Ucapan Selamat & Sukses Menempuh Ujian Nasional 2017
IABIE ADDRESS To 3.2 Million
Indonesian Students Across The *Nation. *
IABIE menyampaikan ucapan selamat kepada 3.2 juta siswa-siswi SMA/SMK/MA, Tahun Ajaran 2016 - 2017 yang menempuh Ujian Nasional (UN) serentak di Seluruh Pelosok Tanah Air Indonesia pada tanggal 10 April - 13 April 2017 yang disampaikan oleh Ketua Umum IABIE, Bimo Sasongko.
"Semoga kalian semua menjadi calon-calon pemimpin Bangsa Indonesia yang akan membangun Bangsa Indonesia menjadi Bangsa yang maju, unggul, dan dihormati oleh berbagai Bangsa di Dunia ini."
Pernyataan & Ucapan IABIE tersebut dapat dilihat di link video yang berdurasi 1 menit di bawah ini:
https://youtu.be/KjUrGm0XtYM
- Pendiri, Presiden Direktur dan CEO Euro Management Indonesia, - SekJen Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE), - Ketua Bidang Pengembangan Profesionalitas Tenaga Kerja Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI), - Pengagas Gerakan Indonesia 2030: Sejuta Indonesia di Jantung Dunia, - Penerima Beasiswa STAID 1 USA, - Alumni Fachhochschule Pforzheim, Jerman, - Alumni Arizona State University, Arizona, USA, - Alumni North Carolina State University, North Carolina, USA.
Minggu, 09 April 2017
Sabtu, 08 April 2017
Sambutan CEO Menyambut UN 2017
President Director & CEO Euro Management Indonesia, Bapak Bimo
Sasongko, BSAE, MSEIE, MBA menyampaikan ucapan selamat kepada 3.2 juta
siswa-siswi SMA/SMK/MA, Tahun ajaran 2016 - 2017 yang menempuh Ujian
Nasional (UN) serentak di Seluruh Pelosok Tanah Air Indonesia pada
tanggal 10 April - 13 April 2017.
"Tunjukan bahwa kalian adalah Generasi Unggul yang Berkualitas, Cerdas
dan Jujur yang akan membawa Bangsa Indonesia Menjadi Bangsa Maju &
Beradab yang di segani oleh Bangsa Lain di Dunia"
https://youtu.be/Jk7hL1NrtVc
Minggu, 02 April 2017
Kerja Sama Iptek Prancis - RI
Kerja
Sama SDM Iptek Indonesia-Prancis
Oleh
Bimo Joga Sasongko
Kunjungan
bersejarah Presiden Prancis François Hollande ke Tanah Air merupakan momentum
menata kerja sama terkait SDM Iptek kedua negara. Presiden Hollande membawa 40 pengusaha
yang akan melakukan kerja sama investasi senilai 2,6 miliar dollar.
Selain
agenda utama tentang kerja sama di sektor maritim dan ekonomi kreatif sebaiknya
perlu menjabarkan secara detail kerja sama SDM Iptek yang selama ini telah
terjalin namun belum optimal.
Perlu
kejelian untuk mengambil manfaat kerjasama. Sehingga tidak lagi terjadi defisit
transaksi perdagangan kedua negara yang mencapai sekitar 315 hingga 490 juta
dollar AS selama ini. Defisit tersebut disebabkan karena Indonesia mengimpor berbagai
jenis pesawat terbang dan infrastruktur pendukungnya dari Prancis.
Beberapa
waktu yang lalu publik sempat tercengang oleh pengumuman Airbus yang mendapat
pesanan dari salah satu maskapai Indonesia sebanyak 234 unit pesawat terbang.
Kontrak yang ditandatangani di Istana Elysee merupakan pemecah rekor. Nilai
kontrak yang mencapai 18,4 miliar euro atau sekitar Rp 230 triliun merupakan
order terbanyak yang pernah diterima sepanjang sejarah Airbus.
Kontrak
diatas menjadi leverage bagi Airbus dan juga Prancis untuk mengatasi kelesuan
ekonomi di kawasan Eropa. Mengingat pentingnya kontrak tersebut
sampai-sampai dihadiri langsung oleh Presiden Prancis Francois Hollande.
Dengan
nilai kontrak yang fantastis tersebut mestinya Presiden Prancis juga turut mendorong
adanya offset SDM penerbangan untuk ratusan bahkan ribuan pemuda Indonesia
untuk belajar perguruan tinggi dan pusat ristek penerbangan di Prancis.
Saatnya
pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan, Kemeterian Perdagangan
dan BPPT merumuskan sistem offset dan ToT terkait dengan pembelian pesawat oleh
pihak swasta dan BUMN. Perlu meneliti seluruh dokumen pengadaan pesawat yang
menyangkut dokumen teknis, sertifikasi, potensi offset dan ToT maupun skema
pembiayaan.
Perjanjian
kontrak pengadaan sebaiknya menekankan transfer of technology (ToT) dengan
mengirimkan SDM untuk belajar dan magang di luar negeri. Apalagi kondisi SDM
penerbangan di Tanah Air kini masih kurang.
Perlu
program pengiriman lulusan SMA untuk kuliah ke Prancis. Apalagi strategi
pembangunan Presiden Jokowi mengedepankan kemandirian bangsa dan penguasaan
teknologi oleh putra-putri bangsa sendiri. Untuk itu perlu memasukkan faktor
pengembangan SDM teknologi dalam setiap perjanjian pembangunan infrastruktur
dan pembelian teknologi canggih dari luar negeri.
Sederet
belanja yang mengandung teknologi canggih sebaiknya disertai dengan sistem
offset. Apalagi produk yang dibeli terkandung masalah klasik, yakni sulitnya
optimasi penggunaan dan perawatan yang membutuhkan biaya dan daya dukung SDM
teknologi yang mumpuni. Belanja BUMN seperti misalnya PT Garuda Indonesia
(Persero) yang setiap tahun menyiapkan belanja modal atau Capex (Capital
Expenditure) sekitar 500 juta dolar AS setara Rp 6,8 triliun untuk ekspansi
bisnis perseroan dan anak usaha juga harus memakai skema offset. Belanja Garuda
tersebut antara lain pembelian pesawat untuk Garuda dan Citilink dari Prancis
yakni Airbus A330.
Mestinya pembelian oleh Garuda harus disertai offset. Itu bisa saja dengan
menggandeng industri dalam negri seperti PT Dirgantara Indonesia. Dengan
demikian langkah Garuda yang terus bertransformasi sejalan pertumbuhan positif
industri penerbangan dan rencana pemerintah mengembangkan infrastruktur
transportasi udara dengan membuka bandara-bandara baru bisa berfungsi
ganda.Perlu transparansi pengadaan pesawat terbang. Transparansi itu menyangkut
masalah teknis pesawat, skema pembiayaan, pengembangan SDM, hingga jadwal
penyerahan pesawat untuk dioperasikan.
Kersama
SDM Iptek antara Indonesia-Prancis perlu diperluas. Banyak ahli dari Indonesia
yang berkarya di Prancis dan mendapat posisi strategis disana sebagai ilmuwan
berkelas dunia. Beberapa diantaranya menjadi profesor tamu dan peneliti di
ENSICA Toulouse. Ilmuwan dari Indonesia lulusan Prancis juga banyak yang
menjadi ahli pembuatan berbagai jenis turbin. Hal ini tentunya bisa menjadi
solusi pembangunan pembangkit listrik di Tanah Air yang selama ini tergantung
kepada ahli dari Cina. Para ahli Indonesia sebenarnya sudah mampu merancang
bangun turbin dengan sertifikasi global.
Para
ilmuwan lulusan Prancis dan Eropa lainnya siap untuk bersinergi membenuk
jejaring Indonesia Integrated untuk memajukan Iptek. Lewat Indonesia
Integrated, kompetensi teknolog Indonesia bisa diintegrasikan secara langsung
atau melalui perusahaan/organisasi tempat mereka bekerja.
Para
teknolog dan profesional di Tanah Air yang lebih menguasai lapangan sebaiknya
bersinergi dengan para diaspora di luar negeri untuk melengkapi dengan
pengetahuan dan jejaring yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan di Indonesia.
Karena diaspora memiliki akses ke sejumlah ilmu yang belum ada di Indonesia. Di
lain pihak, diaspora tidak tahu persis apa yang sebenarnya dibutuhkan
Indonesia. Sinergi saling melengkapi itulah yang ingin dicapai gerakan
Indonesia Integrated.
Kerja
sama SDM Iptek Indonesia-Prancis sebaiknya diawali dengan task force untuk
mengelola sistem offset. Definisi Offset secara umum dapat diartikan sebagai
mekanisme timbal balik. Kalau kita membeli pesawat terbang senilai X dari
negara lain, maka kita meminta timbal balik senilai Y dari nilai pembelian
tersebut. Ketentuan, jenis dan nilai Y tersebut sebaiknya segera didetailkan.
Task
force harus mampu menjalankan fungsi strategisnya yakni
inventarisasi potensi yang bisa dikembangkan terkait offset. Kemudian
menyusun data base yang akurat terkait perusahaan-perusahaan dalam negri yang
mampu menerima offset. Lalu melakukan monitoring dan pengawasan terhadap
pelaksanaan offset serta mengatasi jika ada hambatan di lapangan.
Skema
offset mencakup transfer teknologi, co-production atau produksi bersama di
Indonesia untuk komponen dan struktur, serta fasilitas pemeliharaan dan
perbaikan. Yang terdiri dari direct offset dan indirect offset. Direct offset
merupakan kompensasi yang langsung berhubungan dengan kontrak pembelian.
Sedangkan indirect offset atau biasa disebut offset komersial biasanya
berbentuk buyback, bantuan pemasaran/pembelian alutsista yang sudah diproduksi
oleh negara berkembang tersebut, produksi lisensi, hingga transfer teknologi
dengan mendidik SDM.
*) BIMO
JOGA SASONGKO, Ketua Umum IABIE. Pendiri Euro Management Indonesia.
Minggu, 12 Maret 2017
Mencetak SDM Keamanan Siber
Mencetak
SDM Keamanan Siber
Oleh Bimo
Joga Sasongko
Kementerian Kominfo tengah
menjaring warga negara yang memiliki talenta keamanan siber atau cyber
security. Untuk itu diluncurkan program merekrut 10.000 SDM siber atau biasa
disebut tentara siber. Merekalah yang nantinya memiliki kemampuan untuk
mengamankan domain teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam berbagai
lini.
Demi suksesnya program di atas,
dilakukan roadshow di sepuluh kota besar di Tanah Air. Rekrutmen SDM keamanan
siber terutama difokuskan bagi generasi muda. Mereka akan dididik lalu
diterjunkan untuk menjaga keamanan informasi di Indonesia. Dari sepuluh ribu
tentara siber akan dipilih seribu orang untuk diberi sertifikat khusus. Dan
bagi seratus orang terbaik akan dilatih secara khusus dalam Digital Camp, lalu
diberikan peran untuk membantu industri strategis dan lembaga pemerintah dalam
sebuah program yang bertajuk Born to Control.
Indonesia yang mengalami
pertumbuhan pesat dalam hal penggunaan internet selama ini belum dibarengi
dengan pembentukan tentara siber. Akibatnya kondisi dunia maya sangat riskan
dan berpotensi terjadinya kejahatan dan serangan yang bisa merugikan bangsa dan
kepentingan masyarakat.
Selama ini garda terdepan
keamanan siber adalah Subdirektorat Cyber Crime Bareskrim Polri. Namun jumlah
personelnya hingga 2016 sangat terbatas, hanya sekitar 25 orang. Sebagai
pembanding jumlah SDM keamanan siber di Tiongkok mencapai 18.000 orang. Untuk
mewujudkan keamanan siber, pemeritah melalui Menteri Koordinator Politik,
Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto membentuk Badan Siber Nasional
(Basinas). Badan ini dimaksudkan untuk mengatasi serangan siber (cyber attack)
dan memberantas berbagai macam kejahatan dunia maya.
Serangan siber terjadi ketika
intensitas dan skala ancaman siber meningkat dan berubah dari ancaman yang
bersifat potensial menjadi aktual berupa kegiatan atau tindakan yang bertujuan
untuk memasuki, menguasai, memodifikasi, mencuri, merusak, menghancurkan atau
melumpuhkan sistem dan aset informasi.
Selain mengatasi serangan siber,
Basinas juga bertugas menghadapi perang siber (cyber war) yang dilakukan secara
terkoordinasi dengan tujuan mengganggu kedaulatan negara. Salah satu contoh
serangan siber adalah Worm Stuxnet terhadap sistem komputer fasilitas reactor
nuklir di Iran. Contoh lain adalah di Amerika Serikat yang pernah mengalami
serangan siber yang menyebabkan 25.000 data pemerintah dicuri dan kantor Gedung
Putih sempat mengalami kondisi darurat dan nyaris lumpuh beberapa saat.
Basinas sebagai badan yang
bertanggung jawab terhadap keamanan siber nasional membutuhkan SDM yang tangguh
terhadap keamanan siber. Oleh karena itu relevan untuk perlu mencetak SDM siber
dari berbagai kalangan dan latar belakang pendidikan. Para diaspora Indonesia
yang selama ini bergerak dalam bidang teknologi informasi dan teknologi di
perusahaan terkemuka dunia bisa direkrut untuk memperkuat Basinas.
Indonesia harus segera mencetak
SDM siber untuk memperkuat matra tempur baru. Dengan demikian dari aspek
pertahanan negara, Indonesia kini memiliki empat matra pertahanan, yakni
angkatan darat, laut, udara, dan dunia maya (siber).
Sistem keamanan siber untuk
setiap negara diawasi dan dikoordinasikan oleh Computer Emergency Response Team
(CERT) yang berpusat di Amerika Serikat. Di Indonesia yang selama ini menjadi
country cordinator untuk CERT adalah ID-SIRTII (Indonesia Security Incident
Response Team on Internet Infrastructure). Namun selama ini lembaga ini belum
mampu menjangkau keseluruhan pertahanan dan keamanan cyber space.
Masih banyak infrastruktur
nasional yang terbuka dan telanjang sehingga bisa menjadi sasaran empuk
serangan siber. Seperti pembangkit tenaga listrik, pengendali lalu lintas
udara, pasar keuangan, pengendali lalu lintas jalan raya dan lain-lain. Untuk
mengatasi semua itu dibutuhkan SDM siber yang tangguh tersebar di berbagai
lembaga dan tim CERT yang ada di Indonesia. Yang meliputi, pertama, pertahanan
siber militer yakni Center of Cyber (COC) Kementerian Pertahanan.
Kedua, keamanan publik siber
pemerintah (KP-CERT). Ketiga, instansi pemerintah dan badan usaha (I/P/
BU-CERT). Keempat, komunitas dan akademik (K/A-CERT). Kementerian Pertahanan
membutuhkan SDM yang andal untuk mengkoordinasikan Center of Cyber (CoC)
sebagai unit induk terdepan. Keberadaan CoC diikuti dengan pembentukan unit
khusus CERT di setiap angkatan, yakni ADCERT, AL-CERT, AU-CERT. Setiap angkatan
membutuhkan unit yang lebih kecil lagi seperti di kesatuan setingkat batalyon.
Semua itu membutuhkan SDM siber
yang memiliki spesialisasi tinggi lewat pendidikan atau pelatihan khusus untuk
menghadapi serangan atau perang siber. Sehingga di lapangan mampu bertanggung jawab
menjaga jaringannya dan senantiasa mengikuti dinamika modus-modus peretasan,
pemantauan dan perlindungan jaringan. SDM siber sekaligus juga meneguhkan
sistem e-Defense yang pada saat ini telah menjadi doktrin militer global.
Solusi masalah pertahanan harus ditangani dengan optimalisasi teknologi
informasi.
Solusi tersebut antara lain
perlu segera mewujudkan electronics defense system atau e-Defense. Pengembangan
teknologi e-Defense menuju integrated digitalized battlefield bagi ke-4 matra
pertahanan negara. Mencetak jumlah SDM siber juga untuk mengembangkan sistem
pertahanan negara yang menekankan faktor geostrategis, baik ke dalam maupun ke
luar. Faktor geostrategi ke dalam mengarahkan pembuatan kebijakan pertahanan
untuk menciptakan sistem pertahanan yang tangguh didasarkan atas konsep unified
approach yang mencakup seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Sedangkan faktor
geostrategic ke luar memerlukan kebijakan pertahanan untuk mengembangkan
kemampuan penangkal yang tangguh melalui pengembangan TIK dan sistem peringatan
dini.
Dengan e-Defense bisa dilakukan
evaluasi secara cepat dan akurat terhadap postur pertahanan nasional, akuisisi
persenjataan yang diperlukan, serta besarnya anggaran yang dibutuhkan. Selama
ini evaluasi di atas sulit dilakukan karena harus mengombinasikan alokasi
sumber daya nasional yang diperlukan untuk memper tahankan postur pertahanan
yang eksis dan untuk memulai program modernisasi atau arms build-up.
Program modernisasi sangat
mendesak dilakukan untuk mencegah semakin lebarnya kesenjangan kapabilitas
militer negeri ini dengan negara tetangga. E-Defense sangat menunjang strategi
pertahanan yang kini mengarah kepada transformasi sistem persenjataan ke arah
konektivitas. Dengan kata lain kekuatan militer sekarang ini banyak tergantung
pada TIK atau networking yang mampu meningkatkan kewaspadaan di segala medan.
Tak bisa dimungkiri internet
protocol (IP) memegang peranan penting dalam jaringan sistem informasi karena
bisa menghubungkan komunikasi dari darat, laut, udara, bahkan dari luar
angkasa. IP juga memiliki kemampuan untuk membuat bermacam-macam sistem komunikasi.
Komunikasi antarmatra pertahanan bisa dijembatani.
Selain itu, IP juga bisa
diintegrasikan dengan sistem GPS untuk memberikan informasi posisi yang akurat
dan realtime mengenai keadaan di lapangan. Eksistensi COC Kementerian
Pertahanan sangat penting untuk pengembangan e-Defense. Antara lain untuk
memonitor aktivitas operasional di markas dan alutsista hingga menyangkut unit
personel terkecil yang sedang bertugas di lapangan.
Seperti dalam hal penjagaan
terhadap garis perbatasan dan pulau-pulau terluar yang membutuhkan personel
infanteri yang tangguh dan modern. Beberapa konsep pasukan infanteri masa depan
tidak terlepas dari dunia TIK. Personel pasukan infanteri masa depan harus
dilengkapi alat navigasi dan komunikasi digital, perangkat komunikasi taktis
untuk suara dan data serta persenjataan baru yang termonitor secara baik.
Pasukan infanteri masa depan merupakan integrated fighting system individual.
Perangkat yang melekat pada
personel infanteri di garis depan itu berupa persenjataan, helmet, komputer,
digital and voice communications, system penanda posisi dan navigasi, pakaian
pelindung serta perlengkapan personel.
Kelengkapan lain berupa GPS dan
pedometer dead recording system yang dapat mengikuti gerak prajurit di
lapangan. Dengan perangkat yang demikian maka wilayah perbatasan dan pulau
terluar bisa diamankan dengan baik.
Bimo Joga Sasongko, Lulusan North Carolina State
University. Pendiri Euro Management Indonesia, Ketua Umum IABIE
http://www.beritasatu.com/investor/419024-mencetak-sdm-keamanan-siber.html
Kamis, 02 Maret 2017
Makna Kunjungan Raja Salman
Makna Kunjungan
Raja Salman
Oleh Bimo Joga Sasongko
Kunjungan
Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dari Arab Saudi membuka pintu kerja sama
berbagai sektor, tidak hanya investasi sektor migas, misalnya pengembangan
sumber daya manusia (SDM). Apalagi Visi 2030 Arab Saudi juga mengandung
transformasi SDM nasional yang mengurangi kebergantungan sektor migas.
Wakil
Putra Mahkota, Muhammad bin Salman, yang juga sebagai Ketua Dewan Urusan
Ekonomi dan Pembangunan telah mengumumkan Visi Saudi 2030 yang menetapkan goal
15 tahun ke depan beserta agenda kebijakan Rencana Transformasi Nasional.
Utamanya terkait diversifikasi pendapatan negara dan transformasi postur SDM
nasional agar berdaya saing global.
Sekadar
catatan, Arab memiliki 7,2 juta pekerja asing yang berbagi tempat dengan warga
Arab sekitar 27 juta jiwa. Kerajaan melihat perlu reformasi postur SDM nasional
dan komposisi ideal antara pekerja asing dan lokal. Kerajaan menyadari selama
ini boleh dibilang mentalitas warganya tak mau bersusah payah serta berpikir
keras untuk bangsanya.
Segala
sesuatunya diserahkan kepada tenaga kerja asing dengan imbalan gaji besar.
Bahkan, fasilitas vital dan persenjataan canggih yang dibeli dari luar negeri
untuk masalah operasional dan perawataannya juga bergantung pada tenaga asing.
Pemerintah
Indonesia perlu mengemukakan kembali bantuan dana sektor pendidikan yang selama
ini dikucurkan Arab kepada lembaga pendidikan Tanah Air, terutama pondok
pesantren.
Apresiasi
dan penghargaan Arab terhadap Polri dalam mengatasi ancaman terorisme sebaiknya
juga diwujudkan dalam bentuk bantuan pendidikan bagi personel kepolisian untuk
belajar lagi di luar negeri. Perlu menyiapkan SDM Polri yang memiliki kompetensi
tinggi bidang Threat Identification and Risk Assesment (TIRA) dalam menghadapi
aksi teroris yang semakin ganas.
Mereka
kelak bisa mengidentifikasikan ancaman dan menyusun perencanaan sistem keamanan
infrastruktur dengan baik. Tak pelak, semakin dibutuhkan SDM Polri yang mumpuni
di bidang engineering security beserta peralatan seperti pendeteksi bahan
peledak atau senjata. Juga semakin penting teknologi surveillance dengan CCTV
menggunakan computer based yang mampu mengolah gambar dan video.
Sistem
rekrutmen dan pendidikan SDM Polri perlu segera dirombak karena pelaku dan
modus kejahatan semakin canggih. Ini memerlukan teknologi dan lintas disiplin
ilmu. Apalagi perwira Polri yang persentasenya sekitar 10 persen, juga belum
memiliki pola pengembangan profesi sesuai dengan tantangan zaman.
Untuk
mengatasi disparitas karier dan kompetensi perlu sistem pengembangan SDM Polri
pada level perwira. Untuk itu, perlu penguasaan bahasa asing dan memilih
perguruan tinggi LN untuk pendidikan para perwira Polri.
Para
ulama yang mendapat kesempatan bertemu langsung dengan Salman, sebaiknya
mengajukan program untuk meningkatkan kompetensi santri yang berpotensi
memajukan bangsa.
Perlu
cara yang efektif untuk mencetak santri wirausaha menjadi pelaku UMKM yang kreatif
dan ulet. Produktivitas sangat relevan untuk dijalankan. Kini, Arab menjadi
kekuatan baru dunia yang diperhitungkan. Dia memainkan peran sentral di kawasan
Timur Tengah dan forum G-20. Dunia melihat keperkasaan Arab saat melancarkan
Operasi Decisive Strom ke Yaman dan membentuk Koalisi Militer Islam untuk
melawan terorisme.
Kerja
Sama
Arab
belanja militer sekitar 10,4 persen dari PDB, sedangkan per kapitanya sekitar
17 ribu dollar AS. Belanja tersebut termasuk peringkat atas dunia. Sekadar
perbandingan belanja negara lain dihadapkan PDB-nya, AS 4,8 persen, Russia 4,3
persen, Korea Selatan 2,9 persen, Malaysia 2 persen, dan Indonesia 0,89 persen.
Senjata terbaru Arab yang dipamerkan antara lain pesawat tempur generasi
terbaru F-15SA Elang buatan Amerika Serikat.
Besarnya
belanja militer Arab dan jumlah alutsista tentu membutuhkan tenaga ahli untuk
mengoperasikan dan merawat berkala. Teknisi Indonesia yang selama ini
berkecimpung dalam industri pertahanan, seperti PTDI, PAL, Pindad bisa mengisi
kebutuhan SDM di Arab.
SDM
Iptek Indonesia bisa dikirim ke Arab untuk menambah kompetensi dan pengalaman.
Apalagi Arab dan Indonesia telah resmi meneken perjanjian kerja sama di bidang
pertahanan. Memorandum kerja sama resmi ditandatangani pada 2014 di kantor
Kementerian Pertahanan, Jakarta.
Penandatanganan
dilakukan Wakil Menteri Pertahanan Arab dengan Kementerian Pertahanan
Indonesia. Ini merupakan pertama kalinya ada kerja sama pertahanan antara
Indonesia dan Arab sejak hubungan diplomatik dibuka pada 1950-an. Kesepakatan
dua lembaga itu, meliputi kerja sama penelitian dan transfer teknologi alat
utama sistem persenjataan (alutsista), pelatihan pasukan khusus terkait
penanganan teror, dan kerja sama dalam penanganan bencana.
Arab,
yang memiliki teknologi dan senjata canggih, mengajak Indonesia dalam
penelitian dan pengembangan alutsista. Kerajaan juga telah menyempatkan diri
melihat sejumlah alutsista TNI yang diproduksi atau dirakit di Indonesia,
seperti panser Anoa buatan Pindad di Markas Kopassus. Selain itu juga, pesawat
jenis CN-295 rakitan PT DI kerja sama Airbus Military.
Penulis
Lulusan North Carolina State University
*) BIMO JOGA
SASONGKO, Ketua Umum IABIE. Pendiri Euro Management Indonesia.
http://www.koran-jakarta.com/makna-kunjungan-raja-salman/
Rabu, 01 Maret 2017
Video Kegiatan Kerjasama Euro Management Indonesia dengan Hartnackshule, Berlin Jerman
Rabu, 01 Maret 2017
Video Kegiatan Kerjasama Euro Management Indonesia dengan Hartnackshule, Berlin Jerman
Video Kegiatan Kerjasama Euro Management Indonesia dengan Hartnackshule, Berlin Jerman
Euro Management Indonesia sebagai Konsultan Pendidikan Internasional
Terbesar di Indonesia bekerjasama dengan berbagai Institusi Bahasa
Ternama di Luar Negeri. Salah satunya dengan Sekolah Bahasa Jerman
Hartnackschule di Berlin, Sekolah Bahasa Jerman yg telah berdiri sejak
1915.
Sebagai salah satu
penghargaan terhadap kerjasama yang baik Euro Management Indonesia
dengan Sekolah Bahasa Jerman Hartnackschule, yang telah terjalin lebih
dari 10 tahun lebih, sejak tahun 2006.
Pemilik sekaligus Kepala
Sekolah Hartnackschule Herr Henning Lauterbach membuat video dokumentasi
Kegiatan Kerjasama sebagai bentuk Penghargaan Kerjasama dengan Euro
Management Indonesia sebagai salah satu partner terbesar di Indonesia.

-0:47
Senin, 27 Februari 2017
Kunjungan Raja Salman dan Investasi
Kunjungan Raja
Salman dan Investasi
Oleh : Bimo
Joga Sasongko *)
Kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al
Saud dari Arab Saudi membuka lebar pintu investasi. Butuh kejelian dan strategi
investasi agar bisa menangkap peluang tersebut.
Kunjungan Raja Salman berlangsung pada
1-9 Maret 2017. Raja akan menetap di Jakarta selama tiga hari kemudian
mengunjungi Pulau Bali. Presiden Joko Widodo juga akan menganugerahkan bintang
kehormatan tertinggi Republik Indonesia kepada Raja Salman.
Perlu intelijen investasi agar proposal
yang disodorkan cocok dengan arah baru pembangunan yang tertuang dalam Visi
2030 Arab Saudi.
Peran intelijen investasi sesuai dengan
tekad Presiden Jokowi agar BUMN dan swasta bisa menerobos pasar nontradisional
atau pasar yang baru di berbagai belahan dunia. Termasuk peluang yang telah
disodorkan oleh rombongan Raja Salman.
Tidak mudah merebut peluang, apalagi
investor Saudi selama ini kebanyakan bukan jenis investor yang agresif.
Indonesia perlu memperbanyak SDM intelijen investasi.
Tindakan investasi pada prinsipnya
membutuhkan analisis menyeluruh untuk menjamin keamanan dana pokok dan mampu
memberikan keuntungan yang memadai. Tindakan yang tidak memenuhi persyaratan
diatas berarti tindakan spekulasi.
SDM intelijen investasi haruslah sosok
yang mumpuni dan mengerti secara detail peluang investasi disuatu negara.
Biasanya yang cocok dengan spesifikasi diatas adalah para diaspora Indonesia
yang menjadi pelaku investasi atau telah bekerja pada perusahaaan
internasional.
Mereka juga bisa dari kalangan teknolog,
peneliti atau kalangan mahasiswa Indonesia di luar negeri. Kini Arab Saudi
tidak lagi mengedepankan sektor minyak dan gas semata, tetapi menekankan
pentingnya diversifikasi perekonomian.
Arab Saudi ingin menjadi hub logistik
tiga benua, yakni Asia, Afrika dan Eropa. Untuk itu sedang gencar membangun
infrastruktur pelabuhan laut dan udara yang paling maju di kawasan.
Salah satu diversifikasi ekonomi yang
dilakuan pemerintah Saudi adalah pengembangan sektor pariwisata. Pada April
2016 lalu Pangeran Sultan Bin Salman, Ketua Komisi Pariwisata dan Warisan
Nasional (SCTH) Arab Saudi telah meluncurkan
Program Pasca Umroh.
Sebuah inisiatif yang memungkinkan
jamaah umrah untuk mengkonversi visa mereka ke visa turis. Sektor pariwisata
sangat cocok menjadi kerjasama investasi unggulan antara Indonesia dengan Arab
Saudi.
Apalagi dalam lawatan kali ini Raja
Salman melakukan liburan wisata yang cukup lama di Pulau Bali dan destinasi
wisata disekitarnya. Saatnya proposal investasi yang diajukan oleh Indonesia Incorporated tidak didominasi sektor
migas saja.
Sebenarnya Presiden Joko Widodo telah
membentuk menteri penghubung untuk melancarkan kerja sama dan investasi dari
luar negeri. Sepuluh orang menteri Kabinet Kerja dan dua kepala badan (BKPM dan
Bekraf) diberi tugas mengatasi hambatan investasi.
Namun langkah tersebut belum efektif
karena kurangnya jumlah SDM intelijen investasi. Ada gagasan agar pegawai
Kementerian Luar Negeri ditransformasikan menjadi intelijen investasi, namun
belum memenuhi spesifikasi yang diharapkan.
Idealnya intelijen investasi
masing-masing bertanggung jawab terhadap kawasan tertentu. Pembagian kawasan
yang sangat beragam tersebut tentunya membutuhkan banyak tim intelijen
investasi yang setiap saat bekerja secara detail.
Peran menteri penghubung investasi
kurang optimal dan sulit bertindak detail tanpa didukung oleh tim expert yang
tangguh dan kredibel. Untuk menarik investor dari luar negeri tidak cukup hanya
dengan mengatasi hambatan birokrasi dan perijinan.
Perlu pendekatan nilai dan laporan hasil
riset yang ditujukan kepada investor potensial. Untuk merebut peluang investasi
ditentukan oleh kemampuan tim untuk memahami konsep value investment diberbagai
negara.
Pakar investasi gobal Benjamin Graham yang
juga dijuluki sebagai bapak value
investing menyatakan bahwa investasi membutuhkan analisis yang komprehensif
terkait dengan rasio investasi, metodologi valuasi serta mencari nilai untuk
menjustifikasi spekulasi.
SDM intelijen investasi harus mampu
mengeksplorasi beragam jenis metode valuasi investasi untuk menangkap peluang
bisnis dan investasi. Mereka harus memahami dan akrab dengan para fund manager top dunia.
Williaam Browne salah satu super
investor global dari Tweedy Browne Company menyatakan bahwa investasi itu
adalah ilmu sosial untuk menemukan bisnis yang memiliki probabilitas tinggi
untuk bertahan di pasar.
Untuk itu Browne menyatakan dibutuhkan
banyak intelijen investasi sebagai analis yang bertugas mencari ide-ide
investasi. Setiap anggota memiliki dimensi dan latar belakang yang berbeda
serta fokus kajian pada negara yang berbeda.
Apalagi perkembangan teknologi informasi
mendorong terbentuknya perdagangan frekuensi tinggi dan ETF ( exchange traded funds) yang menyebabkan
lebih banyak likuiditas ke pasar dan meningkatkan spread saham. Tentunya hal ini harus dikuasai.
SDM intelijen investasi sebaiknya juga
direkrut dari warga negara yang memiliki kompetensi hi-tech dan karya inovasi yang bisa dijadikan start-up nations dan secara periode waktu sepak terjangnya sudah
mengalamaai fase maturitas.
Mereka itu antara lain adalah para
penerima beasiswa Menristek BJ Habibie yang pada era tahun 80-an dikirim negara
untuk kuliah di luar negeri. Selain itu juga ada sejumlah teknolog dan para
mantan pengelola BUMN industri strategis yang sarat hi-tech yang kini banyak
bekerja di luar negeri.
Ada baiknya SDM intelijen investasi
mencontoh kehebatan SPARX Group yang
merupakan perusahaan holding manajemen aset di Jepang. SPARX adalah singkatan
dari Strategic Portfolio Analysis Research eXperts (Ahli Riset Analisis
Portofolio Strategis) yang dirintis oleh Shuhei Abe.
Perusahaan ini memiliki metode yang
sangat bagus untuk melahirkan ide-ide investasi yang spektakukler dan sangat
menguntungkan. SPARX menghasilkan banyak riset tentang investasi yang sangat
kredibel dan berpengaruh dalam tataran global.
Salah satu laporan riset yang terkenal
berjudul “ Takeover Opportunities in Japan”. Laporan riset tersebut berhasil
menggaet banyak investor ke Jepang.
Selama ini
Shuhei Abe berhasil mengembangkan investasi yang luar biasa di sektor logistik,
perkeretaapian dan properti di Jepang. Kunci sukses SPARX adalah mengirimkan
banyak laporan riset hasil kerja intelijen investasi. Laporan tersebut
memancarkan ide-ide investasi yang hebat
pada waktu yang tepat.
*) BIMO JOGA SASONGKO, Lulusan North Carolina
State University. Ketua Umum IABIE. Wakil Sekjen ICMI.
Langganan:
Postingan (Atom)