Kamis 31/5/2018 | 01:00
Oleh Bimo Joga Sasongko
Peringatan Hari lahir Pancasila tahun 2018 mengemukakan
tema: “Kita Pancasila: Bersatu, Berbagi, Berprestasi”. Selain menekankan
persatuan, tema tersebut juga mengandung relevansi untuk berbagi dan
berprestasi bagi segenap bangsa. Untuk mewujudkan semua itu dibutuhkan program
yang masif berbentuk mentorship.
Pada zaman Orde Baru peran mentorship diperankan oleh
para penatar Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Ditingkat
nasional para mentor itu disebut dengan istilah Manggala P4.
Menurut Lowenstein & Bradshaw, mentorship adalah
suatu bentuk sosialisasi untuk peran profesional yang mendorong pencapaian
program nasional. Karena perkembangan zaman bentuk penataran P4 tentunya
berubah materi dan metodenya.
Para penatar atau mentor spesifikasi harus relevan dengan
zaman yang tengah menginjak era Revolusi Industri 4.0. Mentorship dalam program
pembinaan ideologi Pancasila pada saat ini sebaiknya menekankan kepada
pembentukan pendidikan karakter dengan pendekataan yang konkrit yakni penguatan
profesionalitas anak bangsa.
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sebaiknya
segera menjalankan program mentorship. Sayangnya menjelang peringatan Hari
Lahir Pancasila tahun 2018 terjadi gugatan publik terkait dengan besaran gaji
fantastis yang diberikan kepada pejabat BPIP. Sungguh sayang, masalah gaji BPIP
telah menurunkan kepercayaan rakyat terhadap lembaga yang baru dibentuk oleh
Presiden Joko Widodo.
Peringatan Hari Lahir Pancasila menjadi momentum untuk
evaluasi dan reinventing nilai kebangsaan yang mampu membentuk peradaban
unggul. Apalagi tema peringatan kali ini menekankan terwujudnya prestasi SDM
bangsa.
Perjalanan bangsa saat ini diwarnai bermacam disrupsi
teknologi dan datangnya era Industri 4.0. Generasi saat ini perlu navigasi dan
pembekalan agar termotivasi dan mampu bersaing secara global.
Tema peringatan Hari Lahir Pancasila menekankan
pembangunan karakter SDM bangsa. Pada hakekatnya memerlukan program nasional
mentorship yang didukung peran sejumlah supermentor kekinian yang mampu
menggerakkan masyarakat. dan turut menguatkan pendidikan.
Supermentor kebangsaan pada saat ini bisa diperankan oleh
mereka yang memiliki kapasitas pendidikan karakter dan budi pekerti. Selain itu
juga didukung oleh para inovator, pelaku start-up nation maupun perorangan yang
memiliki pengalaman luar biasa.
Era Industri 4.0 dan gelombang disrupsi teknologi harus
dipahami secara baik oleh generasi muda saat ini dalam konteks nilai-nilai
Pancasila. Banyak ragam profesi yang terkubur lalu muncul jenis profesi baru. Agar
generasi muda memahami fenomena diatas lebih dini, dibutuhkan program
mentorship yang para pengajarnya memiliki kapasitas dan pengalaman untuk
menjadi navigator.
Peran supermentor sangat penting untuk menumbuhkan
karakter unggul generasi muda sesuai kemajuan zaman yang mengedepankan daya
imajiansi dan kapasitas inovasi.
BPIP sebaiknya terjun langsung ikut menangani reformasi
pendidikan yang tengah dijalankan pemerintah. Reformasi sebaiknya dalam bentuk
penataran yang metodenya disempurnakan agar tidak membosankan para siswa.
Saatnya BPIP merekrut para supermentor secara masif. Warga negara yang memiliki
kriteria sebagai supermentor sebaiknya diterjunkan ke sekolah-sekolah secara
berkesinambungan.
Para siswa sekolah pada saat ini perlu menghayati dan mengamalkan
Pancasila dengan metode yang lebih menarik. Yakni mengawinkan nilai Pancasila
dengan aspek ragam profesi yang kelak akan digeluti oleh siswa. Program
mentorship juga mengenalkan siswa terhadap ragam profesi masa depan yang
dibutuhkan oleh dunia kerja. Tetnunya hal ini perlu sistematika dan disiplin
ilmu yang aktual.
Saat ini ada fenomena yang menyedihkan terkait sempitnya
lapangan kerja yang tidak mampu lagi menyerap jumlah penduduk angkatan kerja.
Para supermentor bisa mengatasi akar persoalan tersebut, yang sebenarnya
menyangkut pendalaman dan penguasaan ragam profesi yang sesuai dengan kemajuan
zaman. Untuk itulah betapa mendesaknya program yang masif dan membumi guna
mendalami berbagai ragam profesi sejak dini lewat penataran yang dijalankan
BPIP.
Sejak duduk di bangku sekolah hingga perguruan tinggi
seharusnya seseorang sudah diberikan bekal pendalaman ragam profesi secara
intens. Dalam persaingan global yang sangat sengit sekarang ini, sekolah
dituntut untuk mengenalkan sikap profesionalisme dan ragam profesi yang relevan
dengan perkemabangan zaman sejak awal.
Lebih istimewa lagi jika supermentor bisa menunjukan
ragam pofesi yang akan lahir serta mampu reinventing atau memunculkan kembali
ragam profesi yang sudah menghilang dengan nuansa yang baru. Seperti misalnya
profesi sebagai pengrajin tradisional dengan proses produksi dan model bisnis
terkini sehingga memiliki nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi.
Para supermentor bisa membantu memperbarui konsep
penyelenggaraan Career Days di sekolah atau perguruan tinggi.Sehingga bentuk
aktivitas diatas bisa lebih mencerahkan siswa akan arti profesionalisme. Serta
pengenalan ragam profesi unggulan masa depan.
Penyelenggaraan career days skalanya bisa ditingkatkan
lagi dengan membuat semacam workshop yang bisa mengelaborasi profil karier dan
profesi pada era Industri 4.0. Yang bisa membuka cakrawala siswa serta mampu
menjadi alternatif pilihan siswa dalam menapaki masa depannya. Sudah saatnya
para pengambil keputusan dibidang pendidikan memikirkan format career days di
sekolah yang terintegrasi dalam kurikulum pendidikan. Pemahaman terhadap ragam
profesi idealnya mulai diberikan kepada para siswa sejak dini.
Penulis Ketua Umum IABIE. Pendiri Euro Management
Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar