Selasa, 08 September 2015

Kabar7 - Bimo Sasongko Gaungkan Program Pengiriman Anak Bangsa Tamatan SMA ke Negara Maju Dunia

Breaking news from kabar7.com :

"Bimo Sasongko Gaungkan Program Pengiriman Anak Bangsa Tamatan SMA ke Negara Maju Dunia"

Baca artikel lengkapnya dibawah ini:

http://kabar7.com/m/detail.php?id=6176&kat=53


Bimo Sasongko Gaungkan Program Pengiriman Anak Bangsa Tamatan SMA ke Negara Maju Dunia 
 
Kabar7, Jakarta - Bimo Sasongko ingin terus berjuang dan berjuang mengirimkan ribuan bahkan jutaan anak Indonesia untuk kuliah di negara maju, karena dengan ini banyak anak Indonesia yang pintar berwawasan global dan lulusan luar negeri di negara–negara maju yang menggetarkan dan menggemparkan dunia.

 “Saya lulus dari SMA 3 Bandung tahun 1990. Lalu ikut UMPTN dan masuk ITB Bandung jurusan Teknik Informatika. Nah, baru sebulan di ITB saya ikut Program Beasiswa Prof. DR. B.J. Habibie yang waktu itu menjabat menteri riset dan teknologi (ristek). Program itu dilaksanakan rutin tiap tahun mulai dari tahun 1982 yang mengirim mahasiswa ke-9 negara maju dunia seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jepang, Jerman, Perancis, Belanda, Austria dan Australia, untuk bidang studi teknologi," kata Bimo kepada kabar7.com di Jakarta, Selasa (8/9/2015).
 
Bimo menjelaskan, lebih dari 150.000 peserta per tahun yang ikut seleksi, dan yang diterima sekitar 100 orang. Saya termasuk salah satu yang diterima untuk kuliah di Amerika Serikat dan mengambil jurusan yang sama seperti Prof. DR. B.J. Habibie dulu, yaitu teknik penerbangan atau aerospace engineering, di North Carolina State University, Ralegh, North Carolina, USA.
 
“Saya kuliah S1 dari tahun 1991 – 1995. Lalu setelah lulus S1, saya ambil S2 juga di Amerika Serikat mengambil program master di jurusan industrial engineering atau teknik industri di Arizona State University. Tahun 1996 saya pulang ke Indonesia dan berkarir sebentar di BPPT," kata dia.
 
Di tahun 2001 saya melanjutkan studi ke Jerman dengan mengambil program MBA dan lulus 2003, kemudian bekerja kembali di BPPT sambil mendirikan Euro Management Indonesia dan saat ini saya menjabat sebagai Sekjen IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie) yaitu suatu Ikatan Alumni yang terdiri dari para lulusan SMA terbaik di seluruh Indonesia yang berjumlah ± 1500 orang dari tahun 1982 – 1996.
 
Bimo juga menceritakan, saat itu hanya segelintir orang Indonesia yang kuliah di luar negeri. Padahal Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk yang banyak, dan sekolah ke luar negeri itu sesungguhnya tidak sesusah, serumit dan semahal yang dibayangkan. Bahkan ketika Program Beasiswa Prof. DR. B.J. Habibie berhenti di tahun 1997 karena Pak Habibie berhenti dari jabatan sebagai Presiden, hampir tidak ada lagi tamatan SMA yang sekolah ke luar negeri.
 
Lebih dalam ia mengatakan, sungguh miris, di tengah banyak negara lain seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja, China yang justru gencar mengirimkan puluhan ribu tamatan SMA untuk kuliah ke negara maju seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang, Jerman, Perancis & Belanda. Saya ingin sebanyak mungkin tamatan SMA bisa kuliah S1 ke negara – negara maju tersebut.
 
Dia pun sedikit menceritakan bahwa “statistik menunjukkan bahwa di Amerika, jumlah mahasiswa asal Cina sekitar 157.000 orang, India 103.000, Jepang 21.000 orang, dan Indonesia sekitar 5000 – 6000 orang. Di Jerman, mahasiswa asal Indonesia sekitar 2000 orang, namun mahasiswa Cina di Jerman sampai 25.000 orang. Penduduk China itu 5 kali lipat penduduk Indonesia, jadi kalau mahasiswa Indonesia di Jerman hanya 2.000 orang artinya mahasiswa Cina di Jerman itu 10.000. Tapi nyatanya mahasiswa Cina di Jerman sampai 23.000.
 
Ia menambahkan, begitu juga di Australia, mahasiswa Indonesia 11.000 orang, sedangkan asal Vietnam 10.000 orang. Padahal penduduk Vietnam hanya sekitar 90 juta orang. Artinya kalau penduduk Indonesia 250 juta orang atau sekitar 3 kali Vietnam, idealnya mahasiswa Indonesia di Australia 30.000 orang, nyatanya hanya 11.000 orang Artinya Indonesia masih tertinggal dalam mengirimkan mahasiswa Indonesia ke negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Australia & Jerman.
 
"Keuntungan saya ke luar negeri, banyak manfaat yang akan didapatkan jika kuliah ke luar negeri, tidak hanya ilmu pengetahuan tapi juga mental, percaya diri, kemandirian, dan keberanian dan itu yang diperoleh dan dibutuhkan bangsa Indonesia untuk maju bersaing di tingkat global dengan negara-negara di dunia lainnya, seperti Cina, Malaysia, Kamboja," jelas Bimo.
 
Indonesia sebagai negara sedang berkembang, seharusnya bisa lebih banyak lagi mengirimkan mahasiswanya ke negara-negara maju. Indonesia masih membutuhkan dan harus menyerap ilmu dari negara-negara maju untuk digunakan bagi kemajuan Indonesia. Tetapi saat ini ketika Malaysia, Vietnam, Kamboja mengirimkan ribuan anak – anak SMA untuk kuliah di negara maju, justru mahasiswa dari Indonesia semakin berkurang.
 
"Saya di Amerika Serikat zaman kuliah ada 15.000 orang Indonesia, sekarang justru turun hanya tinggal 6.000 bahkan berhenti. Di tahun 1980 sampai 1990, mahasiswa Indonesia di Jerman sekitar 7.000 orang dan sekarang ini tinggal 2.500 orang, apalagi di Perancis hanya 400 orang," lanjut dia.
 
Itu sangat menyedihkan, padahal saat ini zaman globalisasi dan informasi dimana-mana dan tingkat kehidupan masyarakat Indonesia jauh sudah meningkat berkali-kali lipat juga daya belinya jauh dibandingkan pada 20 tahun yang lalu. Bimo juga menyarankan mengapa kuliah di luar negeri itu lulusan SMA bukan S1.
 
Selama ini mindset orang Indonesia adalah ingin sekolah keluar negeri untuk program S2 nya saja, ini lah yang membuat Indonesia kalah tertinggal dengan negara lain. Kenapa bisa tertinggal, karena zaman dulu informasi tidak ada, keuangan keluarganya masih rendah, kuliah S1 di Indonesia masih murah sehinga banyak orang menganggap bahwa S2 saja keluar negerinya.
 
Namun zaman sekarang infomasi sudah ada, globalisasi dimana-mana, teknologi sudah canggih, jarak tempuh pendek, mentalnya masih muda, mudah beradaptasi, kemampuan bahasanya lebih cepat untuk mempelajari bahasa asing, dan untuk S1 diluar negeri kuliah lebih lama mencapai 4 – 5 tahun dibandingkan dengan kuliah S2 hanya 1 – 2 tahun, sehingga proses adaptasi dan pengenalan budaya di negara tersebut lebih mudah sehingga saya merekomendasikan untuk tamatan SMA kesana sama halnya dengan apa yang dialami Pak Habibie.
 
"Saya yakin untuk di sekolah tidak hanya dibutuhkan ilmunya saja, namun juga membutuhkan cara berfikir, mental, dan kepercayaan diri, itulah tamatan SMA yang dibutuhkan,” kata Bimo.
 
Tidak hanya itu Bimo juga menceritakan tentang peran pemerintah kepada kabar7. Pemerintah Indonesia masa kalah dengan pemerintah Malaysia, Vietnam, atau Kamboja apalagi Cina. Di Kamboja penduduknya hanya 13 juta orang, se per 20-nya bangsa Indonesia, tetapi mahasiswanya yang kuliah negeri mencapai 18.000. Kondisi ini miris, kalau mengacu pada jumlah penduduk Kamboja dibanding Indonesia maka seharusnya Indonesia mengirim tamatan SMA untuk kuliah ke luar negeri sekitar 360.000 an, faktanya hanya 60.000 an.
 
“Untuk itu pemerintah perlu membuat program beasiswa yang dibiayai dengan seleksi yang bagus dan seleksi yang ketat. Tamatan SMA yang cerdas, pintar, bermental baik, memiliki nasionalisme bisa dikirim sekolah ke luar negeri baik pemerintah pusat atau daerah seperti Gubernur, Walikota, kementerian - kementerian, BUMN, Bank – Bank Nasional, Institusi – Institusi sosial, Partai politik atau dukungan pinjaman dari perbankan. Saya yakin 20 tahun lagi bangsa Indonesia akan maju. Seperti pada era kejayaan Islam, banyak siswa dari negara Eropa dikirim ke negara-negara Islam seperti Syria, Irak, dan Turki. Akhirnya setelah mereka menguasai ilmu, Eropa menjadi maju, begitu juga Amerika, Jepang, China. Tak heran jika percepatan teknologi China itu berkembang pesat,” ucapnya.
 
Bimo menegaskan, perlu dukungan besar dari pemerintah, agar program pak Habibie yang berhenti tahun 1997 bisa berjalan lagi. Apalagi menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) persaingan semakin ketat, seluruh masyarakat ASEAN bisa masuk ke Indonesia untuk bekerja dengan ijazah dari berbagai negara di dunia. Bangsa ini harus unggul dan berwawasan global internasional.
 
“Alhamdulillah, lebih dari 13 tahun Euro Management Indonesia berdiri. Hingga kini saya sudah mengirimkan sebanyak hampir dari 2000 tamatan SMA terbaik bangsa ini di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Baik laki-laki maupun perempuan berbagai jenis SMA dari berbagai suku di daerah. Bayangkan zaman pak Habibie dulu, hanya mengirimkan 1500 orang mahasiswa tamatan SMA, dan kini saya sudah mengirim 2000 orang. Saya cukup puas dan bangga dan akan terus berjuang mengirimkan lebih banyak lagi orang Indonesia untuk bersaing dengan Malaysia, Vietnam, Kamboja bahkan Cina,” kata Bimo.
 
Bimo menjelaskan, komitmen untuk men-drive pemerintah dan seluruh stakeholdernya lain agar terus mengirimkan siswa-siswa tamatan SMA terbaik bangsa ini agar bisa kuliah ke luar negeri. Di era pak Habibie dulu dengan uang masih terbatas bahkan pinjaman, masih bisa mengirim siswa Indonesia ke luar negeri sebanyak 1500 – 2000 orang. Itu karena pak Habibie punya visi untuk mengirimkan siswa-siswanya tamatan SMA ke luar negeri. Saat ini, Indonesia semakin maju, infomasi ada dan semakin mudah didapat, teknologi maju, uang ada dan uang kuliah juga tidak mahal. Kenapa tidak mengirimkan ribuan bahkan jutaan orang kuliah ke luar negeri. (silvya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar