Oleh
Bimo Joga Sasongko
Presiden Joko Widodo telah melakukan kunjungan kerja ke negara-negara di
kawasan Asia Selatan. Dalam kunjungan itu Presiden mengetahui bahwa pasar
ekspor di Asia Selatan masih belum digarap dengan baik.
Setelah
kunjungan kerja ke Asia Selatan, Presiden menyampaikan kekecewaannya terkait
dengan kinerja ekspor yang menjadi tugas dan lingkup tanggung jawab Kementerian
Perdagangan. Presiden kecewa lantaran nilai ekspor RI ketinggalan jauh dari
negara tetangga yang tergabung dalam Asean.
Kinerja
ekspor Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan Thailand, Vietnam, dan
Malaysia. Padahal kapasitas nasional dan aset sumber daya alam (SDA) yang
dimiliki Indonesia jauh lebih besar. Data menunjukkan Thailand mampu
menghasilkan US$ 231 miliar dari hasil ekspor. Angka itu tertinggi di Asia
Tenggara. Nilai ekspor Malaysia mencapai US$ 184 miliar, dan Vietnam sebesar
US$ 160 miliar. Sementara itu, Indonesia sebagai negara besar hanya mendapat
US$ 145 miliar dari ekspor. Pendapatan ekspor Indonesia tersebut jelas merupakan
paradoks yang menyedihkan.
Selama
ini Indonesia mengabaikan pangsa pasar non-tradisional. Padahal pasar ekspor
tradisional sudah stagnan, mestinya kita segera memperluas sayap untuk
menciptakan pasar baru. Antara lain ke Asia Selatan, Timur Tengah, dan benua
Afrika.
Kunjungan
Presiden Jokowi ke sejumlah negara di Asia Selatan melahirkan arti perlunya
menggarap potensi yang selama ini terabaikan. Meskipun negara di Asia Selatan
adalah negara berkembang yang didera masalah kependudukan yang rumit, tetapi
memiliki hubungan yang istimewa sejak Indonesia merdeka dan potensi perdagangan
yang luar biasa.
Ada
delapan negara yang terletak di Asia bagian selatan yaitu India, Pakistan,
Bangladesh, Afganistan, Bhutan, Maladewa, Nepal, dan Srilanka. India adalah
negara terbesar di kawasan ini dengan wilayah terluas dan jumlah penduduk
terbanyak.
Kemitraan
Indonesia dengan negara Asia Selatan seperti India cukup signifikan. Indonesia
perlu saling mempelajari terkait pembangunan manusia, terutama pengembangan SDM
di India. Serta cara India membangun intelektual bangsanya dan menyiapkan
angkatan kerja berdaya saing global dan para diasporanya mampu menarik
investasi yang berbentuk proyek outsourcing global. Begitu juga sistem
pendidikan India yang sangat adaptif dengan tuntutan zaman.
Indonesia
layak belajar dari diaspora India. Banyak di antaranya yang berhasil menjadi
pemimpin korporasi dan organisasi global di luar negeri. Diaspora India
berkontribusi bagi negaranya sekitar US$ 180 miliar per tahun. Sementara itu,
diaspora Indonesia baru bisa mendatangkan devisa sekitar US$ 9 miliar.
Saat
ini tren dunia menunjukkan bahwa pengelolaan SDM bangsa telah bertransformasi
dari human resources menjadi human capital. Di mana manusia tidak lagi menjadi
pekerja pasif, tetapi secara aktif mengembangkan diri mencari sesuatu,
berkreasi dan berinovasi untuk terus bersaing.
India
berhasil membangun modal intelektual bangsanya. Salah satunya terlihat dari
strategi yang agresif dalam industri penerbitan. Betapa seriusnya pemerintah
India mengembangkan industri penerbitan.
Terlihat
dengan usaha pengembangan National Book Trust (NBT). Lembaga semacam BUMN yang
dibentuk pada 1957 oleh Perdana Menteri pertama India, Jawaharlal Nehru. Buah
dari keseriusan pemerintah India adalah tingginya minat baca masyarakat di
sana. National Book Trust of India sukses dalam mempromosikan buku dan
kebiasaan membaca di kalangan masyarakat India.
Kesuksesan
di atas diikuti dengan berkembangnya industri perbukuan India yang omzetnya
lebih dari 30 miliar rupee India (setara dengan US$ 685 juta) yang didukung
oleh sekitar 15.000 penerbit. Dengan jumlah penerbit sebesar itu, India dapat
memproduksi sekitar 70.000 judul buku per tahun dan 40% di antaranya adalah
buku-buku berbahasa Inggris.
Saatnya
belajar dari India untuk mencetak angkatan kerja yang berkualitas dunia dan
banyak diminati oleh perusahaan multinasional. Hingga kini tenaga kerja dari
India paling banyak diminati dan dicari oleh perusahaan-perusahaan
multinasional.
Microsoft,
misalnya, memiliki lebih dari 2.000 karyawan yang berasal dari India. Begitu
juga Intel Corp yang memiliki 1.200 karyawan berasal dari lulusan perguruan
tinggi di India. Tenaga kerja ahli dari India juga banyak mengisi tempat di
perusahaan-perusahaan teknologi di Korea Selatan ataupun Taiwan. Sekadar
catatan, India merupakan negara yang menghasilkan jumlah insinyur paling banyak
di dunia, melampaui Tiongkok.
Sebagai
catatan penting, negara-negara di dunia telah menyusun agenda perdagangan dan investasi
lebih agresif. Selain itu, mereka didukung oleh SDM investasi dan perdagangan
yang memiliki pengalaman dan keahlian global.
Selama
ini SDM India sangat gesit dan unggul dalam persaingan merebut potensi
outsourcing global. Dengan demikian, arah ketenagakerjaan di Indonesia harus
terkait proses bisnis di dunia sekarang ini yang telah mencapai tingkat
efektivitas yang luar biasa. Tingkatan itu bisa diraih salah satunya karena
faktor outsourcing. Tak pelak lagi outsourcing lintas negara pada saat ini bisa
dianalogikan sebagai potensi ekonomi globalisasi yang sangat besar dan sedang
diperebutkan oleh berbagai negera yang memiliki SDM yang tangguh.
India
adalah contoh negara yang mampu merebut potensi global tersebut. Sebab, SDM di
sana dipersiapkan dengan baik. Utamanya dengan cara spesialisasi
ketenagakerjaan dan penguasaan bahasa asing.
Untuk
mengejar potensi globalisasi itu Indonesia sebaiknya memiliki sistem dan
regulasi yang baik disertai dengan pengembangan SDM sejak dini. Khususnya sejak
di bangku sekolah menengah diperkenalkan dengan bidang-bidang andalan
outsourcing global. Para mahasiswa di perguruan tinggi juga harus dipersiapkan
agar lebih adaptif dan menguasai potensi outsourcing yang dibutuhkan oleh
perusahaan multinasional.
Presiden
Jokowi telah memberi perhatian serius terhadap pengusaha alih daya atau
outsourcing. Program untuk mengembangkan lebih luas industri jasa termasuk
outsourcing sebagai salah satu program unggulan pemerintah.
Saatnya
membenahi standar kualifikasi perusahaan dan regulasi persyaratan pengguna
perusahaan outsourcing. Tujuannya adalah agar sistem outsourcing di Indonesia
berkeadilan bagi karyawan dan perusahaan. demi meningkatkan kesejahteraan
bersama.
Bimo
Joga Sasongko, Pendiri Euro Management Indonesia, Ketua Umum IABIE
https://hasilbola.vip/prediksi-sepakbola/baca/4859/leicester-vs-manchester-utd-26-juli-2020
BalasHapusPrediksi Bola Leicester vs Manchester Utd 26 Juli 2020 Dalam pertemuan BIG MATCH di Liga Inggris kali ini. Akan di Jadwal Bola Malam Ini pada hari Minggu, 26 Juli 2020 pada pukul 22:00 WIB.
Siapakah pemenangan dalam pertandingan Liga Inggris Kali Ini.
Yuk bagi yang mau mengetahui Skor akhirnya bisa kunjungi situs bola kami. https://hasilbola.vip/