Oleh : Bimo Joga Sasongko *)
Ibu pertiwi engkau pegangan
Dalam Perjalanan
Janji pusaka dan sakti
Tanah tumpah darahku
Makmur dan suci
Potongan puisi yang sangat menggugah hati diatas adalah karya Presiden RI
ketiga BJ Habibie yang pada 25 Juni usianya genap 80 tahun. Puisi tersebut
menunjukkan bahwa BJ Habibie merupakan sosok yang amat sangat mencintai
bangsanya. Baginya Ibu Pertiwi adalah personifikasi jiwa kebangsaan yang
terkandung cita-cita dan mimpi yang harus diwujudkan.
Habibie muda yang biasa dipanggil Rudy sejak 1950 sudah memikirkan
bagaimana dirinya bisa mewujudkan impian alamiah Ibu Pertiwi. Terpicu oleh
sahabat karib semasa SMA di Kota Bandung yang bernama Lim Keng Kie, Rudi harus
meninggalkan Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung lalu berjuang
keras menjadi mahasiswa RWTH Aachen (Rheinisch Westfalische Technische
Hochschule Aachen). Merupakan perguruan tinggi yang tertua di Jerman yang
didirikan untuk menunjang tahapan revolusi industri.
Impian alamiah Ibu Pertiwi semakin mengkristal dalam sanubari dan
terngiang-ngiang di telinga Rudy. Terlebih ketika 1955 dirinya bertemu dengan
Bung Karno dan menyimak gelora pidato Presiden RI pertama itu. Saat itu Bung
Karno menyatakan impian-impian Ibu Pertiwi terkait dengan pentingnya
kemandirian di sarana-prasarana perhubungan di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan
kapal laut dan pesawat terbang yang dibuat di dalam negeri dan dilakukan dengan
kompetensi putra-putri bangsa sendiri.
Dalam perjalanan sang waktu dan lintasan sejarah, harapan dan keinginan
Bung Karno diatas telah dibayar lunas alias telah diwujudkan oleh BJ Habibie.
Karena berhasilmendirikan bermacam wahana transformasi teknologi dan industri.
Serta menyiapkan SDM unggul bangsa yang mampu bekerja sama dan bergotong royong
mewujudkan impian alamiah Ibu Pertiwi.
Selain menyiapkan wahana dan SDM kelas dunia, BJ Habibie telah menyiapkan
cetak biru pembangunan infrastruktur bangsa yang berbasis kemandirian dan
proses nilai tambah optimal yang berarti bagi perekonomian bangsa.
Pemerintah saat ini seharusnya melanjutkan tahapan dan kerja detail BJ Habibie
dalam membangun infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur selayaknya dipersiapkan secara matang dari aspek
SDM dan proses rancang bangunnya harus melibatkan pihak dalam negeri semaksimal
mungkin. Pembangunan infrastruktur jangan dilepaskan begitu saja kepada
investor luar negeri, sedangkan kita tinggal terima jadi.
Impian alamiah Ibu Pertiwi harus terus menerus diwujudkan oleh generasinya.
Impian alamiah yang antara lain terkait dengan infrastruktur perhubungan,
kebutuhan energi nasional hingga industri pertahanan dan keamanan perlu
persiapan SDM secara detail.
Pemerintahan Presiden Jokowi saat ini sebaiknya banting setir menuju
kemandirian secara totalitas, dalam membangun infrastruktur harus menyiapkan
SDM dalam negeri secara besar-besaran. Karena pembangunan infrastruktur tidak
berhenti begitu saja saat proyek selesai, tapi akan timbul persoalan teknis dan
kontinuitas pengembangan infrastruktur.
Kita bisa menyimak bagaimana pada periode BJ Habibie menjabat Menteri
ristek dan teknologi telah mengirimkan sekitar 4000 pemuda belia lulusan SMA
untuk kuliah di perguruan tingi terkemuka dunia. Hampir semuanya berhasil
menyelesaikan kuliah hingga strata S2 dan S3.
Kini mereka itu tersebar dalam berbagai lembaga pemerintahan dan swasta.
Banyak diantara mereka kini menjadi pengembang dan inovator teknologi serta
sukses melakukan transformasi proses dan model bisnis di berbagai perusahaan
terkemuka.
Saatnya Presiden Joko Widodo menghimpun dan menyinergikan ribuan anak-anak
intelektual BJ Habibie untuk mencurahkan pikiran dalam pembangunan
infrastruktur dan pengembangan industri dan Iptek Nasional.
Betapa detailnya BJ Habibie menyiapkan SDM unggul untuk transformasi
bangsanya. Bisa kita lihat, dalam mewujudkan impian alamiah Ibu Pertiwi untuk
terwujudnya Jembatan Udara kepulauan Nusantara telah dipersiapkan portofolio
kompetensi sedemikian detailnya hingga dirumuskan job discription yang paling
dasar. Portofolio itu bisa kita simak pada SDM PT Dirgantara Indonesia.
Sebagai negara kepulauan, negeri ini membutuhkan strategi yang tepat dalam
pengadaan pesawat komuter sebagai jembatan udara.Berkat BJ Habibie Indonesia
telah memiliki strategi unggul dalam pengadaan pesawat komuter dengan cara
memproduksi sendiri.Warisan ini seharusnya dikembangkan secara optimal oleh
pemeritahan saat ini.
Selain membangun infrastruktur berupa fasilitas fabrikasi, permesinan, dan
laboratorium yang hampir setara dengan perusahaan dirgantara raksasa Amerika
Serikat yakni Boeing. BJ Habibie telah berhasil membentuk portofolio kompetensi
dalam suatu sistem job establishment yang berkelas dunia. Yang meliputi postur
SDM yang kompetensinya terdiri atas kelompok enginering terdapat 141 job-title,
kelompok produksi 65 job-title, kelompok Human Resource 82 job-title, dan
kelompok niaga 21 job-title.
Postur SDM dan portofolio kompetensi yang sangat detail dan sesuai dengan
perkembangan dunia tersebut juga terjadi di wahana maritim dalam hal ini PT
PAL, wahana industri hankam dalam hal ini PT PINDAD dan lain-lainnya.
Para kader atau anak-anak intelektual BJ Habibie dalam karier dan karyanya
pada saat ini sudah mencapai tahap maturitas atau sudah matang
dibidangnya. Mereka kini dalam kisaran usia puncak produktivitas dan juga
unggul dalam hal manajemen program dan proyek.
Dengan kondisi seperti ini, jangan ada keraguan bagi Pemerintahan Presiden
Joko Widodo untuk segera melibatkan dan memeras otaknya anak-anak intelektual
BJ Habibie demi untuk kemajuan dan daya saing bangsa pada era globalisasi.
Mereka kini berhimpun dan berkomunikasi dalam wadah Ikatan Alumni Program
Habibie (IABIE). BJ Habibie selalu berpesan dan menekankan terhadap anggota
IABIE untuk bersikap inklusif dan selalu tampil digaris depan dalam
menyelesaikan persoalan bangsa.
Warisan BJ Habibie yang berupa wahana industri dan kader intelektual juga
sangat berguna untuk menyelesaikan program nasional kelistrikan 35 ribu MW yang
kini menjadi perhatian Presiden Jokowi. Wahana tersebut berupa PT Nusantara
Turbin dan Propulsi ( PT NTP) yang SDM-nya memiliki kemampuan setara dengan
industri terkemuka dunia. Yakni General Electrics (GE) yang selama ini
memproduksi berbagai turbin untuk pembangkit listrik, industri dan turbin gas
untuk mesin pesawat terbang.
Pemerintahan Jokowi perlu merevitalisasi industri nasional terkait dengan
infrastruktur kelistrikan khususnya teknologi pembangkit dengan menugaskan PT
NTP sebagai ujung tombak program kelistrikan 35 ribu MW.Ternyata di negeri ini
hanya ada satu turbine manufacturer yakni PT NTP.
Itupun hanya sanggup mengerjakan proyek PLTU dengan daya maximum 7 MW
sehinggaharus segera ditingkatkan kemampuannya. Sedangkan untuk membuat
generator kalangan industri dalam negeri hanya mampu membuat dengan kapasitas
maximum 15 MW. Sedangkan untuk rancang bangun boiler ada beberapa perusahaan
yang kemampuan produksinya cuma mengerjakantipe stocker dengan kapasitas maximum
15 MW.
Melihat kondisi itu alangkah baiknya pemerintah menggariskan kembali
strategi transformasi industri dan teknologi warisan BJ Habibie. Kita perlu
mengambil pelajaran berharga dari pengalaman transformasi teknologi dan
industri di Eropa dan Amerika yang diawali dengan penguatan infrastruktur
energi dan pembangkit listrik.
Dengan fokus memperkuat kapasitas industri nasional untuk memproduksi
berbagai jenis turbin, kompresor, generator, pompa dan berbagai perkakas
permesinan. Jangan sampai pembangkit listrik sebagian besar komponennya diimpor
dari Cina.
Begitu pula proses rancang bangun dan fabrikasi untuk instalasi pembangkit
listrik diatas semuanya dilakukan oleh para insinyur dan teknisi dari Cina.
Akibatnya para insinyur dan teknisi Indonesia harus gigit jari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar