Makna Kunjungan
Raja Salman
Oleh Bimo Joga Sasongko
Kunjungan
Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dari Arab Saudi membuka pintu kerja sama
berbagai sektor, tidak hanya investasi sektor migas, misalnya pengembangan
sumber daya manusia (SDM). Apalagi Visi 2030 Arab Saudi juga mengandung
transformasi SDM nasional yang mengurangi kebergantungan sektor migas.
Wakil
Putra Mahkota, Muhammad bin Salman, yang juga sebagai Ketua Dewan Urusan
Ekonomi dan Pembangunan telah mengumumkan Visi Saudi 2030 yang menetapkan goal
15 tahun ke depan beserta agenda kebijakan Rencana Transformasi Nasional.
Utamanya terkait diversifikasi pendapatan negara dan transformasi postur SDM
nasional agar berdaya saing global.
Sekadar
catatan, Arab memiliki 7,2 juta pekerja asing yang berbagi tempat dengan warga
Arab sekitar 27 juta jiwa. Kerajaan melihat perlu reformasi postur SDM nasional
dan komposisi ideal antara pekerja asing dan lokal. Kerajaan menyadari selama
ini boleh dibilang mentalitas warganya tak mau bersusah payah serta berpikir
keras untuk bangsanya.
Segala
sesuatunya diserahkan kepada tenaga kerja asing dengan imbalan gaji besar.
Bahkan, fasilitas vital dan persenjataan canggih yang dibeli dari luar negeri
untuk masalah operasional dan perawataannya juga bergantung pada tenaga asing.
Pemerintah
Indonesia perlu mengemukakan kembali bantuan dana sektor pendidikan yang selama
ini dikucurkan Arab kepada lembaga pendidikan Tanah Air, terutama pondok
pesantren.
Apresiasi
dan penghargaan Arab terhadap Polri dalam mengatasi ancaman terorisme sebaiknya
juga diwujudkan dalam bentuk bantuan pendidikan bagi personel kepolisian untuk
belajar lagi di luar negeri. Perlu menyiapkan SDM Polri yang memiliki kompetensi
tinggi bidang Threat Identification and Risk Assesment (TIRA) dalam menghadapi
aksi teroris yang semakin ganas.
Mereka
kelak bisa mengidentifikasikan ancaman dan menyusun perencanaan sistem keamanan
infrastruktur dengan baik. Tak pelak, semakin dibutuhkan SDM Polri yang mumpuni
di bidang engineering security beserta peralatan seperti pendeteksi bahan
peledak atau senjata. Juga semakin penting teknologi surveillance dengan CCTV
menggunakan computer based yang mampu mengolah gambar dan video.
Sistem
rekrutmen dan pendidikan SDM Polri perlu segera dirombak karena pelaku dan
modus kejahatan semakin canggih. Ini memerlukan teknologi dan lintas disiplin
ilmu. Apalagi perwira Polri yang persentasenya sekitar 10 persen, juga belum
memiliki pola pengembangan profesi sesuai dengan tantangan zaman.
Untuk
mengatasi disparitas karier dan kompetensi perlu sistem pengembangan SDM Polri
pada level perwira. Untuk itu, perlu penguasaan bahasa asing dan memilih
perguruan tinggi LN untuk pendidikan para perwira Polri.
Para
ulama yang mendapat kesempatan bertemu langsung dengan Salman, sebaiknya
mengajukan program untuk meningkatkan kompetensi santri yang berpotensi
memajukan bangsa.
Perlu
cara yang efektif untuk mencetak santri wirausaha menjadi pelaku UMKM yang kreatif
dan ulet. Produktivitas sangat relevan untuk dijalankan. Kini, Arab menjadi
kekuatan baru dunia yang diperhitungkan. Dia memainkan peran sentral di kawasan
Timur Tengah dan forum G-20. Dunia melihat keperkasaan Arab saat melancarkan
Operasi Decisive Strom ke Yaman dan membentuk Koalisi Militer Islam untuk
melawan terorisme.
Kerja
Sama
Arab
belanja militer sekitar 10,4 persen dari PDB, sedangkan per kapitanya sekitar
17 ribu dollar AS. Belanja tersebut termasuk peringkat atas dunia. Sekadar
perbandingan belanja negara lain dihadapkan PDB-nya, AS 4,8 persen, Russia 4,3
persen, Korea Selatan 2,9 persen, Malaysia 2 persen, dan Indonesia 0,89 persen.
Senjata terbaru Arab yang dipamerkan antara lain pesawat tempur generasi
terbaru F-15SA Elang buatan Amerika Serikat.
Besarnya
belanja militer Arab dan jumlah alutsista tentu membutuhkan tenaga ahli untuk
mengoperasikan dan merawat berkala. Teknisi Indonesia yang selama ini
berkecimpung dalam industri pertahanan, seperti PTDI, PAL, Pindad bisa mengisi
kebutuhan SDM di Arab.
SDM
Iptek Indonesia bisa dikirim ke Arab untuk menambah kompetensi dan pengalaman.
Apalagi Arab dan Indonesia telah resmi meneken perjanjian kerja sama di bidang
pertahanan. Memorandum kerja sama resmi ditandatangani pada 2014 di kantor
Kementerian Pertahanan, Jakarta.
Penandatanganan
dilakukan Wakil Menteri Pertahanan Arab dengan Kementerian Pertahanan
Indonesia. Ini merupakan pertama kalinya ada kerja sama pertahanan antara
Indonesia dan Arab sejak hubungan diplomatik dibuka pada 1950-an. Kesepakatan
dua lembaga itu, meliputi kerja sama penelitian dan transfer teknologi alat
utama sistem persenjataan (alutsista), pelatihan pasukan khusus terkait
penanganan teror, dan kerja sama dalam penanganan bencana.
Arab,
yang memiliki teknologi dan senjata canggih, mengajak Indonesia dalam
penelitian dan pengembangan alutsista. Kerajaan juga telah menyempatkan diri
melihat sejumlah alutsista TNI yang diproduksi atau dirakit di Indonesia,
seperti panser Anoa buatan Pindad di Markas Kopassus. Selain itu juga, pesawat
jenis CN-295 rakitan PT DI kerja sama Airbus Military.
Penulis
Lulusan North Carolina State University
*) BIMO JOGA
SASONGKO, Ketua Umum IABIE. Pendiri Euro Management Indonesia.
http://www.koran-jakarta.com/makna-kunjungan-raja-salman/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar