Taksi Berbasis Aplikasi dan Era Platform
Oleh : Bimo Joga Sasongko *)
Unjuk rasa menentang taksi ilegal berbasis aplikasi atau transportasi online terus berlangsung. Paguyuban pengemudi Angkutan Darat (PPAD) yang beranggotakan para sopir taksi dan angkutan umum mendesak pemerintah segera melarang taksi ilegal.
Model bisnis angkutan umum ilegal berbasis aplikasi teknologi informasi atau
angkutan online menimbulkan aksi unjuk rasa dan menjurus kepada konflik horizontal. Layanan transportasi online seperti Uber Taxi dan Grab Car jelas melanggar Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan
Jalan Raya dan UU nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan. Namun, aturan tersebut kurang sesuai dengan semangat
jaman dan kebutuhan masyarakat akan transportasi.
Pemerintah harus mencari
solusi terkait irisan krusial antara domain inovasi teknologi dengan aspek hukum dan dampak sosial yang ditimbulkan. Solusi tersebut hendaknya bisa atasi
rintangan pengembangan inovasi teknologi dan ekonomi digital. Namun
tetap sesuai dengan ketentuan hukum, perpajakan dan kondisi sosial. Otoritas hukum di negeri ini memahami secara komprehensif
tentang pengembangan teknologi dan proses inovasi yang berpotensi
mengusik tatanan sosial dan ekonomi lokal. Perkembangan (TIK) akan terus
mengubah model bisnis yang sudah ada bahkan bisa mematikan usaha jika
tidak mau melakukan transformasi teknologi.
Pemerintah harus
mengantisipasi sebaik mungkin terkait sistem online dan berbagai macam
aplikasi berbasis Android yang menyuburkan berbagai macam modus ekonomi
bawah tanah. Ekonomi bawah tanah cenderung menghindari pajak dan
kewajiban tertentu. Ekonomi bawah tanah adalah aktivitas ekonomi yang
tidak terdaftar dalam lembaga resmi. Aktivitas ini memang tersembunyi
atau disembunyikan, berbentuk ilegal seperti misalnya perjudian,
prostitusi, human trafficking, hingga penyelundupan barang dan jasa.
Modus diatas kini sudah memakai sistem online. Ekonomi bawah tanah
menyebabkan sulitnya pemerintah membuat ukuran yang pasti mengenai
transaksi dan nilai tambah yang harus dikenai pajak. Karena nilai
transaksi dan aktivitas tersebut tidak tercatat.
Di sejumlah
negara seperti di India, Jerman, dan Prancis, aplikasi Uber juga
menimbulkan resistensi yang luar biasa karena menciptakan ketidakadilan
bagi supir taksi konvensional dan menyuburkan praktik ekonomi bawah
tanah yang menggelapkan pajak. Di Tiongkok, Uber malah melaporkan
kerugian hingga Rp 13,5 trilliun karena kalah bersaing dengan layanan
taksi lokal yang telah bertransformasi menggunakan aplikasi buatan
pengembang lokal.
TREN LAYANAN GRATIS
Pemerintah perlu menggalakkan difusi inovasi
layanan online atau aplikasi terhadap perusahaan taksi atau angkutan
umum. Tak pelak lagi, aksesibilitas pada angkutan online akan
menimbulkan perluasan dan diversifikasi yang besar pada usaha logistik
lokal hingga nasional. Sistem logistik dan jasa kurir segera menyatu
dalam platform bersama. Jasa pengiriman paket, produk hingga bahan baku
industri telah menjadi kegiatan insourcing yang volumenya semakin
membesar dari waktu ke waktu.
Aksesibilitas sangat tergantung
pada daya inovasi suatu bangsa. Pemerintah perlu mendorong terwujudnya
platform otentik yang khas Indonesia untuk mengimplementasikan berbagai
macam aplikasi untuk bermacam usaha dan konten lokal. Sehingga ada nilai
tambah dan daya saing bagi usaha dan bermacam profesi anak negeri.
Saatnya segenap SDM bangsa menyambut bangkitnya era platform dengan
kondisi faktual di dalam negeri. Mengingat platform merupakan ekosistem
yang sangat berharga dan berpengaruh yang dapat dengan cepat dan mudah
mengukur, mengubah dan menggabungkan plank atau fitur-fitur baru,
pengguna, konsumen, vendor dan rekanan.
Perusahaan raksasa
seperti Google dan perusahaan-perusahaan UMKM mestinya bisa bersinergi
dalam platform yang notabene merupakan model bisnis yang tak memandang
ukuran dan jenis usaha atau industri. Sebuah keniscayaan bahwa platform
telah menjadi model bisnis paling penting. Era platform mencuat karena
kesuksesan Amazon, Apple, Facebook dan Google. Dampaknya adalah semakin
menjamurnya perusahaan rintisan atau start-up yang membangun platform
dan plank yang lebih kolaboratif dan mampu merangkul konsumen secara
efektif.
Para Inovator negeri ini perlu
diarahkan untuk menciptakan platform yang searah dengan perkembangan
ekonomi digital. Para inovator negeri ini perlu mengatasi fenomena
aplication is eating the world. Kapasitas inovasi juga perlu mengkaji
lebih dalam fenomena long tail economic. Yang merupakan pergeseran
ekonomi dalam hal ini produk utama dan pemimpin pasar yang jumlahnya
hanya beberapa menuju niche-niche kecil yang jumlahnya banyak.
Pergeseran seperti itu diprediksi akan meningkat berbanding lurus dengan
waktu. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya biaya produksi dan
distribusi khususnya dalam bisnis online.
Dengan rendahnya
biaya-biaya tersebut maka ada kebebasan memasarkan produk-produk
spesifik tanpa harus berpikir tentang cost yang tinggi. Teori long tail
digagas oleh Chris Anderson. Teori itu menyatakan bahwa dengan melayani
pasar minoritas, membuat dan menyediakan produk dan jasa (low in demand)
yang sesuai secara konsisten akan dapat meningkatkan keuntungan yang
besar dibandingan jika harus bertarung dan hanya terfokus pada produk
atau jasa yang sudah lebih dulu popular.
Inovasi tentang
aplikasi layanan jasa akan terus berkembang dan membutuhkan kreatifitas
terus menerus. Bisa jadi inovasi angkutan online semacam Uber Taxi dan
Grab Car akan tumbang dengan kreatifitas model bisnis baru. Ada model
bisnis yang menarik terkait dengan asumsi diatas. Hal itu bisa kita
lihat di kota Paris, disana ada model bisnis yang menyewakan sepeda
secara gratis. Model bisnis yang dikenal dengan istilah Velib (
kependekan dari velo libre atau sepeda gratis ) itu beroperasi pada
1.451 stasiun dengan jumlah sepeda yang dioperasikan mencapai ratusan
ribu. Model gratis diatas sangat menguntungkan masyarakat dan para
wisatawan dalam aktivitas transportasinya. Sementara operator sepeda
gratis diatas juga memperoleh keuntungan dari sisi yang lain seperti
kerjasama mutual dengan pusat perbelanjaan atau restoran disekitar
pangkalan sepeda gratis. Karena data menunjukan bahwa pemakai sepeda
gratis tersebut cenderung membelanjakan uangnya didekat pangkalan sepeda
tersebut.
Platform usaha akan diwarnai dengan kondisi free atau
menjadi gratis. Salah satu model bisnis global yang akan terus menjadi
kejutan adalah menawarkan layanan gratis dan memetik keuntungan dari
sisi yang lain. Chris Anderson dalam buku best seller-nya berjudul
gFreeh menyebutkan bahwa gratis adalah harga radikal yang akan mengubah
masa depan. Teori Chris Anderson tersebut sebaiknya menjadi inspirasi
bagi para pengembang aplikasi dan platform baru di negeri ini. Teori
diatas telah dibuktikan oleh Facebook dan Google. Dimana kedua
perusahaan internet global tersebut menyediakan layanan gratis kepada
warga dunia. Andai saja kedua raksasa internet tersebut sejak awal
mensyaratkan pengguna untuk membayar layanannya, mungkin kedua
perusahaan tersebut tidak bisa berkembang seperti sekarang.
*) BIMO JOGA SASONGKO, BSAE, MSEIE, MBA,
President Director & CEO Euro Management Indonesia. Sekjen Pengurus Pusat IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar