Kunjungan Raja
Salman dan Investasi
Oleh : Bimo
Joga Sasongko *)
Kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al
Saud dari Arab Saudi membuka lebar pintu investasi. Butuh kejelian dan strategi
investasi agar bisa menangkap peluang tersebut.
Kunjungan Raja Salman berlangsung pada
1-9 Maret 2017. Raja akan menetap di Jakarta selama tiga hari kemudian
mengunjungi Pulau Bali. Presiden Joko Widodo juga akan menganugerahkan bintang
kehormatan tertinggi Republik Indonesia kepada Raja Salman.
Perlu intelijen investasi agar proposal
yang disodorkan cocok dengan arah baru pembangunan yang tertuang dalam Visi
2030 Arab Saudi.
Peran intelijen investasi sesuai dengan
tekad Presiden Jokowi agar BUMN dan swasta bisa menerobos pasar nontradisional
atau pasar yang baru di berbagai belahan dunia. Termasuk peluang yang telah
disodorkan oleh rombongan Raja Salman.
Tidak mudah merebut peluang, apalagi
investor Saudi selama ini kebanyakan bukan jenis investor yang agresif.
Indonesia perlu memperbanyak SDM intelijen investasi.
Tindakan investasi pada prinsipnya
membutuhkan analisis menyeluruh untuk menjamin keamanan dana pokok dan mampu
memberikan keuntungan yang memadai. Tindakan yang tidak memenuhi persyaratan
diatas berarti tindakan spekulasi.
SDM intelijen investasi haruslah sosok
yang mumpuni dan mengerti secara detail peluang investasi disuatu negara.
Biasanya yang cocok dengan spesifikasi diatas adalah para diaspora Indonesia
yang menjadi pelaku investasi atau telah bekerja pada perusahaaan
internasional.
Mereka juga bisa dari kalangan teknolog,
peneliti atau kalangan mahasiswa Indonesia di luar negeri. Kini Arab Saudi
tidak lagi mengedepankan sektor minyak dan gas semata, tetapi menekankan
pentingnya diversifikasi perekonomian.
Arab Saudi ingin menjadi hub logistik
tiga benua, yakni Asia, Afrika dan Eropa. Untuk itu sedang gencar membangun
infrastruktur pelabuhan laut dan udara yang paling maju di kawasan.
Salah satu diversifikasi ekonomi yang
dilakuan pemerintah Saudi adalah pengembangan sektor pariwisata. Pada April
2016 lalu Pangeran Sultan Bin Salman, Ketua Komisi Pariwisata dan Warisan
Nasional (SCTH) Arab Saudi telah meluncurkan
Program Pasca Umroh.
Sebuah inisiatif yang memungkinkan
jamaah umrah untuk mengkonversi visa mereka ke visa turis. Sektor pariwisata
sangat cocok menjadi kerjasama investasi unggulan antara Indonesia dengan Arab
Saudi.
Apalagi dalam lawatan kali ini Raja
Salman melakukan liburan wisata yang cukup lama di Pulau Bali dan destinasi
wisata disekitarnya. Saatnya proposal investasi yang diajukan oleh Indonesia Incorporated tidak didominasi sektor
migas saja.
Sebenarnya Presiden Joko Widodo telah
membentuk menteri penghubung untuk melancarkan kerja sama dan investasi dari
luar negeri. Sepuluh orang menteri Kabinet Kerja dan dua kepala badan (BKPM dan
Bekraf) diberi tugas mengatasi hambatan investasi.
Namun langkah tersebut belum efektif
karena kurangnya jumlah SDM intelijen investasi. Ada gagasan agar pegawai
Kementerian Luar Negeri ditransformasikan menjadi intelijen investasi, namun
belum memenuhi spesifikasi yang diharapkan.
Idealnya intelijen investasi
masing-masing bertanggung jawab terhadap kawasan tertentu. Pembagian kawasan
yang sangat beragam tersebut tentunya membutuhkan banyak tim intelijen
investasi yang setiap saat bekerja secara detail.
Peran menteri penghubung investasi
kurang optimal dan sulit bertindak detail tanpa didukung oleh tim expert yang
tangguh dan kredibel. Untuk menarik investor dari luar negeri tidak cukup hanya
dengan mengatasi hambatan birokrasi dan perijinan.
Perlu pendekatan nilai dan laporan hasil
riset yang ditujukan kepada investor potensial. Untuk merebut peluang investasi
ditentukan oleh kemampuan tim untuk memahami konsep value investment diberbagai
negara.
Pakar investasi gobal Benjamin Graham yang
juga dijuluki sebagai bapak value
investing menyatakan bahwa investasi membutuhkan analisis yang komprehensif
terkait dengan rasio investasi, metodologi valuasi serta mencari nilai untuk
menjustifikasi spekulasi.
SDM intelijen investasi harus mampu
mengeksplorasi beragam jenis metode valuasi investasi untuk menangkap peluang
bisnis dan investasi. Mereka harus memahami dan akrab dengan para fund manager top dunia.
Williaam Browne salah satu super
investor global dari Tweedy Browne Company menyatakan bahwa investasi itu
adalah ilmu sosial untuk menemukan bisnis yang memiliki probabilitas tinggi
untuk bertahan di pasar.
Untuk itu Browne menyatakan dibutuhkan
banyak intelijen investasi sebagai analis yang bertugas mencari ide-ide
investasi. Setiap anggota memiliki dimensi dan latar belakang yang berbeda
serta fokus kajian pada negara yang berbeda.
Apalagi perkembangan teknologi informasi
mendorong terbentuknya perdagangan frekuensi tinggi dan ETF ( exchange traded funds) yang menyebabkan
lebih banyak likuiditas ke pasar dan meningkatkan spread saham. Tentunya hal ini harus dikuasai.
SDM intelijen investasi sebaiknya juga
direkrut dari warga negara yang memiliki kompetensi hi-tech dan karya inovasi yang bisa dijadikan start-up nations dan secara periode waktu sepak terjangnya sudah
mengalamaai fase maturitas.
Mereka itu antara lain adalah para
penerima beasiswa Menristek BJ Habibie yang pada era tahun 80-an dikirim negara
untuk kuliah di luar negeri. Selain itu juga ada sejumlah teknolog dan para
mantan pengelola BUMN industri strategis yang sarat hi-tech yang kini banyak
bekerja di luar negeri.
Ada baiknya SDM intelijen investasi
mencontoh kehebatan SPARX Group yang
merupakan perusahaan holding manajemen aset di Jepang. SPARX adalah singkatan
dari Strategic Portfolio Analysis Research eXperts (Ahli Riset Analisis
Portofolio Strategis) yang dirintis oleh Shuhei Abe.
Perusahaan ini memiliki metode yang
sangat bagus untuk melahirkan ide-ide investasi yang spektakukler dan sangat
menguntungkan. SPARX menghasilkan banyak riset tentang investasi yang sangat
kredibel dan berpengaruh dalam tataran global.
Salah satu laporan riset yang terkenal
berjudul “ Takeover Opportunities in Japan”. Laporan riset tersebut berhasil
menggaet banyak investor ke Jepang.
Selama ini
Shuhei Abe berhasil mengembangkan investasi yang luar biasa di sektor logistik,
perkeretaapian dan properti di Jepang. Kunci sukses SPARX adalah mengirimkan
banyak laporan riset hasil kerja intelijen investasi. Laporan tersebut
memancarkan ide-ide investasi yang hebat
pada waktu yang tepat.
*) BIMO JOGA SASONGKO, Lulusan North Carolina
State University. Ketua Umum IABIE. Wakil Sekjen ICMI.