Bimo Joga Sasongko, Ketua
Umum IABIE, Penulis Buku Anak Intelektual Habibie
Makna peringatan hari buku
sedunia 23 April lalu adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan buku menjadi
tolak ukur kadar kepemimpinan bangsa.
Prakarsa Organisasi
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNESCO) tentang hari buku bertujuan memajukan peradaban.
Di Indonesia, peringatan hari
buku kali ini sangat relevan saat bangsa ini tengah melalukan seleksi kepemimpinan
eksekutif ataupun legislatif. Usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sangat
bergantung pada sejauh mana animo rakyat dalam membaca buku serta volume
penerbitan buku bermutu.
Melihat peradaban bangsa yang
paling afdal adalah lewat buku yang auntentik karya anak bangsa. karena itu,
peringatan hari buku kali ini mesti disambung lewat kancah pameran buku
Internasional.
Kehadiran Indonesia di event buku dunia, antara lain, di
Frankfurt Book Fair dan London Book Fair merupakan eksistensi diri untuk mengejar tertinggalnya negeri ini dibandingkan negara
lain yang jauh lebih agresif dan produktif dalam hal perbukuan.
Buku dan kepemimpinan bangsa
bagaikan dua pasang kaki kuda yang saling memacu kemajuan menuju negeri
harapan. kita bisa melihat betapa hebatnya kadar kepemimpinan para perintis dan
pendiri bangsa.
Mereka memiliki konsepsi dan
pemikiran yang brilian, runtun, dan kontennya melesat ke depan. Begitu pula,
opini publik pada waktu itu mengalir jernih. itu pertanda, pada zaman itu
indeks literasi elite bangsa amat menggembirakan.
Para elite politik saat ini
perlu menengok jendela sejarah kelahiran bangsa. Di situ akan terlihat,
semangat kebangsaan hanya dapat dikendalikan dengan baik oleh kepemimpinan yang
lengket dengan buku.
Layar sejarah telah menyajikan
kisah, betapa hebatnya gaya kepemimpinan para perintis dan pendiri Indonesia
yang telah mencapai tingkat kematangan.
Indikator kematangan itu
terlihat jelas ketika kita membaca gagasan dan pemikiran dalam karya tulisnya
yang sangat intelektualistik. Mereka adalah figur-figur politisi-cendikia yang
sangat visioner.
Melalui buku karyanya, rakyat
tergerak dan memahami dialektika kebangsaan yang mengalir jernih. Dalam usia
yang sangat belia Bung Karno menulis buku Indonesia
Menggugat yang pernah mendapat perhatian dunia.
Mohammad Natsir sangat
produktif menulis artikel ideologis yang dibukukan dengan judul Capita Selecta, buku yang mencerahkan
kehidupan demokrasi. Bung Hatta menulis buku Indonesia Merdeka dan sederet buku lainnya.
Sementara itu, Bung Sjahrir
menulis Renungan dalam Tahanan. Dan
demikianlah para pejuang lainnya. Mereka semua sangat piawai di dalam memimpin
wacana karena giat menulis sekaligus merupakan kutu buku.
Menyelami buku karya perintis
dan pendiri bangsa yang ditulis saat usia belia seperti menikmati orkestra
simfoni. Karya tulis itu digali dari tesis dan sintesis pemikiran tokoh-tokoh
besar dunia, lalu dikawinkan dengan kondisi sosial budaya bangsa Indonesia.
Buah pemikiran para elite
politik yang tertuang dalam buku pada era perjuangan kemerdekaan bangsa yang
mengalir jernih menyebabkan rakyat mudah menangkap secara baik, jalan pikiran
dan gagasan para pemimpinnya.
Setiap saat rakyat selalu
menunggu dan menunggu kehadiran konsepsi, gagasan, dan pemikiran para
pemimpinnya.
Kini kehidupan bangsa dilanda
keprihatinan terkait dengan terpuruknya minat baca dan menulis para elite
politik dan masyarakat. Kondisinya bertambah memprihatinkan karena usaha
penerbitan buku masih sepi.
Untuk menggairahkan usaha
penerbitan buku, Indonesia mesti sering membuat event perbukuan serta mengikuti
secara penuh pameran buku dunia. Misalnya, Frankfurt International Book Fair,
London Book Fair, dan sebagainya.
Event seperti itu akan membawa semangat dan harapan baru bagi
perbukuan nasional. Tahun ini, ada 450 judul buku yang mewakili Indonesia dalam
London Book Fair (LBF) pada Maret 2019. Pada masa mendatang, jumlahnya mesti
ditingkatkan.
Terutama untuk buku-buku yang
auntentik keindonesiaan sehingga Indonesia
terus menjadi sorotan utama dan menjadi market focus bursa buku internasional. Langkah Komite Buku Nasional
(KBN) yang mendorong partisipasi kaum milenial dalam digital publisher patut diapresiasi.
Saatnya penulis milenial
melakukan diversifikasi karya dan produknya menjadi elektronik (e-book). Hal
ini sekaligus merupakan sumber pendapatan tambahan baginya.
Indeks literasi bangsa perlu
segera ditingkatkan agar tidak semakin jauh tertinggal oleh bangsa lain. Salah
satu upaya perbaikan kualitas literasi bangsa lewat paltform story-teeling Wattpad. Kini di negeri ini semakin banyak
yang berminat membaca karya fiksi.
Mungkin ada pengaruh dari
medium seperti itu (Wattpad) dan banyak karya tulisan yang ditertibkan. Saatnya
pemerintah mawas diri dan berusaha bangkit terkait dengan masih terpuruknya
usaha perbukuan dan rendahnya minat baca masyarakat.
Perhatian dan pengembangan
terhadap buku searah dengan program utama UNESCO. Sering kali lembaga dunia ini
menyerukan pengembangan buku dan literasi bagi suatu bangsa.
Apalagi sejak 1995, UNESCO
memutuskan Hari Buku Sedunia yang salah satu maknanya untuk menghormati
sastrawan dan pengarang besar, seperti Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso
de La Vega dan Josep Pla, Maurice Droun, Vladimir Nabokov, Manuel Mejia
Vallejo, dan Halldor Laxness.
Badan PBB itu juga menekankan
perlunya sinergi antara pemangku kepentingan, yakni pengarang, penerbit,
distributor, perpustakaan, organisasi perbukuan, serta berbagai komunitas yang
semuanya bekerjasama mempromosikan buku dan literasi sebagai aktivitas untuk
menguatkan nilai -nilai sosial, mencerahkan kebudayaan, dan meneguhkan
kemanusiaan.
Perlu pembenahan usaha
percetakan dan penerbitan buku di Indonesia yang bersifat mendasar serta sesuai
dengan perkembangan zama. Usaha itu memerlukan transformasi proses bisnis agar
bisa bersaing menghadapi era ekonomi digital.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar