SAMBUTAN
PRESIDENT DIRECTOR & CEO
EURO MANAGEMENT INDONESIA
SENIN, 2 MEI 2016
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi dan salam sejahatera bagi kita semua,
Alhamdulillah,
marilah kita senantiasa bersyukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kita semua dapat melaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2016, dalam keadaan sehat
dan penuh semangat.
Melalui
peringatan ini, perkenankan saya selaku President
Director & CEO Euro Management Indonesia menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan setinggi –tingginya kepada seluruh insan pendidikan baik
pemerintah maupun organisasi – organisasi yang bergerak di dunia pendidikan
atas kepedulian dan perhatian yang diberikan dalam menumbuhkembangkan dunia
pendidikan, kita juga selalu berdo’a agar para tokoh dan pejuang pendidikan
yang telah mendahului kita memperoleh tempat yang layak disisi-Nya dan kita
semua yang saat ini memperoleh amanah untuk mengelola pendidikan diberikan
kekuatan dan kesabaran dalam mempersiapkan generasi masa depan yang lebih
unggul.
Dalam kesempatan
ini, saya ingin menyampaikan ucapan “Selamat Hari Pendidikan Nasional, tanggal
2 Mei 2016”. Semoga segala ikhtiar kita untuk memajukan dunia pendidikan dan
SDM unggul bangsa ini menjadi semakin berkualitas.
Berdasarkan
laporan Institusi Internasional seperti Bank Dunia dan McKinsey, Indonesia pada
2030 diprediksi menjadi salah satu dari enam
Negara terbesar Dunia bersama dengan China, Amerika Serikat, Jepang,
Brazil dan Rusia.
Saya
melihat dari perjalanan sejarah yang menunjukkan ada 4 kejayaan, yaitu kejayaan
Islam di abad pertengahan, kejayaan Eropa,
lalu kejayaan Jepang dan kejayaan Amerika Serikat. Islam maju karena
ribuan orang dikirim untuk menerjemahkan buku-buku dari Yunani dan Romawi.
Perlahan Eropa mulai bangkit dengan banyak mengirimkan ribuan orang ke Cordova,
Turki, dan Baghdad untuk menyerap ilmu pengetahuan dari Islam hingga menjadi
maju. Amerika Serikat pun maju dengan menyerap ilmu pengetahuan dari Eropa.
Jepang juga mengirimkan ribuan bahkan ratusan ribu orang ke Eropa dan Amerika Serikat tahun
1860 an. Bahkan hingga
saat ini semua negara maju masih mengirimkan mahasiswanya ke negara-negara maju
lainnya. Jepang yang sangat maju sekali masih mengirimkan mahasiswanya sebanyak
10.000/20.000 ke negara maju Amerika Serikat.
Untuk itu, Saya pun ingin
mewujudkan mimpi bangsa ini yakni muncul Jutaan
Habibie – Habibie baru yang bisa membuat bangsa Indonesia disegani negara lain,
baik di ASEAN atau di dunia.
Saat
itu hanya segelintir orang Indonesia yang berkuliah
di luar negeri. Padahal Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk
yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa,
dan sekolah ke luar negeri itu tidak sesusah, serumit dan semahal yang
dibayangkan. Bahkan ketika Program Beasiswa Prof. DR. B.J. Habibie berhenti di
tahun 1997 karena Pak Habibie berhenti dari jabatan sebagai Presiden, hampir
tidak ada lagi tamatan SMA yang sekolah ke luar negeri. Sungguh miris, di
tengah banyak negara lain seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja, China yang justru
gencar mengirimkan puluhan ribu tamatan SMA untuk kuliah ke negara maju seperti
Amerika, Inggris, Australia, Jepang,
Jerman, Perancis, Belanda.
Menurut
datastatistik menunjukkan bahwa di Amerika, jumlah mahasiswa asal Cina sekitar
157.000 orang, India 103.000, Jepang 21.000 orang, dan Indonesia sekitar 5000 –
6000 orang. Di Jerman, mahasiswa asal Indonesia sekitar 2000 orang, namun
mahasiswa Cina di Jerman sampai 25.000 orang. Penduduk China itu 5 kali lipat
penduduk Indonesia, jadi kalau mahasiswa Indonesia di Jerman hanya 2.000 orang
artinya mahasiswa Cina di Jerman itu 10.000. Tapi nyatanya mahasiswa Cina di
Jerman sampai 23.000.
Begitu juga di Australia,
mahasiswa Indonesia 11.000 orang, sedangkan asal Vietnam 10.000 orang. Padahal
penduduk Vietnam hanya sekitar 90 juta orang. Artinya kalau penduduk Indonesia
250 juta orang atau sekitar 3 kali Vietnam, idealnya mahasiswa Indonesia di
Australia 30.000 orang, nyatanya hanya 11.000 orang Artinya Indonesia masih
tertinggal dalam mengirimkan mahasiswa Indonesia ke negara-negara maju seperti
US, UK, Jepang, Australia, Jerman begitu juga di negara – negara lain.
Banyak
manfaat yang akan didapatkan jika kuliah ke luar negeri, tidak hanya ilmu
pengetahuan tapi juga mental, percaya diri, kemandirian, dan keberanian dan itu
yang dibutuhkan bangsa Indonesia untuk maju bersaing di tingkat global dengan
Cina, Malaysia, Kamboja dll. Indonesia yang sedang berkembang, seharusnya bisa
lebih banyak lagi mengirimkan mahasiswanya ke negara-negara maju. Indonesia
masih membutuhkan dan harus menyerap ilmu dari negara-negara maju untuk
digunakan di Indonesia. Tetapi saat ini
ketika Malaysia, Vietnam, Kamboja mengirim ribuan orang untuk kuliah di negara
maju, justru mahasiswa dari Indonesia semakin berkurang. Di Amerika jaman saya
kuliah ada 15.000 orang, sekarang justru turun hanya 6.000. Di tahun 1980
sampai 1990 mahasiswa Indonesia di Jerman sekitar 7000 orang dan sekarang ini
tinggal 2500 orang, apalagi di Perancis hanya 400 orang. Itu menyedihkan
padahal saat ini zaman globalisasi dan informasi dimana-mana dan tingkat
kehidupan masyarakat sudah miningkat jauh dibanding 20 tahun yang lalu
Selama
ini mindset orang Indonesia ingin sekolah keluar negeri S2 saja, ini lah
yang membuat Indonesia kalah tertinggal dengan negara lain. Karna zaman dulu
informasi tidak ada, keuangan keluarganya masih sedikit, kuliah S1 di Indonesia
masih murah sehinga banyak orang menganggap S2 saja keluar negeri nya, akan
tetapi zaman sekarang infomasi sudah ada, globalisasi, biaya kuliah gratis,
teknologi sudah canggih, mentalnya masih muda, mudah beradaptasi, kemampuan bahasanya
lebih cepat untuk mempelajari bahasa asing, dan untuk S1 diluar negeri
tinggalnya lebih lama 4 – 5 tahun dibandingkan dengan S2 hanya 1 – 2 tahun,
sehingga proses adaptasi dan pengenalan budaya di negara tersebut lebih mudah
sehingga saya merekomendasikan untuk tamatan SMA kesana sama halnya dengan Pak
Habibie, karna yang dibutuhkan sekolah itu tidak hanya ilmu akan tetapi cara
berfikir, mental, kepercaya dirian itulah tamatan SMA dibutuhkan.
Pemerintah
Indonesia kalah dengan pemerintah Malaysia, Vietnam, atau Kamboja apalagi Cina.
Di Kamboja penduduknya hanya 13 juta orang, se per 20-nya bangsa Indonesia,
tetapi mahasiswanya yang kuliah negeri sekitar 18.000. Kondisi ini miris, kalau
mengacu pada jumlah penduduk Kamboja dibanding Indonesia maka seharusnya
Indonesia mengirim tamatan SMA untuk kuliah ke luar negeri sekitar 360.000 an,
faktanya 60.000 an.
Untuk
itu pemerintah perlu membuat program beasiswa yang dibiayai dengan seleksi yang
bagus dan seleksi yang ketat. Tamatan SMA yang cerdas, pintar, bermental baik,
memiliki nasionalisme bisa dikirim sekolah ke luar negeri baik pemerintah
pusat atau daerah seperti Gubernur,
Walikota, kementrian - kementrian, BUMN, Bank – Bank Nasional, Institusi –
Institusi sosial, Partai politik atau
dukungan pinjaman dari perbankan. Saya yakin 20 tahun lagi bangsa Indonesia
akan maju. Seperti pada era kejayaan Islam, banyak siswa dari negara Eropa
dikirim ke negara-negara Islam seperti Syiria, Irak, dan Turki. Akhirnya
setelah mereka menguasai ilmu, Eropa menjadi maju, begitu juga Amerika, Jepang,
China. Tak heran jika percepatan teknologi China itu berkembang pesat.
Jadi
perlu dukungan besar dari pemerintah, agar program pak Habibie yang berhenti
tahun 1997 bisa berjalan lagi. Apalagi menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) persaingan semakin ketat, seluruh
masyarakat ASEAN bisa masuk ke Indonesia untuk bekerja dengan ijazah dari
berbagai negara di dunia. Bangsa ini harus unggul berwawasan global
internasional.
Alhamdulillah,
Gerakan Mencetak Sejuta habibie Untuk Indonesia berawal dengan membangun sebuah
perusahaan Euro Management Indonesia yang sudah lebih dari 13 tahun berdiri dan
sebuah yayasan pendidikan Eropa Indonesia (YPEI) yang sudah berdiri hamper 6
tahun. Hingga kini saya sudah mengirimkan sebanyak hampir dari 2000 tamatan SMA
seluruh Indonesia dari sabang sampai merauke. Baik laki-laki maupun perempuan
berbagai jenis SMA dari berbagai suku di daerah. Bayangkan zaman pak Habibie
dulu, hanya mengirimkan 1500 orang mahasiswa tamatan SMA, dan kini saya sudah
mengirim 2000 orang. Saya cukup puas dan bangga dan akan terus berjuang
mengirimkan lebih banyak lagi orang Indonesia untuk bersaing dengan Malaysia,
Vietnam, Kamboja dan lainnya.
Saya
memiliki komitmen untuk men-drive
pemerintah dan seluruh stake holdernya lain agar terus mengirimkan siswa-siswa
tamatan SMA agar bisa kuliah ke luar negeri. Di era pak Habibie dulu dengan
uang masih terbatas bahkan pinjaman, masih bisa mengirim siswa Indonesia ke
luar negeri. Itu karena pak Habibie punya visi untuk mengirimkan siswa-siswanya
tamatan SMA ke luar negeri. Saat ini, Indonesia semakin maju, infomasi ada dan
semakin mudah didapat, teknologi maju, uang ada dan uang kuliah juga tidak
mahal. Kenapa tidak mengirimkan ribuan orang kuliah ke luar negeri?
Saya
ingin terus berjuang dan berjuang mengirimkan ribuan orang Indonesia untuk
kuliah di negara maju melalui Gerakan Mencetak Sejuta Habibie Untuk Indonesia.
Saya yakin bangsa ini akan maju karena banyak orang Indonesia yang pintar,
tinggal diberikan akses saja. Di era Habibie bisa ada satu Habibie, saat sekarang sudah harus muncul
Habibie-habibie lainnya.
Saya yakin, satu
– satunya cara mempercepat kemajuan Indonesia adalah mencetak sumber daya
manusia (SDM) unggul. Mereka harus melanjutkan studi ke Negara – Negara maju
Dunia. Kita berharap tahun 2030 para pelajar yang kuliah di luar negeri kembali
ke Indonesia untuk membangun Negara ini lebih baik lagi. ApalagisaatinisudahmemasukiMasyarakatEkonomi
ASEAN (MEA) persaingan semakin ketat, seluruh masyarakat ASEAN bisa masuk ke
Indonesia untuk bekerja dengan ijazah dari berbagai negara di dunia.Untuk itu Bangsa ini harus unggul dan berwawasan
global internasional.
Akhirnya,
marikitatingkatkansumberdayamanusia (SDM) yang unggul,
serta kita tingkatkan upaya serta keikhlasan kita dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat,
semoga apa yang kita lakukan dalam dunia pendidikan selama ini,
menjadi bagian dari amal ibadah kita. Terimakasih.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh,
Jakarta, 2 Mei 2016
BimoSasongko, BSAE, MSEIE, MBA
President Director & CEO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar