Oleh Bimo Joga Sasongko | Sabtu, 27 Oktober 2018 | 11:05
Peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke-90 tahun 2018
mengetengahkan tema “Bangun Pemuda Satukan Bangsa”. Untuk membangun pemuda
dalam aspek mentalitas dan keahlian dibutuhkan pendidikan berkelas dunia.
Masalahnya, kondisi sebagian besar lembaga pendidikan saat ini kebanyakan masih
jauh dari standar dunia.
Adalah suatu keniscayaan membangun pendidikan berkelas
dunia untuk menggembleng para pemuda Indonesia agar mampu bersaing. Mendirikan
pendidikan berkelas dunia jangan dipandang sebagai program eksklusivisme.
Kemampuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membangun lembaga
pendidikan berkelas dunia masih banyak kendala. Sehingga instansi lain sangat
diharapkan bisa mengambil peran tersebut. Termasuk kalangan swasta.
Betapa pentingnya membangun pendidikan berkelas dunia di
Tanah Air, sampai-sampai TNI ikut berusaha secara total. Peringatan HSP ke-90
diwarnai dengan fenomena kepemimpinan yang semakin belia. Baik kepemimpinan
politik maupun korporasi. Patut angkat topi menyaksikan kepemimpinan dunia yang
kini semakin diisi oleh sosok belia.
Data demografi menunjukkan bahwa jumlah pemuda di
Indonesia sesuai dengan Undang-Undang tentang Kepemudaan dengan rentang usia
16-30 tahun, berjumlah 24,5% dari total penduduk Indonesia. Kondisi demografi
pemuda di atas harus dikelola secara tepat.
Bangsa Indonesia sedang menanti bangkitnya kaum muda yang
berani mengarungi kompetensi dunia untuk kendalikan semangat zaman. Perlu
membangun optimisme kebangsaan bahwa tidak lama lagi pemuda mampu mewujudkan
mimpi bangsa Indonesia, dan menjadi sangat terhormat di antara bangsa lain.
Bahkan lebih dari itu, bangsa ini perlu bermimpi untuk suatu saat memimpin
dunia.
Memimpin dalam aspek politik, budaya, ilmu pengetahuan
dan teknologi. Proyeksi dan prediksi tentang Indonesia yang akan menjadi bangsa
besar dan maju pada tahun 2030 telah dibuat McKinsey Global Institute. Berbagai
indikator telah dikemukakan oleh McKinsey Global Institute. Seperti potensi
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang amat hebat jika SDM muda dikelola dan
diarahkan dengan benar. Faktor di atas menjadi pendorong pimpinan TNI untuk
membangun dan mendirikan lembaga pendidikan berkelas dunia untuk pendidikan
umum, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA).
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengambil
langkah cepat dan sesuai dengan tantangan zaman. Yakni bersiap menghadapi
perkembangan tatanan dunia baru yang diwarnai dengan era revolusi industry 4.0.
TNI telah membangun beberapa lembaga pendidikan untuk jenjang SMA berkelas
dunia. Antara lain SMA Taruna Nala di Malang, Jawa Timur yang telah diresmikan
oleh Presiden Joko Widodo. Lalu mendirikan SMA unggulan berkelas dunia lainnya
yang bernama Pradhita Dirgantara yang berlokasi di Lanud Adisoemarmo, Solo.
Pembangunan SMA berkelas dunia tersebut diharapkan mampu
mencetak SDM bangsa yang unggul dan berdaya saing global. Lulusan SMA itu juga
diproyeksikan mampu menembus perguruan tinggi terkemuka baik di dalam maupun
luar negeri. Saatnya Indonesia totalitas mengembangkan SMA unggulan sesuai
dengan persaingan global demi mencetak generasi emas.
Perlu terobosan seperti yang telah diterapkan SMA Taruna
Nala yang telah mengombinasikan antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum
internasional dari Cambridge University (IGCSE). Juga menekankan Program
Leadership Academy sehingga lulusannya bisa menjadi calon pemimpin masa depan
yang berwawasan internasional dan siap hadapi tantangan globalisasi.
Peringatan HSP 2018 diwarnai dengan spirit kesuksesan
Indonesia dalam menyelenggarakan pesta olahraga se Asia, Asian Games XVIII di
Jakarta-Palembang. Hal ini menjadi momentum lahirnya pahlawan masa kini dalam
sosok pemuda. Sukses Asian Games menjadi kesempatan emas untuk mengembangkan
SDM olahraga berkelas dunia.
Selain itu menjadi alas an kuat pentingnya mengirimkan
para atlet dan pelatih untuk belajar di luar negeri yang memiliki teknologi
tinggi dan sistem kompetisi yang lebih baik. Pengiriman atlet muda ke luar
negeri merupakan keniscayaan. Untuk memperlancar program tersebut para atlet
mesti diberikan pelatihan bahasa asing beserta kebudayaan negara tersebut.
Dalam dunia olahraga faktor ketidakpastian sangat besar
sehingga perlu melibatkan Iptek untuk memperkecil ketidakpastian itu dengan
usaha yang terukur. Serta mengetahui strategi para pesaing Indonesia dengan
sistem kepelatihan modern serta ilmu keolahragaan (sport science). Kini
olahraga menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan manusia. Selain untuk
membangun karakter dan kualitas SDM bangsa, olahraga sudah menjadi entitas
ekonomi dan industry dengan nilai tambah yang signifikan.
Pemerintahan Jokowi telah melakukan langkah
debirokratisasi olahraga agar tidak mengalami kelangkaan prestasi terus
menerus. Debirokratisasi pada prinsipnya membebaskan atlet cabang olahraga dari
belitan birokrasi dan politisasi. Dan selanjutnya mengembangkan profesionalitas
atlet dan pengurus cabang olahraga sesuai dengan perkembangan global.
Tantangan pengembangan olahraga di masa depan diwarnai
dengan kemampuan suatu bangsa melakukan ristek di bidang olahraga. Ristek
tersebut juga akan menumbuhkan industry olahraga serta melakukan banyak
kegiatan eksperimental yang melibatkan ahli teknik dan laboratorium.
Riset dan industri peralatan olahraga dunia telah
mengalami lompatan yang luar biasa berkat persenyawaan dengan kemajuan
teknologi virtual dan simulasi dengan tajuk teknologi olahraga 4.0. Hal itu
terlihat dengan desain peralatan olahraga melalui riset yang melibatkan
teknologi canggih.
Seperti penggunaan perangkat desain dari perusahaan
Prancis terkemuka Dassault Systemes yang terdiri atas aplikasi, layanan, dan
metodologi yang membahas kebutuhan unik pelanggan di industri peralatan
olahraga. Perangkat Dassault Systemes didedikasikan untuk mendukung inovasi
yang luas dalam hal peralatan olahraga, infrastruktur gedung atau stadion, dan
simulasi olahraga.
Selain itu, teknologi virtual di atas dapat digunakan
untuk mengoptimalkan kinerja peralatan atletik mulai dari sepatu lari hingga
pakaian atlet. SDM Indonesia perlu magang dan transfer teknologi pada
perusahaan multinasional seperti Dassault Systemes. Itu tidak hanya dimaksudkan
untuk meningkatkan kinerja atlet nasional saja, tetapi juga bisa membantu
meningkatkan tingkat kepuasan penonton di dalam stadion.
Bimo Joga Sasongko, Ketua Umum IABIE, pendiri Euro
Management Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar