Opini dan Gagasan Bimo Sasongko, Pendiri Euro Management
Indonesia & Sekjen IABIE di Harian Kontan, Hal. 23, Kolom Surat &
Opini, terbit Selasa 19 April 2016
mengulas tuntas lebih dalam mengenai Kunjungan Kerja Presiden Joko Widodo ke Uni Eropa "Kunjungan Ke Eropa dan Sistem
Offset"
"Kunjungan Ke Eropa dan Sistem
Offset" Oleh : Bimo Joga Sasongko
Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Uni Eropa, yaitu Jerman,
Inggris, Belgia dan Belanda. Indonesia merupakan negara pertama di Asia
Tenggara yang memiliki Comprehensive Partnership Agreement (CPA) dengan Uni Eropa.
Keberadaan CPA perlu segera disertai langkah konkret dan strategis. Salah satu
langkah konkret itu sebaiknya terkait sistem offset untuk mencetak sumber daya
manusi (SDM) berkelas dunia untuk membangun Indonesia.
Pemerintah perlu mengelola sistem offset
terkait dengan berbagai macam belanja ke luar negeri maupun pembangunan
berbagai macam infrastruktur. Terutama bagi pembelian dengan jumlah anggaran
yang besar. Misalnya pembelian pesawat terbang untuk penerbangan sipil maupun
keperluan militer.
Offset dapat diartikan sebagai mekanisme timbal balik. Perlu
lembaga pengelola offset yang diisi
oleh para ahli yang mengerti tentang ahli teknologi, konsultan pendidikan
internasional dan ahli tentang bisnis dan nilai tambah industri. Lembaga offset harus mengerti betul tujuan
ekonomis dari offset yang bisa
memperluas lapangan kerja dan mengoptimalkan devisa keluar negeri. Selanjutnya lembaga
offset juga harus memahami betul
tujuan ahli teknologi di berbagi tingkatan.
Idealnya lembaga offset dibentuk
oleh Presiden dan harus mampu berkoordinasi lintas kementerian. Sehingga belanja
kementerian dan belanja negara lain keluar negeri dengan jumlah nominal
tertentu, sebaiknya ditempuh dengan mekanisme offset. Begitu juga ada ketentuan offset tersendiri bagi perusahaan patungan swasta dan pemerintah,
atau swasta murni, bagaimana pemberlakuan offset
yang ideal.
Lembaga offset harus mampu
menjalankan fungsi strategisnya yakni inventarisasi potensi yang bisa
dikembangkan terkait offset. Kemudian
memiliki data base yang akurat terkait perusahaan-perusahaan dalam negeri yang
mampu menerima offset. Kemudian melakukan
monitoring dan pengawasan terhadap pelaksanaan offset serta mengatasi jika ada hambatan di lapangan.
Skema offset sebaiknya mencakup
transfer teknologi, co-production
atau produksi bersama di Indonesia untuk komponen dan struktur, serta fasilitas
pemeliharaan dan perbaikan. Yang terdiri dari direct offset dan indirect
offset.
Direct offset merupakan konpensasi langsung berhubungan dengan
kontrak pembelian. Sedangkan indirect
offset atau biasa disebut offset
komersial biasanya berbentuk buyback,
bantuan pemasaran/pembelian senjata yang sudah diproduksi oleh negara
berkembang tersebut, produksi lisensi, hingga transfer teknologi dengan
mendidik SDM.
Perjanjian kontrak pengadaan sebaiknya menekankan transfer of technology
(ToT) dengan mengirimkan SDM untuk belajar dan magang diluar negeri. Apalagi kondisi
SDM penerbangan saat ini seperti tergambar pada postur SDM pada PT Dirgantara
Indonesia, sebagian besar sudah berusia menjelang pensiun.
Kemandirian Bangsa
Mereka itu adalah kebanyakan adalah hasil didikan atau program pengembangan
SDM teknologi nasional pada tahun 80-an yang dilakukan oleh BJ Habibie. Program
di atas ditempuh dengan mengirimkan lulusan SMA untuk kuliah ke luar negeri lewat
beasiswa. Program pengembangan SDM teknologi ini berhasil mengirimkan ribuan
pemuda Indonesia untuk kuliah di perguruan tinggi terkemuka di luar negeri
hingga meraih gelar S-3.
Strategi Pembangunan Presiden Jokowi mengedepankan kemandirian bangsa dan
penguasaan teknologi oleh putra-putri bangsa sendiri. Untuk itu perlu memasukan
faktor pengembangan SDM teknologi dalam setiap perjanjian pembangunan
infrastuktur dan pembelian teknologi canggih dari luar negeri. Baik yang
dilakukan oleh kementerian, BUMN maupun swasta.
Pembangunan infrastruktur akan terus berkelanjutan dan mengalami berbagai
masalah pelik ke depan. Sehingga perlu tenaga ahli anak negeri yang berhasil
melakukan transfer teknologi dan industri.
Sederet belanja yang mengandung teknologi canggih sebaiknya disertai dengan
sistem offset. Apalagi produk yang
dibeli terkandung masalah klasik, yakni sulitnya optimasi penggunaan dan
perawatan yang membutuhkan biayadan daya dukung SDM teknologi yang mumpuni.
Belanja BUMN, misalnya PT Garuda Indonesia yang tahun ini menyiapkan
belanja modal atau capital expenditure
(capex) sebesar US$500 Juta setara Rp. 6,8 Triliun untuk ekspansi bisnis juga
harus memakai skema offset. Belanja Garuda
tersebut antara lain pembelian sebanyak 23 pesawat terdiri dari 15 pesawat
untuk garuda dan delapan pesawat untuk citilink. Selain itu juga menambah lima
airbush A330 dan satu boeing 777 untuk memenuhi kebutuhan penerbangan rute
internasional.
Mestinya pembelian oleh Garuda harus disertai offset. Itu bisa saja dengan
mengandeng industri dalam negeri seperti PT Dirgantara Indonesia yang
sebenarnya pernah membuat pesawat N-250. Dengan demikian langkah Garuda yang
terus bertransformasi sejalan pertumbuhan postif industri penerbangan dan
rencana pemerintah mengembangkan infrastruktur transportasi udara dengan
membuka bandara-bandara baru bisa berfungsi ganda.
Perlu juga transparasi pengadaan pesawat terbang, menyangkut masalah teknis
pesawat, skema pembiayaan, pengembangan SDM, hingga jadwal penyerahan pesawat
untuk dioperasikan.
Beberapa waktu lalu publik sempat tercengang oleh pengumuman Airbush yang
mendapat pesanan dari maskapai Lion Air sebanyak 234 unit Airbus. Kontrak yang
ditandatangani Lion Air pada 2013 dilakukan di Istana Elysee merupakan pemecah
rekor. Nilai Kontrak yang mencapai € 18,4 miliar atau sekitar 230 triliun merupakan
order terbanyak yang pernah diterima sepanjang sejarah Airbus.
Kontrak diatas menjadi leverage
bagi Airbus dan juga Prancis untuk mengatasi kelesuan ekonomi di kawasan Eropa.
Dengan nilai kontrak yang fantastis tersebut mestinya Presiden Prancis juga
turut mendorong adanya offset SDM penerbangan untuk ratusan bahkan ribuan
pemuda Indonesia untuk belajar perguruan tinggi dan pusat ristek penerbangan di
Prancis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar