Mengembangkan SDM Kelas Dunia
OLEH BIMO JOGA SASONGKO, BSAE, MSEIE, MBA
Presiden Joko Widodo akan mengunjungi Jerman, Inggris, Belgia, dan
Belanda 18-22 April. Indonesia merupakan negara pertama Asia Tenggara
yang memiliki Comprehensive Partnership Agreement (CPA) dengan Uni
Eropa. Keberadaan CPA perlu segera disertai langkah konkret dan
strategis.
Salah satunya mencetak sumber daya manusia (SDM) berkelas dunia untuk
membangun, khususnya mengisi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baik
sebagai insinyur maupun manajemen. Indonesia perlu mempersiapkan SDM
sejak awal, dengan merekrut lulusan SMA terbaik untuk diberi bea siswa
ikatan dinas belajar di perguruan tinggi (PT) terkemuka Eropa.
Saatnya pemerintah membuat program nasional “Sejuta Indonesia di
jantung iptek dan inovasi dunia” bekerja sama BUMN dan konsultan
pendidikan internasional. Bahkan beberapa PT terkemuka Eropa gratis
bagi mahasiswa dari luar negeri. Sayang, peluang tersebut banyak
diambil kaum muda Tiongkok dan Korea Selatan. Indonesia kurang progresif
mengambil peluang tersebut. Maka, perlu ada task force yang mampu mewujudkan harapan tadi.
Presiden Jokowi memberi peran besar BUMN untuk terlibat langsung
dalam berbagai pembangunan infrastruktur dan disuntik dana besar
melalui penyertaan modal negara (PMN). Sayangnya, kualitas BUMN belum
bagus. Sudah waktunya, pemerintah mencetak SDM berkelas dunia. Direksi
BUMN sebaiknya direkrut dari sumber-sumber andal.
Peningkatan mutu SDM BUMN merupakan solusi untuk menggenjot daya
saing. Rendahnya daya saing BUMN tergambar dalam hasil audit BPK 2014.
Nilai jual 121 BUMN ‘hanya’ 1.997 triliun rupiah dan hampir 90%
dihasilkan 25 BUMN. Kondisi ini tidak sesuai dengan total aset BUMN
pada 2014 yang mencapai 4.579 triliun. Namun kemampuan dalam menciptakan
laba relatif rendah, ‘hanya’ 219 triliun. Data ini menunjukkan
kemampuan BUMN mengelola aset dan menciptakan laba masih rendah.
Dari hasil benchmarking yang dilakukan Lembaga Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LM FEUI) terhadap BUMN di ASEAN,
daya saing Indonesia kalah jauh. Super holding company (SHC) Temasek
yang membawahi 15 perusahaan investasi masih lebih unggul dibanding 20
BUMN yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal sama, juga
pada BUMN yang sudah tercatat di pasar modal daripada BUMN Malaysia
Khazanah Nasional yang membawahi 24 perusahaan.
Menghadapi tantangan globalisasi dan pasar ASEAN seharusnya BUMN
menyiapkan strategi guna mengatasi berbagi kendala. Misalnya, BUMN
besar, tapi harus gesit. Portofolio beragam, tetapi harus
terspesialisasi. Diperlukan The BUMN Way yang mengawinkan gaya berbagai
manajemen sehingga tatakelola dan budaya kerjanya lebih berdaya saing.
Untuk muwujudkan BUMN yang besar tetapi gesit perlu belajar dari
Samsung yang memiliki 75 perusahaan afiliasi dari beragam industri.
Total karyawan 500 ribu. Samsung juga memiliki 600 basis di luar negeri
di 63 negara. Korporasi besar ini gesit karena usahanya
terdiversifikasi. Dia memiliki struktur pembuatan dan pelaksanaan
keputusan secara cepat. Kecepatan menjadi strategi dan identitas diri.
Kecepatan distribusi dan aliran bahan mentah serta informasi
ditingkatkan melalui inovasi dalam proses IT. Contoh pembuatan
manajemen rantai suplai global, sistem perencanaan sumber daya
perusahaan kelas dunia.
BUMN sebaiknya meniru Samsung dalam mengelola dan mengembangkan SDM.
Selama lima tahun terakhir dia menekankan pentingnya program spesialis
regional yang merupakan unsur pokok dalam upaya globalisasi. Program
meliputi pelatihan SDM dengan wawasan internasional agar memahami
pasar-pasar luar negeri. Caranya menugaskan karyawan untuk belajar ke
berbagai negara dan memahami budaya kerjanya.
Hingga 2014, perusahaan Korea itu memiliki 21.000 peneliti luar
negeri di 16 negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Tiongkok,
Jepang, India, Israel dan Polandia. Dalam konteks inovasi terbuka, dia
bekerja sama dengan universitas ternama dunia seperti MIT, Universitas
of California-Berkeley melalui program-program industrial affiliate dan
visiting researcher.
Benahi
Kementeriaan BUMN perlu membenahi postur BUMN dengan memasukkan para
ahli yang kompeten dan berpengalaman internasional. Saat ini banyak
yang bekerja di pusat riset dan industri terkemuka dunia. Contoh di
bidang industri penerbangan banyak WNI bekerja di Boeing atau Airbus.
Saatnya Presiden Joko Widodo memilih pucuk pimpinan perusahaan yang
berkeahlian global serta bervisi pengembangan perusahaan sesuai tren
dunia. Untuk itu, perlu seleksi melalui uji kelayakan dan kepatutan
secara transparan dan profesional. Hasilnya diumumkan secara luas agar
putra-putri terbaik bangsa bisa ikut serta.
Panitia seleksi (pansel) uji kelayakan pucuk perusahaan bisa
bekerja sama konsultan pendidikan internasional. Peserta harus memenuhi
kriteria profesionalitas kelas dunia, memahami manajemen dan usaha
perusahaan bersangkutan. Mereka tidak boleh ada benturan kepentingan
serta berdedikasi tinggi.
Saatnya memperbarui isi kontrak manajemen berisi komitmen pimpinan
terpilih untuk memenuhi segala target yang ditetapkan pemegang saham.
Selama ini banyak direksi tidak menguasai proses bisnis global yang
mengedepankan solusi teknologi, e-Sourcing. Solusi tersebut
dikembangkan dengan prinsip supply chain management. Selain itu, hanya sedikit direksi yang mampu membuat laporan keuangan berlevel International Financial Reporting Standars.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar