Makna Idul Adha
Membentuk SDM Unggul Terbarukan
Perayaan Idul
Adha 1438 H atau Hari Raya Kurban mengandung makna perlu pengorbanan yang tulus
bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemajuan dalam berbagai bidang. Perlu
memaknai perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS
dalam konteks kekinian.
Makna Idul Adha
yang amat strategis adalah pengorbanan seluruh komponen bangsa demi
terbentuknya SDM yang unggul dan terbarukan. SDM terbarukan memilki kompetensi,
kreatifitas dan daya inovasi yang setara dengan SDM negara maju.
Pengorbanan moril
dan meteriil adalah keniscayaan dalam kondisi lompatan Iptek yang berlangsung
begitu cepat. Hal ini menuntut kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas dan berkarakter.
Tantangan di
masa depan mengharuskan seluruh umat manusia terlibat dalam persaingan global.
Hal ini juga terkait dengan semakin tingginya pemanfaatan sumber daya alam
(SDA), sehingga hanya bangsa yang siap secara teknologi yang akan banyak
memetik manfaat dari SDA yang semakin langka atau tidak terbarukan.
Kekayaan SDA
semata selama ini terbukti tidak mampu menyejahterakan rakyat karena SDM loyo
alias kurang berkualitas. Juga kedaluarsa kompetensinya alias tidak
terbarukan. Indonesia merupakan negara
yang gemah ripah loh jinawi, karena sumber daya alamnya yang kaya. Namun, karena
SDM kita kurang terbarukan dan kurang memiliki karakter positif yang menjadi
penciri bangsa maju, akibatnya masih harus bergelut dengan kemiskinan dan
kebodohan.
Kondisi dunia
yang semakin kompetitif menuntut terbentuknya warga bangsa dengan emotional
quotient (EQ) yang tinggi. Pembentukan tersebut bisa lancar dengan
mengartikulasikan nilai Idul Adha yang menekankan arti rela berkorban, ulet dan
ikhlas berjuang demi kemajuan. Premis yang menganggap IQ merupakan hal
terpenting dalam karier seseorang telah dikoreksi, karena EQ (bukan IQ) dalam
kehidupan modern saat ini dianggap lebih dapat memprediksi membentuk SDM
terbarukan.
Implikasinya
sekolah dan perguruan tinggi yang selama ini mendidik SDM seyogianya tidak lagi
berfokus pada peningkatan aspek kognitif semata. Kurikulum yang terlalu
berorientasi kepada rutinitas ujian dan penekanan siswa hanya untuk menghapal
mestinya bukan lagi menjadi porsi yang utama. Kemajuan teknologi tidak
menginginkan manusia-manusia penghapal karena informasi kini bisa diakses dalam
hitungan detik melalui internet.
“Semangat Kurban dan Pengorbanan untuk
Kemajuan Bangsa” menjadi tema penting Idul Adha 1438 H. Tersirat bahwa perayaan
Idul Adha lebih besar dampak sosialnya dibandingkan dengan Idul Fitri, karena
di Idul Adha sangat disarankan perintah untuk berkurban sedangkan di Idul Fitri
diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah.
Patut mengambil teladan dari Nabi Ibrahim AS.
yaitu: keikhlasan atau suatu sikap sami’na wa atho’na (ketaatan yang total),
serta kehanifan (berpegang teguh pada komitmen kebenaran). Islam
adalah agama kemajuan dan keunggulan. Sebagai agama kemajuan (din al hadharah),
Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk mampu menampilkan kehidupan yang
maju dan dinamis, bukan kehidupan yang pasif dan stagnan.
Sesuai dengan salah satu hadist
Rasulullah SAW yakni : “Barang siapa yang mampu menciptakan hari ini
lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang sukses, dan jika hanya mampu
menciptakan hari ini sama dengan hari kemarin, sesungguhnya dia gagal, apalagi
jika gagal menciptakan hari ini lebih baik atau sama dari hari kemarin, maka
dia adalah orang terhina”.Dari hadits di atas sangat jelas bahwa umat Islam
harus berorientasi kepada kualitas dan dinamika kehidupan. Kehidupan umat
Islam, baik secara individu maupun secara kolektif, harus bergerak maju merebut
kualitas.
Prinsip di atas
merupakan watak Islam yang perlu kedepankan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia tercinta. Esensi kemajuan diatas juga tergambar pada
para jemaah Haji yang thawaf mengelilingi Ka'bah tujuh kali yang dilakukan oleh
para jamaah haji. Thawaf mendidik jamaah haji agar bergerak maju dinamis dalam
orbit tauhid. Konsistensi dalam bertauhid memacu gerak untuk maju dan terus
bersikap optimis dalam mengejar kemajuan.
Atas perhatian dan kerjasama antara IABIE dan rekan-rekan jurnalis media massa, baik media cetak maupun
elektronik, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar