagi menjelang 
Masyarakat Ekonomi ASEAN  (MEA) persaingan semakin ketat, seluruh 
masyarakat ASEAN bisa masuk ke Indonesia untuk bekerja dengan ijazah 
dari berbagai negara di dunia. Bangsa ini harus unggul dan berwawasan 
global internasional.
“Alhamdulillah, lebih dari 13 tahun Euro Management Indonesia berdiri. 
Hingga kini saya sudah mengirimkan sebanyak hampir dari 2000 tamatan SMA
 terbaik bangsa ini di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke. 
Baik laki-laki maupun perempuan berbagai jenis SMA dari berbagai suku di
 daerah. Bayangkan zaman pak Habibie dulu, hanya mengirimkan 1500 orang 
mahasiswa tamatan SMA, dan kini saya sudah mengirim 2000 orang. Saya 
cukup puas dan bangga dan akan terus berjuang mengirimkan lebih banyak 
lagi orang Indonesia untuk bersaing dengan Malaysia, Vietnam, Kamboja 
bahkan Cina,” kata Bimo.
Bimo menjelaskan, komitmen untuk men-drive pemerintah dan seluruh 
stakeholdernya lain agar terus mengirimkan siswa-siswa tamatan SMA 
terbaik bangsa ini agar bisa kuliah ke luar negeri. Di era pak Habibie 
dulu dengan uang masih terbatas bahkan pinjaman, masih bisa mengirim 
siswa Indonesia ke luar negeri sebanyak 1500 – 2000 orang. Itu karena 
pak Habibie punya visi untuk mengirimkan siswa-siswanya tamatan SMA ke 
luar negeri. Saat ini, Indonesia semakin maju, infomasi ada dan semakin 
mudah didapat, teknologi maju, uang ada dan uang kuliah juga tidak 
mahal. Kenapa tidak mengirimkan ribuan bahkan jutaan orang kuliah ke 
luar negeri. (silvya) 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar