- Pendiri, Presiden Direktur dan CEO Euro Management Indonesia, - SekJen Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE), - Ketua Bidang Pengembangan Profesionalitas Tenaga Kerja Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI), - Pengagas Gerakan Indonesia 2030: Sejuta Indonesia di Jantung Dunia, - Penerima Beasiswa STAID 1 USA, - Alumni Fachhochschule Pforzheim, Jerman, - Alumni Arizona State University, Arizona, USA, - Alumni North Carolina State University, North Carolina, USA.
Senin, 09 Oktober 2017
INTERVIEW MEDIA
Selasa,10 Oktober2017
Kantor Pusat EuroManagemetIndonesia
Gd. Ir. H. M. Suseno
Jl. R.P Soeroso no.6
Menteng - Jakarta Pusat 10330
Ketua umum IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie) sekaligus Presdir dan CEO Euro Management Indonesia Bimo Sasongko BSAE, MSEIE, MBA mendapatkan kesempatan untuk wawancara ekslusif dengan Media Televisi dari DAAI TV dengan tema "menggaungkan kader bangsa untuk kuliah ke luar negeri dan juga terkait dengan gerakan Indonesia 2030"
Jumat, 01 September 2017
Pernyataan Sikap dan Aksi Nyata IABIE Terkait Krisis Kemanusiaan dan Genosida Terhadap Etnis Rohingya di Myanmar
Pengurus IABIE (Ikatan Alumni
Program Habibie) prihatin dan mengutuk keras terjadinya krisis kemanusiaan dan
peristiwa genosida terhadap etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar.
Hadapi tragedi kemanusiaan tersebut tidak cukup
hanya dengan pernyatan sikap belaka, perlu aksi nyata untuk atasi duka nestapa
etnis Rohingnya. Serta perlu tindakan keras terhadap rezim dan pihak yang
terlibat tindakan biadab dan kejahatan terhadap kemanusiaan tersebut.
IABIE berseru saatnya Bangsa
Indonesia buktikan bahwa nasionalisme Indonesia sejatinya adalah
perikemanusiaan. Seperti yang pernah dikemukakan oleh Presiden RI pertama
Soekarno dan para pendiri bangsa lainnya. Bahwa hakekat nasionalisme Indonesia
bukan mencari gebyarnya atau kilaunya negeri keluar saja, tetapi haruslah
mencari selamatnya manusia di seantero dunia.
Saatnya
bangsa Indonesia buktikan bahwa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang
merupakan sila kedua Pancasila sebagai Dasar Negara benar-benar telah dihayati
oleh segenap bangsa.
Siapapun warga bangsa yang mengaku sebagai
Pancasilais sejati mestinya tergerak dan berbuat secara konkrit. Bukan
berpangku tangan dan hanya menjadi penonton. Sila Pancasila yang telah dikagumi
dunia sejak lama dan telah menjadi nilai universal itu saatnya dibuktikan
secara nyata untuk menolong etnis Rohingya yang tertindas dan terjajah.
IABIE mencatat bahwa kekerasan
terhadap minoritas Muslim Rohingya di Arakan, Myanmar, masih terus terjadi dan
tercatat enam ribu orang telah tewas. Bangsa Myanmar berpenduduk 75 juta jiwa
dan menurut PBB, etnis Rohingya yang berjumlah
sekitar 800 ribu orang di sana merupakan salah satu minoritas paling
tertindas di muka bumi saat ini.
Sebagai negara mayoritas muslim terbesar di dunia dan atas dasar
kemanusiaan, pemerintah Indonesia sudah seharusnya melakukan langkah-langkah
kongkrit untuk memberikan solusi konkrit dan penyelesaian mendasar terhadap
masalah yang dihadapi etnis Rohingya. Sesuai dengan politik aktif luar negeri
Indonesia, ikut serta dalam ketertiban dunia dan mempunyai semangat anti
penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Atas peristiwa tragis dan
memilukan diatas Pengurus IABIE menyatakan sebagai berikut:
1. Mengutuk
keras genosida terhadap etnis Rohingya di negara bagian Arakan (Rakhine),
Myanmar. Mendesak pemerintah Indonesia dan dunia internasional untuk memberikan
sangsi politik dan ekonomi kepada pemerintah Myanmar karena membiarkan
kejahatan HAM berat terus terjadi.
2. Mendesak
pemerintah Indonesia untuk memutuskan hubungan diplomatik dan mengusir kedutaan
besar Myanmar. Mendesak Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Presiden Jokowi
agar segera mengambil langkah-langkah strategis dan menjadi inisiator di Asia
Tenggara dan PBB untuk menghentikan kekerasan terhadap Muslim Rohingya di
Myanmar.
3. Pemerintah
RI hendaknya lebih proaktif membantu para pengungsi dan menyediakan lagi sebuah
pulau atau kawasan khusus untuk menampung para pengungsi Rohingya yang kini
masih terombang ambing penuh ketidakpastian.
4. Berseru
kepada seluruh warga bangsa dan dunia untuk boikot segala macam aktivitas dan produk Myanmar hingga masalah Rohingya
selesai dengan baik.
5. IABIE
meminta kepada komite hadiah Nobel untuk mencabut penghargaan Nobel Perdamaian
yang pernah disematkan kepada salah satu pemimpin Myanmar, Aung San Suu
Kyi karena membiarkan tragedi
kemanusiaan Rohingya terus terjadi.
6. Mengintruksikan
kepada seluruh anggota IABIE dan pihak terkait untuk melakukan aksi kepedulian
dan penggalangan dana untuk rohingya dalam waktu secepat mungkin.
Demikian pernyataan sikap dan
ajakan aksi nyata sebagai pembelaan dan solidaritas terhadap etnis Rohingnya
yang saat ini sedang tidak berdaya dan terancam jiwanya.
Jakarta, 31 Agustus
2017
Press Release Ikatan Alumni Program Habibie Menyambut Hari Raya Idul Adha 1438 H
Makna Idul Adha
Membentuk SDM Unggul Terbarukan
Perayaan Idul
Adha 1438 H atau Hari Raya Kurban mengandung makna perlu pengorbanan yang tulus
bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemajuan dalam berbagai bidang. Perlu
memaknai perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS
dalam konteks kekinian.
Makna Idul Adha
yang amat strategis adalah pengorbanan seluruh komponen bangsa demi
terbentuknya SDM yang unggul dan terbarukan. SDM terbarukan memilki kompetensi,
kreatifitas dan daya inovasi yang setara dengan SDM negara maju.
Pengorbanan moril
dan meteriil adalah keniscayaan dalam kondisi lompatan Iptek yang berlangsung
begitu cepat. Hal ini menuntut kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas dan berkarakter.
Tantangan di
masa depan mengharuskan seluruh umat manusia terlibat dalam persaingan global.
Hal ini juga terkait dengan semakin tingginya pemanfaatan sumber daya alam
(SDA), sehingga hanya bangsa yang siap secara teknologi yang akan banyak
memetik manfaat dari SDA yang semakin langka atau tidak terbarukan.
Kekayaan SDA
semata selama ini terbukti tidak mampu menyejahterakan rakyat karena SDM loyo
alias kurang berkualitas. Juga kedaluarsa kompetensinya alias tidak
terbarukan. Indonesia merupakan negara
yang gemah ripah loh jinawi, karena sumber daya alamnya yang kaya. Namun, karena
SDM kita kurang terbarukan dan kurang memiliki karakter positif yang menjadi
penciri bangsa maju, akibatnya masih harus bergelut dengan kemiskinan dan
kebodohan.
Kondisi dunia
yang semakin kompetitif menuntut terbentuknya warga bangsa dengan emotional
quotient (EQ) yang tinggi. Pembentukan tersebut bisa lancar dengan
mengartikulasikan nilai Idul Adha yang menekankan arti rela berkorban, ulet dan
ikhlas berjuang demi kemajuan. Premis yang menganggap IQ merupakan hal
terpenting dalam karier seseorang telah dikoreksi, karena EQ (bukan IQ) dalam
kehidupan modern saat ini dianggap lebih dapat memprediksi membentuk SDM
terbarukan.
Implikasinya
sekolah dan perguruan tinggi yang selama ini mendidik SDM seyogianya tidak lagi
berfokus pada peningkatan aspek kognitif semata. Kurikulum yang terlalu
berorientasi kepada rutinitas ujian dan penekanan siswa hanya untuk menghapal
mestinya bukan lagi menjadi porsi yang utama. Kemajuan teknologi tidak
menginginkan manusia-manusia penghapal karena informasi kini bisa diakses dalam
hitungan detik melalui internet.
“Semangat Kurban dan Pengorbanan untuk
Kemajuan Bangsa” menjadi tema penting Idul Adha 1438 H. Tersirat bahwa perayaan
Idul Adha lebih besar dampak sosialnya dibandingkan dengan Idul Fitri, karena
di Idul Adha sangat disarankan perintah untuk berkurban sedangkan di Idul Fitri
diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah.
Patut mengambil teladan dari Nabi Ibrahim AS.
yaitu: keikhlasan atau suatu sikap sami’na wa atho’na (ketaatan yang total),
serta kehanifan (berpegang teguh pada komitmen kebenaran). Islam
adalah agama kemajuan dan keunggulan. Sebagai agama kemajuan (din al hadharah),
Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk mampu menampilkan kehidupan yang
maju dan dinamis, bukan kehidupan yang pasif dan stagnan.
Sesuai dengan salah satu hadist
Rasulullah SAW yakni : “Barang siapa yang mampu menciptakan hari ini
lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang sukses, dan jika hanya mampu
menciptakan hari ini sama dengan hari kemarin, sesungguhnya dia gagal, apalagi
jika gagal menciptakan hari ini lebih baik atau sama dari hari kemarin, maka
dia adalah orang terhina”.Dari hadits di atas sangat jelas bahwa umat Islam
harus berorientasi kepada kualitas dan dinamika kehidupan. Kehidupan umat
Islam, baik secara individu maupun secara kolektif, harus bergerak maju merebut
kualitas.
Prinsip di atas
merupakan watak Islam yang perlu kedepankan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia tercinta. Esensi kemajuan diatas juga tergambar pada
para jemaah Haji yang thawaf mengelilingi Ka'bah tujuh kali yang dilakukan oleh
para jamaah haji. Thawaf mendidik jamaah haji agar bergerak maju dinamis dalam
orbit tauhid. Konsistensi dalam bertauhid memacu gerak untuk maju dan terus
bersikap optimis dalam mengejar kemajuan.
Atas perhatian dan kerjasama antara IABIE dan rekan-rekan jurnalis media massa, baik media cetak maupun
elektronik, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Selasa, 22 Agustus 2017
Kemerdekaan dan Industri Pertahanan
OLEH BIMO SASONGKO
Kedaulatan Negara merupakan manifestasi kemerdekaan bangsa yang
paling hakiki. Tantangan untuk menjaga kedaulatan wilayah RI semakin kompleks
sehingga membutuhkan infrastruktur dan alutsista yang modern. Oleh karena itu,
dibutuhkan industri pertahanan dengan kondisi yang agilitas atau tangkas.
Spirit HUT Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-72 menjadi
momentum untuk meneguhkan industrialisasi dan transformasi teknologi
pertahanan. Pengembangan industri pertahanan merupakan bagian terpadu dari
perencanaan strategis pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan
pertahanan dan keamanan negara. Ketersediaan alat peralatan pertahanan dan
keamanan selama ini belum didukung oleh kemampuan industri pertahanan secara
optimal sehingga menyebabkan ketergantungan terhadap produk alat peralatan
pertahanan dan keamanan dari luar negeri.
Industri pertahanan itu meliputi industri alat utama, industri
komponen utama dan/atau penunjang, industri komponen dan/atau pendukung
(perbekalan); dan industry bahan baku.
Dalam merealisasikannya tentu perlu dukungan sumber daya manusia
(SDM) yang menguasai teknologi pertahanan untuk menerapkan visi bagi kemajuan
dan kemandirian industri pertahanan di Indonesia. SDM lokal harus memiliki
kapasitas dan kapabilitas tinggi, sehingga mampu mendukung tercapainya kemajuan
teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan sesuai
dengan perkembangan zaman.
Dalam konteks ini, industri pertahanan nasional mensyaratkan
pula penyelenggaraan dan pengelolaan secara terpadu. Kasus korupsi yang terkait
pembelian helikopter Agusta Westland (Heli AW 101) yang didatangkan dari
pabrikan Inggris-Italia merupakan indikasi bahwa pengembangan alutsista selama
ini belum searah dengan keberadaan industri pertahanan. Pengadaan heli
dinyatakan menyimpang karena tidak sesuai dengan spesifikasi. Heli tersebut
pintunya bukan ramp door, padahal PT DI sebagai salah satu industri
pertahanan bisa membuat heli seperti yang ditentukan dalam spesifikasi.
Makna peringatan HUT kemerdekaan sangat relevan dengan kondisi
dan tantangan hankam pada saat ini.
Seperti ditekankan oleh Presiden Joko Widodo bahwa lanskap
politik global dan ancaman hankam sudah berubah. Oleh sebab itu perlu
pengembangan SDM untuk antisipasi perubahan itu.
Postur SDM bidang hankam ditantang kemampuannya untuk bisa
menghasilkan metode pengamanan yang paling tepat untuk Indonesia. Hal itu
seperti dikemukakan Presiden Jokowi saat memberikan pembekalan kepada perwira
remaja TNI/Polri, di Mabes TNI.
Program pengadaan alutsista menurut Presiden Jokowi harus
disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal itu, misalnya, pengadaan tank pun
harus dievaluasi karena mungkin saja saat ini sudah kurang diperlukan, diganti
dengan drone atau pesawat nirawak.
Mewujudkan kedaulatan dirgantara Indonesia merupakan tantangan
besar bagi industri pertahanan. Perlu sinergitas antara industri pertahanan
dengan TNI AU terkait dengan rencana strategis pengadaan alutsista.
Rencana strategis itu tidak bisa terlepas dari pengembangan SDM.
Pengembangan meliputi personel TNI AU maupun kalangan sipil yang menggeluti
teknologi penerbangan dan infrastruktur pendukungnya.
Dalam Renstra ditekankan program untuk peremajaan atau pengganti
alutsista antara lain pesawat F-5E/F Tiger II yang diproyeksikan pada dua
kandidat utama, yaitu Sukhoi Su-35 Super Flanker buatan Rusia, dan F-16 Viper
buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat.
Selain itu, pemutakhiran armada pesawat angkut berat sekelas
C-130 Hercules, helikopter angkut berat dan pemutakhiran pesawat latih jet
jenis T-50i dari Korea Aerospace Industry, Korea Selatan. Alat pertahanan
negara perlu pula melengkapi dengan radar dan sistem persenjataannya.
Dalam era kompetisi global, tantangan TNI AU makin dinamis.
Terutama terkait perkembangan kompetisi kedaulatan wilayah udara. Kompetisi
sengit tersebut ditunjukkan oleh beberapa negara, seperti Tiongkok yang telah
mengembangkan pesawat pembom nuklir untuk meraih superioritas udara.
Para insinyur teknik penerbangan Tiongkok berhasil membuat
sejumlah pesawat tempur canggih seperti jet tempur generasi kelima Chengdu
J-20, pesawat pembom nuklir berteknologi stealth Xian H-8, dan pembom strategis
jarak jauh Xian H-6, dan masih merancang pesawat pembom strategis berteknologi
stealth yang bisa mencapai daratan AS, yakni H-20. Selain itu, pesawat pembom
canggih yang bisa membawa nuklir dan memiliki kecepatan hipersonik.
Untuk menjaga wilayah udara diperlukan SDM unggul yang memiliki
kompetensi untuk mengintegrasikan sistem radar nasional. Kurangnya radar untuk
memantau cuaca dan mengawasi wilayah Nusantara harus segera diatasi.
Saatnya kita meneguhkan Wawasan Nusantara yang kini sangat
tergantung kepada SDM yang menguasai infrastruktur pemantau yang andal dalam
menjaga wilayah negara. Sistem pemantau terintegarsi dalam C4ISR (Command,
Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance and
Reconnaissanse) yang mengedepankan drone atau pesawat
tanpa awak dan sebaran radar di titik-titik rawan, seperti yang ditekankan oleh
Presiden Jokowi.
Drone yang
biasa disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV) sebenarnya bisa
segera direalisasikan karena sudah ada rancang bangun yang dilakukan oleh BPPT,
PT Dirgantara Indonesia, dan LAPAN. Bahkan, jika satelit rancang bangun LAPAN
sudah selesai, hal ini sangat menunjang operasional drone.
Pemerintah perlu mewujudkan optimasi dan keandalan infrastruktur
radar nasional. Khususnya sinergi dan integrasi radar yang dimiliki oleh pihak
militer maupun sipil. Alutsista radar sangat penting karena bisa mendeteksi
secara dini adanya gangguan keamanan, faktor keselamatan penerbangan dan
kejahatan ekonomi. Dukungan alutsista radar itu, dalam kondisi mendesak, akan
memungkinkan dan memudahkan mendatangkan bantuan armada pesawat tempur atau
armada kapal dalam waktu yang cepat dan sasaran yang tepat.
Putra-putri Indonesia sudah menguasai teknologi membangun radar
yang canggih. Hal itu ditunjukkan oleh pakar teknologi radar yakni Beno Kunto
Pradekso yang kini menjadi CEO PT Dua Empat Tujuh yang selama ini fokus
usahanya adalah rancang bangun radar, terutama pengembangan jenis array radar.
Pada saat ini dibutuhkan penyempurnaan dan penambahan alutsista
radar TNI. Seperti jenis Thomson tipe TRS 2215R yang ditempatkan di sepanjang
garis pantai Pulau Sumatera menghadap Selat Malaka, antara lain di Sabang,
Lhokseumawe, Sibolga, dan lain-lain.
Begitu juga radar yang ditempatkan di Kepulauan Natuna yang
berfungsi memonitor wilayah di sekitar Laut Tiongkok Selatan. Kita perlu
berupaya dan begerak cepat untuk menyempurnakan dan meningkatkan kinerja radar
nasional. Selama ini usaha optimasi tersebut terkendala masalah klasik. Yakni
proporsi keterlibatan industry pertahanan nasional.
Kamis, 03 Agustus 2017
Format Pendidikan Karakter
Oleh Bimo Joga Sasongko
Presiden Joko
Widodo mengatakan pendidikan anak sebaiknya tidak hanya diberikan di ruang
kelas. Tapi juga bisa dilakukan di luar sekolah dnegan hal-hal yang berkaitan
dengan jiwa kemuliaan. Pernyataan itu disampaikan pada Rakor Pimnas 2017
Persatuan Guru Republika Indonesia (PGRI) di Sleman, DIY.
Jokowi
meminta guru menanamkan pendidikan karakter. Sebab, pendidikan karakter penting
untuk pembentukan etos kerja, kejujuran, integritas, unggul dan memilikii
semangat pantang menyerah, serta kerja keras. Presiden Joko Widodo juga
menekankan soal perubahan kondisi bangsa di masa depan. Menurutnya, generasi Z akan
mengubah peta politik dan ekonomi secara nasional dalam waktu 5 – 10 tahun ke
depan.
Sistem
pendidikan nasional mesti diarahkan untuk membentuk karakter anak yang unggul
dan sesuai dengan tantangan zaman. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “to mark” atau menandai dan
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku.
Karakter
unggul berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang
ditandai dengan nila-nilai seperti punya kepercayaan diri, rasional, logis,
kritis, analitis, kreatif, inovatif, dan mandiri.
Penerapan
kurikulum sebaiknya disertai dengan transformasi pendidikan. Transformasi tersebut
kini sangat dipengaruhi oleh kekuatan jaringan N-Fluence atau Net Fluence
yang sedang melanda generasi muda. Mereka kesehariannya tidak bisa lepas dari
internet. Jaringan itu kini merevolusi pembelajaran. Dari pembelajaran
individual ke pembelajaran kolaboratif.
Perlu
program unggulan pemerintah untuk membangun system yang mendukung terwujudnya
lingkungan pembelajaran generasi Z alias next generation learning environment.
Yaitu dengan cara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terkini
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, administrasi, serta interaksi dan
kolaborasi antara gutu, siswa, orangtua, komunitas, dan sekolah yang lebih
efektif dan murah.
Perkembangan
pembelajaran di Negara maju diwarnai dengan penerapan Multiuser Virtual Environment (MUVE) yang merupakan berbagai model
virtual dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga bermacam perkembangan iptek bisa
divirtualisasikan secara menarik. Hal ini sangat menggairahkan para siswa untuk
menekuni disiplin ilmu dengan cara yang lebih praktis dan menyenangkan. Ibarat melakukan
tamasya ilmu pengetahuan, setiap hari sekolah menjadi hal yang sangat
mengasyiakan siswa.
Pembangunan
karakter bangsa perlu format atau metode yang efektif sehingga bisa diserap
dengan baik oleh generasi saat ini. Peraturan Presiden (Perpres) tentang
Pendidikan Penguatan Karakter perlu segera diterbitkan.
Pendidikan
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan karakter. Betapa penting faktor pendidikan
itu karena mentalitas seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah. Pendidikan
karakter siswa memerlukan proses kreatif dan data inovativ sesuai dnegan
kondisi kekinian.
Pembentukan
karakter unggul siswa memerlukan waktu belajar yang lebih panjang. Karena para
siswa perlu presentasi diri mengenai gagasan dan ide-idenya di dalam kelas. Presentasi
dari masing-masing siswa perlu dilakukan agar percaya diri dan lebih memahami
pelajaran serta bisa mendorong kretivitas.
Presentasi
siswa tentang ide dan karyanya sejak awal tahun 80an telah manjadi perhatian
para guru besar seperti Profesor Andi Hakim Nasution yang setia menjadi dewan
juri Lomba Peneliatan Ilmiah Remaja yang diselenggarakan oleh Kemendikbud dan
LIPI. Bahkan, Menteri Pendidikan seperti Daoed Joesoef, Nugroho Notosusanto
hingga Fuad Hasan juga berkenan mengikuti presentasi yang dilakukan oleh para
siswa sekolah menengah. Presentasi seperti telah membuka jalan lahirnya
generasi unggul yang mampu bersaing secara global.
Di
masa depan para guru harus intens membimbing presentasi siswa setelah menyerap
pelajaran. Presentasi lebih hebat lagi jika memakai bahasa asing.
Daya
saing suatu bangsa ditentukan oleh sejauh mana para pemuda berkreasi dan
berinovasi sesuai dengan tren dunia. Seperti yang tergambar dalam kajian
lembaga pendidikan terkemuka di Amerika yaitu Harvard Business, yang menekankan
pentingnya mendorong daya saing pemuda di bidang sistem inovasi dan produksi.
Perlu
totalitas untuk membangun ruang kreativitas sekolah. Negeri ini membutuhkan
sebanyak banyaknya tokoh muda inovator untuk menuju kejayaan bangsa. Inovasi segalam
macam disiplin ilmu dan keanekaragaman budaya. Baik inovasi tingkat dunia
maupun tingkat lokal yang memiliki arti strategis dalam kehidupan berbangsa.
Sekolah
adalah sarana yang tepat untuk menumbuhkan budaya inovasi. Oleh sebab itu,
perlu strategi kebudayaan bagi sekolah yang focus terhadap budaya inovasi. Menumbuhkan
budaya inovasi di kalangan siswa jangan hanya bersifat seremonial. Kegiatan inovatif
sebaiknya dilakukan oleh siswa dalam bentuk yang bervariasi.
Pada
prinsipnya sumber inovasi, baik itu produk atau proses, merupakan proses
belajar. Agar siswa mampu melakukan kegiatan inovatif maka harus ada upaya
meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologinya, yaitu dengan memperkuat kapasitas
learning-nya.
Dalam
persaingan global yang sangat ketat diperlukan berbagai right brain training untuk menggenjot daya kreativitas siswa.
Budaya inovasi dengan titik berat proses kreatif dan inovatif sebaiknya menjadi
muatan kurikulum di sekolah.
Saatnya
melihat dengan jernih kondisi riil pendidikan di negeri ini. Pemerintah bertekad
bahwa hakikat pendidikan untuk mewujudkan peradaban Indonesia yang unggul. Makna
pendidikan bukan hanya untuk menyelasaikan atau menjawab persoalan bangsa yang
sifatnya sangat teknis dan bersifat kekinian semata. Melainkan pendidikan untuk
mewujudkan peradaban unggul dalam ekosistem global.
Selasa, 04 Juli 2017
Diaspora dan Potensi Outsourcing Global
Oleh Bimo Joga Sasongko
Kongres Diaspora Indonesia ke-4 di
Jakarta dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack Obama. Tujuan utama
kongres adalah untuk menghimpun potensi yang dimiliki para diaspora Indonesia
agar bisa memberikan nilai tambah dan pemikiran strategis bagi pembangunan di
Tanah Air.
Istilah
“diaspora” berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti penyebaran atau
penaburan. Dalam konteks pergerakan warga negara, diaspora merujuk pada
penduduk yang menetap di negara lain karena berbagai faktor, misalnya mencari
penghidupan yang lebih baik. Dalam perkembangan globalisasi, diaspora menjadi
kekuatan ekonomi baru bagi suatu bangsa.
Kondisi
demografi Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan segera memasuki era
bonus demografi mestinya menjadikan bangsa ini memiliki jumlah diaspora nomor
tiga dunia setelah Tiongkok dan India. Peran diaspora sangat penting untuk ikut
memperluas lapangan kerja di Tanah Air dengan cara menangkap potensi outsourcing global.
Potensi tersebut selama ini banyak dinikmati oleh India dan Tiongkok. Para
diaspora dari dua negara tersebut sangat gigih merebut potensi outsourcingglobal
untuk diarahkan ke negaranya.
Untuk
mewujudkan hal di atas perlu mengoptimalkan langkah Indonesian Diaspora Network
Global (IDNG). Saatnya para diaspora bersinergi mengarahkan rezeki
globalisasi outsourcing ke Tanah Air. Untuk itu pemerintah
harus memiliki sistem dan regulasi yang baik disertai dengan pengembangan SDM
sejak dini.
Khususnya
sejak di bangku sekolah menengah diperkenalkan dengan bidang-bidang yang
dibutuhkan outsourcing global. Biasanya para diaspora lebih
adaptif dan menguasai potensi outsourcing yang dilakukan oleh
perusahaan multinasional.
Apalagi
Presiden Jokowi memberi perhatian serius terhadap pengusaha alih daya
atau outsourcing. Untuk itu disiapkan program untuk mengembangkan
lebih luas industri jasa termasuk outsourcing sebagai salah
satu program unggulan pemerintah. Hal itu mengingat jumlah angkatan kerja yang
kian bertambah dari tahun ke tahun.
Menurut
laporan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja di Indonesia tahun
2016 mencapai angka 127,8 juta jiwa. Jumlah pengangguran akan mengalami
penurunan yang berarti berkat outsourcing. Dengan itu para fresh graduate juga
mendapatkan pelatihan kerja secara insentif sebelum disalurkan ke perusahaan
rekanan.
Pelaku
usaha outsourcing hendaknya jalankan bisnisnya sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan. Saatnya Asosiasi
Bisnis Alih Daya Indonesia (ABADI) membenahi standar kualifikasi perusahaan. Juga
perlu membentuk regulasi persyaratan pengguna perusahaan outsourcing,
membuat regulasi standardisasi manajemen fee, dan hal teknis
lainnya.
Hal itu
agar sistem outsourcing di Indonesia berkeadilan bagi
karyawan, maupun perusahaan demi meningkatkan kesejahteraan bersama. Pemerintah
bersama asosiasi dan organisasi buruh perlu program cepat untuk
mengembangkan business process outsourcing (BPO).
Sehingga usaha outsourcing tidak kalah dengan Negara tetangga
seperti Filipina. Negara tetangga ini mampu mendapatkan peluang usaha tersebut
hingga mencapai US$ 25 miliar dalam satu tahun. Bidang outsourcing yang
berpotensi didapat dari pasar global antara lain sektor grafis, animasi,
aplikasi software.
Sektor
ketenagakerjaan kini ditentukan oleh perkembangan bisnis global yang sangat
dinamis. Ditandai dengan migrasi tenaga kerja antarnegara. Daya saing tenaga
kerja asing (TKA) yang lebih kompetitif memaksa tenaga kerja lokal harus
meningkatkan kompetensi dan kemampuan berbahasa asing.
Tak bisa
dimungkiri perluasan lapangan kerja yang sering dinyatakan oleh pemerintah
merupakan jenis profesi yang rentan dan kurang memiliki prospek dan daya saing
global. Jika dikaji lebih mendalam lagi, ternyata para kepala daerah kurang
mampu merencanakan portofolio profesi yang harus dikembangkan di daerahnya. Di
mana ada jenis profesi kerja yang sudah ketinggalan zaman tetapi luput dari
perhatian.
Sedangkan
jenis-jenis profesi yang menjadi kebutuhan dunia di masa depan belum
dipersiapkan secara baik. Pemerintahan dituntut lebih efektif meningkatkan daya
saing tenaga kerja. Apalagi pada era 2020 hingga 2030 terjadi fenomena bonus
demografi, di mana usia produktif penduduk Indonesia mencapai puncaknya.
Bonus
demografi harus dipersiapkan dengan berbagai program pengembangan SDM bangsa
terutama bagi kaum buruh. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
memproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mendatang
mencapai 305,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 28,6% dari tahun 2010 yang
sebesar 237,6 juta jiwa.
Meningkatnya
jumlah penduduk pada 2035 tersebut menjadikan Indonesia negara kelima dengan
jumlah penduduk terbanyak di dunia. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia
tersebut dibarengi dengan meningkatnya penduduk berusia produktif (usia 15
tahun sampai 65 tahun). Idealnya era tersebut menjadi momentum untuk mewujudkan
produktivitas yang tinggi dan daya saing ketenagakerjaan yang berstandar
global.
Tak
pelak lagi outsourcing lintas negara pada saat ini bisa
dianalogikan sebagai potensi ekonomi globalisasi yang sangat besar dan sedang
diperebutkan oleh berbagai negara yang memiliki SDM yang tangguh. India adalah
contoh negara yang mampu merebut potensi global tersebut. Karena SDM di sana
dipersiapkan dengan baik. Utamanya dengan cara spesialisasi ketenagakerjaan dan
penguasaan bahasa asing.
Memajukan
usaha outsourcing harus disertai pembenahan SDM perdesaan.
Untuk membenahi SDM perlu terobosan yang luar biasa. Dan berani banting setir
dengan program pembangunan yang ada. Masalah pemerataan pembangunan yang paling
krusial terdapat di perdesaan. Kebangkitan nasional yang paling esensial adalah
dengan cara membangkitkan SDM di perdesaan. Dan membangkitkan proses nilai
tambah terhadap sumber daya alam (SDA) yang tersedia di masing-masing daerah.
Saatnya
membangkitkan SDM di perdesaan, khususnya daerah terpencil atau kabupaten yang
masih terbelakang. Perlu terobosan untuk membangkitakn SDM perdesaan lewat
pendidikan. Seperti yang pernah diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo kepada
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti, agar mengirim para lulusan SMK
kejuruan perikanan dari daerah terpencil untuk kuliah di Jepang guna mendalami
teknologi budidaya mutiara dan proses nilai tambahnya. Terobosan memberikan
beasiswa ikatan dinas bagi siswa berprestasi dari sekolah menengah untuk
belajar di luar negeri patut diapresiasi dan diperluas.
Bimo Joga Sasongko, Pendiri Euro
Management Indonesia. Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE)
Senin, 03 Juli 2017
Bimo Sasongko Persiapkan Sejuta Anak Bangsa Belajar ke Pusat-Pusat Peradaban di Dunia
Oleh Anwar Tandjung
Bermula dari keresahan melihat
pemerintah bangsa indonesia yag belum maksimal mengurusi pendidikan ke arah
yang lebih baik, Bimo Sasongko BSAE, MSEIE, MBA (sang penerima penghargaan Top
Eksekutif Muslim 2017 dari Majalah Ibadah yang bekerjasama dengan Ikatan
Pengusaha Muslimah Indonesia-IPEMI), yang waktu itu sedang melaksanakan program
MBA-nya di Pforzheim University of Applied Science Fachhochschule (FH),
Pforzheim, Jerman, merasa prihatin dan tertantang untuk ikut serta
berkonstribusi memajukan Indonesia lewat sebuah pendidikan nonformal. Institusi
itu kemudian muncul dengan nama Euro Management Indonesia (EMI).
Institusi yang fokus pada
konsultan pendidikan internasional itu, sejak berdirinya pada tahun 2003,
hingga kini terus berkembang, baik secara fisik maupun non fisik. Mulai dari
pengiriman beberapa Siswa ke negara Jerman dan Prancis, kini sudah lebih dari
2000 siswa yang melanjutkan studi ke Inggris, Australia, Amerika Serikat,
Belanda, Spanyol dan Jepang. Mulai dari beberapa karyawan hingga ratusan
karyawan. Dari tempat yang terbatas, sampai beberapa ruang belajar dan kantor
yang cukup representatif, yang kini berada di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Program
Beasiswa
Pendidikan adalah suatu yang
wajib bagi suatu kemajuan bangsa. Terlebih lagi dalam era globalisasi dan MEA
ini. Agar Indonesia dapat bergabung dengan negara-negara maju lain, SDM
Indonesia haruslah berkualitas. Untuk itu, Bimo Sasongko, CEO dan Founder dari
EMI yang juga merupakan Ketua Umum IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie)
memfasilitasi beberapa program bagi anak bangsa, salah satunya adalah program
beasiswa belajar lima bahasa asing (Jerman, Prancis, Inggris, Belanda dan
Jepang)
Terhitung sejak tahun 2016 (Q2,
2017) sudah lebih dari 3000 partisipan yang mengikuti program ini. Mereka
terdiri dari SLTA, Mahasiswa, Jurnalis, PNS, Pegawai BUMN dan Guru yang
masing-masing berjumlah 1000-an lebih.
Walaupun pemerintah sejak lama
memberikan program beasiswa, tapi sifatnya sangat terbatas hanya untuk S2 dan S3.
Untuk S1 masih sangat minim. Padahal belajar diluar negeri sejak masa muda itu
sangat penting. Karena masih bersifat fleksibel, belum memiliki tanggungan dan
tidak memiliki banyak beban. Untuk itu, Bimo Sasongko lewat Euro Management menargetkan
(hingga tahun 2030) bisa mengirimkan 1 Juta anak bangsa ini menuntut ilmu ke
luar negeri. Program Beasiswa ini, dulu pernah dilakukan oleh Pak Habibie pada
tahun 1980 dan berhenti 1988 karena persoalan politik.
Hal ini sangat penting bagi
bangsa Indonesia, karena bukan hanya mengadopsi keilmuannya saja, tetapi juga
cara berpikir dan budaya positifnya, agar peradaban bangsa Indonesia dapat
lebih berkembang dan maju.
Menggalang
Umat Islam Untuk Maju
Kemajuan suatu bangsa atau
ummat, salah satunya ditentukan dengan pendidikan. Kalau pendidikannya lemah,
bangsa dan ummatnya akan menjadi ejekan, injakan, dan jajahan bangsa dan ummat
lain yang lebih maju.
Kelemahan umat Islam (dari dulu)
adalah yang tak lagi mementingkan pendidikan (formal non-formal, terlebih ilmu
pengetahuan alam). Bimo mengajak, ummat Islam haruslah belajar. Harus maju.
Walaupun banyak tantangan,
menggerakan ummat Islam supaya belajar dan maju haruslah beerjalan terus. Hanya
dengan ilmulah kita bisa maju dan menguasai dunia. Seperti halnya pada
peradaban keemasan Islam dahulu. Peradaban Keilmuan Islam yang disegani dan
mampu menhjadi inspirasi negara-negara Barat untuk mengirimkan para sarjananya
mempelajari budaya dan keilmuan Islam. Karena terlena, hingga saat ini ummat
Islam dikuasai.
Untuk membangkitnya lagi, belajar
ilmu pengetahuan di dunia Barat disertai dengan keimanan dan nasionalisme yang
tinggi, adalah salah satu caranya. Langkah itulah yang ditempuh Bimo Sasongko
lewat Euro Management-nya.
Langganan:
Postingan (Atom)