Tenaga kerja pada proyek nasional kereta cepat (KA)
Jakarta-Bandung (KCJB) masih didominasi tenaga kerja asing (TKA). Hal itu
terungkap dalam pemberitaan Harian Umum Pikiran
Rakyat (3/12/2018). Pemerintah daerah yang wilayahnya dilalui proyek KCJB
menyatakan bahwa tenaga kerja yang terlibat proyek itu masih sangat minim.
Tenaga lokal hanya untuk jenis pekerjaan kasar, seperti
kuli angkut. Bahkan untuk tenaga keamanan saja masih didatangkan dari Tiongkok.
Ada kesalahan mendasar yang perlu dibenahi terkait dengan pembentukan sumber
daya manusia untuk menangani proyek dan kegiatan operasional KCJB.
Mestinya, tenaga kerja lokal baik yang masuk kategori
teknisi hingga insinyur, bisa mendominasi proyek nasional yang didanai dari
utang itu. Karena pada gilirannya nanti utang akan dipikul oleh generasi
mendatang. Keniscayaan bagi bangsa ini untuk membentuk sumber daya manusia
perkeretaapian yang mandiri.
Pembangunan proyek infrastruktur seharusnya disertai
audit teknologi. Bertujuan untuk mengedepankan kepentingan komponen lokal dan
melibatkan seluas-luasnya tenaga kerja lokal. Pemerintah hendaknya tidak
memberikan cek kosong begitu saja kepada kontraktor asing untuk memilih dan
menentukan sendiri spesifikasi teknologi yang akan diterapkan di negeri ini.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai
lembaga clearing house technology
bersama dengan pemerintah daerah yang wilayahnya dipakai pembangunan
infrastruktur, mestinya melakukan audit teknologi terhadap produk atau proyek
yang masih dalam perencanaan maupun yang sudah berlangsung. Ironisnya, pemda
justru lebih senang menjadi penonton yang hanya duduk manis dan cuma menjadi
pencatat dalam proses pembebasan tanah. Peran pemda seharusnya jauh lebih besar
dari itu. Peran pemda juga menyangkut penggunaan tenaga kerja lokal berbagai
kategori sebanyak banyaknya dan selamanya.
Pembangunan KA cepat yang digarap PT Kereta Cepat
Indonesia China (KCIC) harus mengacu dan sesuai dengan UU No 23 Tahun 2007
tentang Perkeretaapian. Pembangunan harusnya terfokus kepada tahapan penguasaan
teknologi dan industri, dalam arti yang sebenar-benarnya, serta dilakukan penuh
totalitas oleh putra-putri bangsa sendiri.
Untuk membangun sisten perkeretaapian nasional yang
canggih, yang memadukan antara KA komuter atau perkotaan, KA biasa, hingga KA
cepat/supercepat, diperlukan penguasaan teknologi dan industri perkeretaapian
yang ditopang oleh SDM lokal yang andal dan jumlahnya cukup.
Proyek KA cepat jangan hanya bersifat sensasi pembangunan, sehingga tidak mampu menjadi wahana transformasi teknologi dan
industri. Idealnya tranformasi tersebut disertai dengan tahapan-tahapan yang
jelas. Yakni tahapan pengusaan teknologi KA cepat yang didukung dengan
persiapan SDM teknologi dengan berbagai spesialisasi dan jobs establishment yang bagus. Perlu grand strategy atau cetak biru transformasi KA cepat. Utamanya
terkait dengan SDM teknologi yang nantinya terbagi menjadi pelaksana
pembangunan infrastruktur dan moda KA cepat, operator dan pemeliharaan, serta
lembaga riset dan inovasi.
Proyek KA cepat Jakarta - Bandung semestinya dapat menyerap
lebih dari 50.000 tenaga kerja pada saat konstruksi, 20.000 tenaga kerja
konstruksi transit oriented development
(TOD), dan sekitar 30.000 pekerja saat operasi. Semua itu harus dirumuskan
secara detail dan konsisten bersama pihak pemerintah daerah.
Lembaga riset
Strategi transformasi perkeretaapian nasional selain
membutuhkan pelaksana pembangunan infrastruktur oleh BUMN dan wahana industri
perkeretaapian, juga membutuhkan lembaga riset dan inovasi untuk mengembangkan
KA cepat di masa mendatang. Tentunya lembaga riset dan inovasi ini membutuhkan
ribuan SDM teknologi yang ahli dan mampu menguasai teknologi KA super- cepat
yang sesuai dengan tren dunia. Perlu mengirimkan mahasiswa untuk belajar di perguruan
tinggi dan pusat industri KA supercepat, sehingga dalam kurun waktu lima tahun
ke depan SDM teknologi ini sudah bisa mengisi lembaga strategis tersebut.
Betapa dinamisnya riset dan inovasi terkait dengan KA
supercepat dewasa ini. Kita bisa menengok inovasi dan riset yang dilakukan oleh
perusahaan KA nasional Prancis SNCF. Selama ini SNCF merupakan pusat dunia
terkait dengan pengembangan KA canggih berkecepatan sangat tinggi. Yakni Train Grande Vitesse (TGV) yang terus
menerus berinovasi membuat rekor dunia dalam hal kecepatan tempuh.
Selain aspek kecepatan, SNFC juga melakukan berbagai
riset dan inovasi terkait dengan value conscious. Survei SNFC menunjukkan bahwa
pada saat ini faktor kecepatan saja tidaklah cukup untuk menjadi daya tarik
penumpang KA di benua Eropa. Dengan kondisi ini, SNFC selain terus
mengembangkan teknologi KA cepat juga berinovasi terhadap layanan, antara lain
bekerja sama dengan Disneyland untuk merancang gerbong TGV yang memiliki
fasilitas hiburan fantastis bagi keluarga.
Para belia di negeri ini sebaiknya segera diarahkan untuk
belajar KA supercepat di Prancis. Karena negara itu selama ini terbukti
memberikan transfer teknologi yang jelas dan komprehensif kepada negara lain,
termasuk dengan Tiongkok selama ini. Transformasi perkeretaapian nasional
menuju penerapan KA supercepat perlu strategi dan cetak biru yang tepat, yang
dikerjakan secara mandiri oleh putra-putri bangsa. Kemandirian itulah yang
menjadi roh dari Undang- Undang Perkeretaapian Nasional.
Keberhasilan transfer teknologi KA supercepat oleh kaum
belia Indonesia sangat menentukan perkembangan perkeretaapian nasional dan
sekaligus menjadi solusi bagi masalah yang akan timbul. Pengoperasian KA Cepat
Jakarta-Bandung jangan dikira tidak akan sarat masalah berikutnya. Tentunya
akan timbul masalah teknis yang serius terkait dengan kondisi geologi yang
rawan longsor dan gempa bumi. Selain itu juga rawan banjir, misalnya di daerah
Kabupaten Bandung yang direncanakan menjadi stasiun akhir KA cepat dan menjadi
depo teknologi dan perawatan.
SDM teknologi bangsa Indonesia harus mampu mengantisipasi
masalah serius di kemudian hari. Kita harus punya solusi yang mandiri terkait
dengan masalah fatal yang mungkin akan menimpa KA cepat. Termasuk yang
menyangkut keamanan penumpang dan inovasi layanan.***
Bimo Joga Sasongko
Pendiri Euro Management Indonesia, Ketua
Umum Ikatan Alumni Program Habibie (ABIE)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar