Potensi Demografi Kaum Muda
Oleh Bimo Joga Sasongko
Indonesia sebaiknya menata postur
sumber daya manusia (SDM) nasional untuk menghadapi persaingan global yang
semakin sengit dengan fokus kaum muda. Data demografi menunjukkan jumlah pemuda sesuai dengan
batasan UU berusia 16-30 tahun berjumlah 61,8 juta. Ini 24,5 persen total
penduduk nasional 252 juta (BPS, 2014).
Demografi pemuda ini harus dikelola secara totalitas agar
potensinya tidak menjadi beban sejarah dan berubah menjadi bencana sosial.
Lihat saja kemarakan kejahatan dan kekerasan oleh pemuda atau terlibat narkoba.
Penyebabnya antara lain faktor kemiskinan struktural, lonjakan pengangguran
usia muda, dan putus sekolah.
Ada karakter dan kapasitas yang
perlu dikapitalisasi setiap generasi muda untuk memenangi pertarungan masa
depan dalam mewujudkan mimpi Indonesia sejahtera. Diperlukan generasi muda yang
memiliki kualitas integritas tinggi. Kapasitas keahlian dan intelektual yang
mumpuni. Kepemimpinan yang peduli dan profesional.
Tak pelak lagi, bangsa saat ini
menanti kebangkitan kaum muda untuk mewujudkan negeri harapan. Kapitalisasi
tersebut membutuhkan wahana dan kesempatan bagi pemuda agar bisa menjadi
unggulan.
Perlu membangun optimisme
kebangsaan, tidak lama lagi pemuda mampu mewujudkan mimpi bangsa. Prediksi
tentang Indonesia yang akan menjadi bangsa maju pada tahun 2030 telah dibuat
McKinsey Global Institute. Berbagai indikator telah dikemukakan lembaga itu
seperti pusat-pusat pertumbuhan ekonomi mulai tersebar di luar Jawa. Prediksi
ini bisa terwujud jika postur SDM bangsa, utamanya para pemuda, diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk belajar sejak dini di pusat-pusat keunggulan
iptek dan inovasi dunia.
Sejarah menunjukkan, kaum belia lebih tangguh mengendalikan
semangat zaman. Mereka berani membuat terobosan dan inovatif. Orangtua sering
menyatakan, anak muda seperti peribahasa ”kaduk wani kurang deduga”
yang berarti kelewat berani tapi kadang-kadang kurang perhitungan. Itulah
kekuatan, kelemahan dan sekaligus keajaiban
kaum muda.
Indonesia membutuhkan terobosan
atau langkah yang tidak biasa. Peran penerobos sangat tepat dilakukan kaum
muda. Perlu memperbarui konsep Indonesia Incorporated yang bernuansa muda, yang
sesuai dengan semangat zaman di mana tulang punggung ekonomi masa depan,
ekonomi kreatif. Saatnya pemuda menggelorakan optimisme Indonesia secara
konkret dengan membangkitkan sel-sel kreatif hingga desa.
Pakar proses kreativitas Daniel L
Pink menyatakan bila ingin maju harus melengkapi kemampuan teknologi
(high-tech) dengan hasrat mencapai tingkat “high concept” dan “high touch.”
High concept adalah kemampuan menciptakan keindahan artistik dan emosional,
mengenali pola-pola dan peluang, menciptakan narasi yang indah dan menghasilkan
temuan-temuan.
High touch kemampuan berempati,
memahami esensi interaksi manusia, dan menemukan makna. Dalam konteks ini,
diperlukan inovasi teknologi sebagai aspek high-tech guna mendorong high
concept dan high touch bagi cluster
ekonomi kreatif kaum muda.
Besarnya jumlah pemuda merupakan
potensi dan risiko berat. Mulai tahun
2020 sampai 2035, Indonesia akan menikmati era langka bonus demografi (BD).
Jumlah usia produktif diproyeksikan mencapai 64 persen total jumlah sebesar 297
juta.
BD analog pisau bermata dua. Di
satu sisi merupakan potensi atau peluang sangat strategis sebuah negara untuk
percepatan pembangunan ekonomi dengan dukungan ketersediaan SDM usia produktif
melimpah. Namun jika salah kelola, bukan bonus, tetapi bisa menimbulkan
malapetaka sosial.
Rasio sederhana BD dapat
digambarkan, setiap 100 penduduk terdapat 64 orang berusia produktif. Sisanya
46 orang anak-anak dan lansia. Rasio usia produktif di atas 64 persen sudah
cukup untuk bergerak menjadi negara maju. Itu rasio usia produktif terbaik dari
2020 sampai 2035.
Proyeksi
Data demografi klop dengan
proyeksi lembaga riset Internasional, McKinsey Global Institute yang
memperkirakan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi paling stabil dunia, Indonesia
akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor tujuh pada tahun 2030.
Segenap bangsa berkewajiban
mencetak pemuda santun, cerdas, inspiratif dan berprestasi. Perlu menekankan
arti penting kemandirian dan kreativitas pemuda. Peringatan Sumpah Pemuda
kemarin masih diwarnai dengan maraknya penyakit sosial yang melibatkan pemuda.
Tak bisa dimungkiri, semakin
banyak pemuda teralienasi dengan tantangan zaman karena pemerintah kurang
serius memberi fasilitas untuk berkarya nyata. Akibatnya, banyak pemuda yang
hari-harinya terasa menjemukan dan sumpek karena minimnya prasarana atau ruang
kreativitas. Padahal dalam era sekarang ekonomi kreatif bisa tumbuh subur jika
distimulasi adanya ruang kreativitas dan kursus-kursus atau workshop gratis
bagi pemuda.
Daya saing suatu bangsa ditentukan
kemampuan berkreasi dan berinovasi sesuai dengan tren dunia. Seperti tergambar
dalam kajian lembaga pendidikan terkemuka Amerika, Harvard Business. Dia
menekankan pentingnya mendorong daya saing pemuda di bidang sistem inovasi dan
produksi. Tak pelak lagi, situasi dunia semakin membutuhkan SDM muda yang
inovatif dan ulet berbisnis untuk menghalau krisis.
Perlu membangun ruang kreatif
bagi pemuda. Negeri ini membutuhkan sebanyak-banyaknya tokoh muda innovator
baik tingkat dunia maupun lokal. Pada prinsipnya sumber inovasi baik produk
ataupun proses merupakan area belajar (learning). Tujuannya agar pemuda mampu berinovasi. Di
sini diperlukan upaya meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologinya dengan
memperkuat kapasitas learning.
Kapasitas inovasi akan membaik
jika daya kreativitas pemuda ditumbuhkan dengan membangun berbagai
infrastruktur. Dalam persaingan global yang sangat ketat perlu right brain
training untuk menumbuhkan daya kreativitas pemuda.
Modus kreativitas bisa lahir dari
berbagai disiplin ilmu lalu bersenyawa menjadi produk hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar