Peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Jepang-R I
mengetengahkan tagline “Kerja bersama, Maju bersama” dalam rangka
Japan-Indonesia Strategic Partnership. Kontribusi Jepang terhadap pembangunan
Indonesia dalam berbagai bidang sangat berarti. Kondisi globalisasi dan
persaingan bangsa bangsa mengharuskan bangsa Indonesia mengoptimasikan dan
memperbarui hubungan internasional, khususnya dengan Jepang.
Kerja sama kedua negara di bidang perdagangan, investasi, kebudayaan, pariwisata, ristek, hingga ketenagakerjaan perlu ditingkatkan dan disesuaikan dengan tantangan zaman. Penyesuaian tersebut tentunya sangat tergantung kepada kesiapan SDM yang berkompeten dan mampu menghadapi disrupsi yang tengah melanda dunia.
Untuk itu, pemerintah Jepang perlu ikut serta memperkuat
postur SDM Indonesia demi kebutuhan pembangunan. Pada saat ini Dubes Jepang
untuk Indonesia Ishii Masafumi tengah berusaha keras menjamin keamanan dan
kelancaran usaha bagi sekitar 19 ribu warga Jepang yang menetap di seluruh
Indonesia. Juga memperlancar aktivitas 1.800 perusahaan Jepang yang eksis di
Indonesia.
Perusahaan Jepang
di Indonesia memiliki kontribusi besar di bidang ketenagakerjaan. Perusahaan
tersebut perlu didorong agar menambah investasinya. Bagi perusahaan Jepang yang
terkendala dengan masalah teknis dan ketenagakerjaan perlu dicarikan solusi
yang tepat dan cepat. Sehingga perusahaan tersebut tidak hengkang ke Negara
lain atau merelokasikan pabriknya. Kondisi globalisasi mulai ditandai dengan
gelombang disrupsi teknologi yang mengganggu sektor ketenagakerjaan. Oleh
karena itu, perlu antisipasi dini terjadinya transformasi ketenagakerjaan dari
tenaga manusia kepada mesin/robotika yang didukung oleh teknologi Artificial
Intelligence. Dampak transformasi tersebut akan segera dirasakan pada sektor
transportasi, logistik, layanan pelanggan, dan layanan konsumen.
Usia 60 tahun hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia
perlu menitikberatkan strengthen education partnership. Di samping strengthen
economic partnership dalam berbagai aspek lainnya yang selama ini sudah
dilakukan. Penguatan kerja sama Indonesia- Jepang dalam bidang pendidikan,
riset dan pengembangan SDM pembangunan infrastruktur begitu urgen.
Meskipun jumlah mahasiswa/ pelajar Indonesia ke Jepang
dari 2012 hingga 2016 meningkat, namun jumlahnya kurang signifikan. Hingga 2016
jumlah pemuda Indonesia yang belajar di Jepang hanya 4.630 orang, atau sekitar
1,9% dari jumlah total mahasiswa asing yang belajar di sana.
Kita menjadi iri melihat kenyataan jumlah mahasiswa warga
Negara Tiongkok di Jepang mencapai 98.483 orang (41,1%), dan Vietnam mencapai
53.807 orang (22,4%). Menimbang faktor luas wilayah Indonesia, jumlah penduduk
dan skala pembangunan infrastrukur dan aktivitas sosial, pariwisata dan budaya,
mestinya jumlah orang Indonesia yang belajar ke Jepang paling tidak bisa
mencapai 50 ribu orang.
Dibutuhkan dorongan dan kemudahan (affirmative action)
untuk meningkatkan jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang dengan
cara yang extraordinary. Perlu mencari terobosan skema pembiayaan mahasiswa.
Seperti misalnya dengan cara skema offset (imbal beli) yang pernah dijalankan
oleh Presiden RI ketiga BJ Habibie. Di mana skema offset mencakup transfer
teknologi, co-production atau produksi bersama di Indonesia untuk komponen dan
struktur, serta fasilitas pemeliharaan dan transfer teknologi dengan mendidik
SDM.
Saatnya penguatan kerja bersama Jepang-RI dengan menambah
secara signifikan mahasiswa Indonesia yang belajar ke Jepang. Sebaiknya
pemerintahan kedua negara memakai kembali Habibie Way terkait perdagangan
maupun perjanjian kontrak pembangunan infrastruktur dan proyek lainnya.
Habibie Way menekankan transfer of technology (ToT)
dengan mengirimkan SDM untuk belajar dan magang di luar negeri. Dengan demikian
perusahaan dan industry Jepang yang ada di Indonesia bisa lebih cepat
berkembang karena tersedia SDM yang berkompeten dalam jumlah yang cukup.
Apalagi selama 10 tahun terakhir perusahaan asing di sini selalu kesulitan
mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhannya.
Merupakan misi penting Dubes Ishii untuk mewujudkan
strengthen education partnership Jepang-RI. Terutama di bidang pengembangan SDM
di garis depan pembangunan infrastruktur, usaha mitigasi bencana, intelijen
investasi serta antisipasi era industri 4.0. Yang mana Negara Jepang tentunya
sudah sangat siap dan menjadi leader dalam menyongsong era tersebut.
Apalagi pada saat ini Pemerintah Indonesia sedang giat
meluncurkan kebijakan pengembangan vokasi untuk memenuhi kompetensi SDM atau
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh kalangan industri.
Pemerintah Jepang perlu mengulurkan bantuan terhadap guru
guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki keahlian yang sangat
dibutuhkan untuk mendukung program vokasi bagi dunia industri. Pemberian
beasiswa terhadap guru ke luar negeri sangat berguna untuk bench-marking dengan
pendidikan yang ada di negara maju.
Terkait dengan sumber daya alam (SDA), perlu transfer
teknologi SDM pertambangan dari Jepang. Terutama untuk investasi proyek smelter
atau pengolahan bahan mentah tambang. Seperti contohnya fasilitas smelter PTFI
yang ada di Kota Gresik Jatim yang bekerja sama dengan Mitsubishi dari Jepang.
Metode Mitsubishi banyak dipakai oleh usaha smelter karena lebih efisien dan
ramah lingkungan. Bangsa Jepang dan Indonesia memiliki nasib yang sama terkait
dengan potensi bencana alam. Untuk itu kerja bersama di bidang mitigasi bencana
merupakan keniscayaan.
Apalagi Dubes Ishii memiliki pengalaman dan kompetensi
yang banyak terkait program penanganan bencana alam. Diharapkan Jepang terus
membantu usaha bangsa Indonesia untuk menurunkan indeks risiko bencana.
Bimo Joga Sasongko, Pendiri Euro Management Indonesia.
Ketua Umum IABIE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar