Makna
Hakteknas
Hari kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKANAS)
yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus kali ini bertema Inovasi Untuk
Kemandirian dan Daya Saing Bngsa. Peringatan Hakteknas ke-21 dipusatkan di kota
Solo dan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Penyelenggaraan Haktekanas berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 71 Tahun 1995. Tujuan peringatan untuk menghargai seluruh
komponen bangsa dalam memanfaatkan, menguasai, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Serta memberi dorongan untuk terus-menerus
membangkitkan daya inovasi guna kesejahteraan dan peradaban unggul bangsa
Indonesia.
Latar belakang penentuan tanggal Hakteknas adalah
periswtiwa terbang perdana pesawt N-250 buatan PT.Dirgantara Indonesia pada
1995. Pesawat hasi; rancang bangun putra-putri Indonesia itu telah menjadi ikon
kebangkitan teknologi nasional.
Setelah 21 tahun berlalu, kita patut mawas diri
sapakah makna hakikiki kebangkitan teknologi masih relevan. Kebangkitan Iptek
merupakan kunci kebangkitan bangsa. Kebangkitan nasional menjadi visi presiden
RI dari waktu ke waktu. Setiap presiden memilki kiat dan mahzab tersendiri
untuk mewujudkan kondisi kebangkitan nasional. Presiden Joko Widodo dan Wapres
Jusuf Kalla memiliki kita tersendiri untuk
menuju kebangkitan nasional. Karena latar belakang kedua tokoh bangsa ini
adalah saudagar atau pedagang, tentunya visi kembangkitan nasional tersebut
diwarnai strategi ala saudagar.
Peringatan Hakteknas ke-21 tahun 2016 hendaknya
bisa menyadarkan seluuruh elemen bangsa tentang makna kebangkitan nasional yang
esesndial. Dibutuhkan strategi
pemerintahan yang mampu menggerakkan segenap potensi bangsa untuk bangkit dan
tinggal landas dlam berbagai sektor kehidupan.
Visi kebangkitan nasional ala saudagar tersirat
dalam langkah dan kebijakan pemrintah Jowkowi yang tertuang dalam kebijakan 12
paket kebijakan ekonomi. Setumpuk paket itu esensinya adalah mempelancar
kegiatan para pengusaha yang notabene adalah saudagar berbagai kelas/ Sederet
paket tersebut juga diharapkan bisa membangkitkan saudagar lokal berlabel
UMKM dan mencetak saudagar muda intelektual
yang berjiwa kreatif dan inovatif
Visi kebangkitan nasional ala saudagar sesuai
dengan teori pakar Ekonomi Daid Mike Dallen yang menyatakan bahwa suatu negara
kan terwujud kemakmuran bila jumlah pengusaha sedikitnya 2 persen dari jumlah
penduduknya.
Visi kebangkitan nasional ala saudagar juga
terartikulasi dalam pembangunan berbagai infrastruktur yang penting bagi kegiatan ekonomi.
Sayangnya, pembangunan infrastruktur tersebut kurang terkonsep dengan baik dan
tergesa-gesa tanpa disertai strategi transformai teknologi dan persiapan SDM
berkompeten yang matang.
Akibatnya, beberapa proyek infrastruktur yang
dibangun kurang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi industri lokal dan
perluasan kesempatan kerja. Bahkan, pembiayaan infrastruktur yang bertumpu
kepada utang itu terlihat tidak disertai dengan aspek pengawsan kualitas
pembangunan dan kinerhja struktur yang baik. Pembangunan berbagai proyek
infrastruktur kurang melibatkan aspek audit teknologi yang bertujuan untuk
mengedepankan kepentingan komponen lokal dan melibatkan seluas-luasnya tenaga
kerja lokal serta menekan sedikit mungkin tenaga kerja asing (TKA).
Esensi kebangkitan nasional membutuhkan milestones
bangsa dan strategi transformasi. Ada baiknya membandingkan visi kebangkitan
nasional ala saudagar dengan visi ala teknolog. Visi kembangkitan teknologiala
teknolog terwakili dalam strategi transformasi BJ Habibie yang terartikulasikan
kedalam tajuk tinggal landas dan alih teknolgi. Yakni, lewar pembangunan
industri maju dan pencetakan SDM teknologi yang sangat progresif. Dengan jalan
pengiriman lulusan SMA terbaik untuk kuliah di pusat peradaban dunia dan pusat
iptek di negar Mju.
Ada benang merah visi kebangkitan nasional antara
Bung Karno, BJ Habibie, dan Jokowi. Visi ketiganya bertemali dalam karakter
ascensionisme bangsa, yakni sifat dan kecendrungan akan hal-hal yang besar,
unggul, dan megah. Visi Bung Karno ditangkap dan disesuaikan dengan kemajuan
zaman oleh BJ Habibie.
Salah satu contoh visi dan konsep Bung Karno yang
fenomenal dan berjiwa ascensionisme terlihat dalam pembangunan Ibu Kota negara
dengan berbagai monumen, Masjid Istiqlal,
Gelora Bung Karno (GBK), dan lain-lainnya. Hal intu merupakan usaha
megaestetik Bung Karno dalam memberikan baju budaya untuk membangun national character
building.
Pada sisi BJ Habibie kecendrungan ascensionisme ini
terartikulasikan dalam sebuah visi penguasaan hi-tech atau teknologi tinggi.
Langkahnya untuk mendirikan wahana industrialisasi berbasis hi-tech dan pusat
uptek dengan strategi yang sangat progresif, yakni berawal dari dari akhir
dalam alih teknologi searah dengan visi
Presiden RI Ketiga dimanifestasikan ke dalam Hakteknas sebagai tonggak
kebangkitan nasional.
Kini, makna kebangkitan teknologi nasional perlu
dikonkretkan. Peran teknolog dalam
pembangunan insfrastruktur yang masih minim sebaiknya ditingkatkan secara
signifikan karena kurang sinkronnya sumber daya teknologi nasional dengan
berbagai proyek insfrastruktur.
Ada baiknya menyimak premis Paul Krugman, pemenang
hadiaj Nobel bidang ekonomi, yang menyatakan bahwa pembangunan insfrastruktur
hendaknya dibarengi dengan job creation atau perluasan lapangan kerja untuk
beb\rbagai tingkatan, baik tingkat pekerja kualifikasi insinyur maupun teknisi.
Mestinya, pemerintah jangan tunduk begitu saja dengan kemauan pihak pemberi
spesifikasi teknologi dan teknolog yang terlibat dalam proyek insfrastruktur.
Pengadaan pun harus mengedepankan komponen lokal dan melibatkan seluas mungkin
tenaga kerja lokal/
Sejarah keberhasilan bangsa Indonesia mengembangkan
industri pesawat terbang, khususnya keberhasilan PT. DI dalam mencang bangunan
pesawat N-250, adalah fenomenal jika ditinjau dari konteks transformasi
teknologi. Oleh sebab itu, peringatan Hakteknas yang ke-21 tahun ini sebaiknya
juga dijadikan momentum untuk merevitalisasi kembali kpabilitas dan
insfrastruktur yang dimiliki oleh PT.DI.
Hingga saat ini. tingkat utilisasi PT DI masih
belum dioptimalkan. Saatnya pemerintah mengembangakan portofolio usaha PT.DI
yang terdiri atas beberapa units bisnis dalam kelompok Aircraft (Airplanes
& Helicopter), Aircraft services (Maintenance, Overhaul, Repair and
Alteration). Aerostructiure (Parts&Components, Sub Assemblies, Assemblies
Tools &Equipment). Engineerin Services (Communication Technolog, Simulator
Ttechnology, Infromation Technology Solution,
Design Center). Kapasitas fabrikasi PT DI harus segera didayagunakan
sebelum dimakan usia.
Oleh Bimo Joga Sasongko
Oleh Bimo Joga Sasongko
Pendiri Euro Management Indonesia
Ketua Umum IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar