URGENSI BANTUAN DAN KREDIT MAHASISWA
Bimo Joga Sasongko
Ketum IABIE
Pandemi Covid-19 menurunkan daya beli masyarakat termasuk kemampuan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Tahun ajaran baru atau tahun akademik kali ini sangat berat bagi seluruh pemangku kepentingan pendidikan.
Angka putus sekolah dan kuliah bisa jadi akan melonjak jika tidak ada bantuan dan kredit pendidikan yang dikucurkan kepada mahasiswa yang orang tuanya mengalami pengrumahan dan PHK.
Rencana Dirjen Dikti Kemendikbud Prof. Dr. Nizam untuk meluncurkan bantuan dana Rp 1 triliun bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) perlu segera diwujudkan.
Direncanakan sebanyak 441 ribu mahasiswa akan menerima bantuan tersebut. Idealnya rasio pembagian bantuan sepertiga diberikan untuk mahasiswa PTN dan dua-pertiga diberikan untuk mahasiswa PTS.
Jumlah PTS di Indonesia 3.800 buah. Di Jawa Barat saja ada 278 PTS yang tersebar di 27 kabupaten/kota, sedangkan PTN di seluruh Indonesia tidak melebihi 300 PTN.
Demikian pula dengan jumlah mahasiswa di Indonesia kini sekitar 8 juta mahasiswa, maka sepertiganya berada di PTN dan duapertiganya ada di PTS.
Bantuan dan kredit mahasiswa selain untuk membayar biaya kuliah juga untuk menunjang sistem pembelajaran jarak jauh.
Hasil evaluasi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terhadap pelaksanaan pembelajaran daring yang telah dilakukan sejak Maret 2020 lalu menunjukkan sebanyak 8 juta mahasiswa dan 300 ribu dosen telah bertransformasi ke dalam sistem pembelajaran daring.
Dari hasil survei yang disebarkan kepada mahasiswa dan dosen, didapatkan 70 persen menyatakan pembelajaran daring dinilai baik, sedangkan 30 persen lainnya masih mengakui adanya kelemahan.
Beberapa waktu yang lalu Presiden Joko Widodo telah meminta pihak perbankan untuk mengeluarkan produk finansial baru berbentuk student loan atau kredit pendidikan.
Fasilitas pembiayaan tersebut sangat efektif untuk membantu mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu. Selain itu dengan adanya student loan bisa juga dimanfaatkan untuk pembiayaan mahasiswa yang berhasil meraih kesempatan kuliah gratis di perguruan tinggi terkemuka di luar negeri tetapi memiliki hambatan biaya akomodasi.
Perlu skema kredit mahasiswa yang tidak memberatkan dan tidak berisiko terjadinya kredit macet dikemudian hari. Kredit mahasiswa bisa mendongkrak angka partisipasi kasar (APK) mahasiswa di negeri ini yang masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain.
Jumlah Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia sudah banyak namun tidak berbanding lurus dengan minat APK masyarakat. APK domestik merupakan jumlah penduduk rentang usia 19-23 tahun yang belajar di PT dibagi dengan rentang usia tersebut yang seharusnya belajar di PT.
Kini APK Indonesia ke PT sebesar 29 persen. Sebagai perbandingan APK di Korea Selatan mencapai 80 persen, Malaysia 40 persen, Thailand 54 persen, Singapura 78 persen. Saat ini terdapat 4.550 Perguran Tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta. Belum lagi kehadiran universitas asing, semakin menambah jumlah PT di negeri ini.
Jumlah PT banyak tetapi APK-nya kecil. Hal itu disebabkan 70 persen PT daya tampungnya sedikit. Sebagai perbandingan PT di negara-negara Uni Eropa hanya ada sekitar 2 ribu perguran tinggi.
Bahkan, jika dibandingkan dengan Tiongkok, jumlah PT di tanah air masih lebih banyak. Jumlah PT di negeri tirai bambu itu hanya sekitar 2.824, padahal penduduknya beberapa kali lipat lebih banyak dibanding Indonesia.
Dalam kondisi pandemi pemerintah mesti bekerja keras mendongkrak APK, tetapi tanpa melupakan kualitas pada semua tingkatan pendidikan mulai S-1 hingga S-3. Kehadiran universitas asing merupakan keniscayaan untuk mendongkrak APK.
Strategi untuk mendongkrak APK juga bisa melalui usaha untuk meningkatkan jumlah pengiriman WNI kuliah ke luar negeri. Karena kualitas dan tradisi ilmiah serta keunggulan riset di universitas terkemuka dunia yang sudah tumbuh ratusan tahun tidak mungkin dicangkok atau dipindah secara instan ke Indonesia.
Karena hal itu sudah berakar kuat dengan budaya bangsanya. Juga sudah bersenyawa dengan karakter dan etos kerja bangsa maju itu. Dengan demikian kualitas PT asing yang beroperasi di tanah air tidak bisa sama dengan kualitas di negara asalnya.
Pemerintah harus ikut menentukan besaran biaya kuliah PT asing. Banyak alasan yang mengharuskan universitas asing bisa berbiaya lebih murah, karena beberapa perguruan tinggi terbaik dunia telah menerapkan sistem yang lebih murah dan praktis. Bahkan menawarkan seluruh mata kuliahnya secara gratis lewat internet.
Jangan sampai biaya kuliah PT asing lebih mahal dibandingkan dengan jika pemuda Indonesia kuliah langsung ke luar negeri. Apalagi fakta menunjukkan jika mereka langsung belajar di LN bisa lebih banyak mendapatkan nilai tambah dan lebih adaptif dengan kemajuan zaman.
Kini kita bisa melihat bahwa proses perkuliahan dan materi pelajaran dapat diunduh secara mudah. Bahkan, Massachusetts Institute of Technology (MIT) telah menyediakan ribuan materi mata kuliah secara gratis. Mata kuliah itu bisa diunduh secara rinci dan lengkap lewat internet.
*) Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE). Lulusan North Carolina State University.
- Pendiri, Presiden Direktur dan CEO Euro Management Indonesia, - SekJen Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE), - Ketua Bidang Pengembangan Profesionalitas Tenaga Kerja Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI), - Pengagas Gerakan Indonesia 2030: Sejuta Indonesia di Jantung Dunia, - Penerima Beasiswa STAID 1 USA, - Alumni Fachhochschule Pforzheim, Jerman, - Alumni Arizona State University, Arizona, USA, - Alumni North Carolina State University, North Carolina, USA.
Minggu, 12 Juli 2020
Jumat, 17 Mei 2019
Segitiga Rebana dan Sistem Logistik
Pikiran Rakyat - Segitiga Rebana dan Sistem Logistik
Jum'at, 17 Mei 2019 - Hal 18
Jum'at, 17 Mei 2019 - Hal 18
Pemerintah Provinsi Jawa Barat berusaha menyinergikan tiga
kawasan yaitu Patimban, Kertajati, dan Cirebon, menjadi kawasan khusus yang
diberi nama Segitiga Rebana(Cirebon, Patimban, Kertajati).
Gubernur Jawa Barat menyatakan, Bandara Internasional Jawa
Barat (BIJB) Kertajati merupakan batas paling selatan segitiga tersebut. Batas
utaranya Pelabuhan Patimban dan batas timurnya Pelabuhan Cirebon. Direncanakan,
Segitiga Rebana terwujud pada 2021.
Kawasan Sgitiga Rebana yang diproyeksikan menjadi Special Economic Zone atau Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) membutuhkan sistem logistik yang baik. Untuk mewujudkan
sistem logistik yang tangguh dan berkelas dunia, dibutuhkan SDM yang ahli dan
terampil di bidang logistik.
Penekanan sistem logistik pada pembangunan Segitiga Rebana
ini penting mengingat indeks logistik nasional hingga kini belum
menggembirakan. Menurut Bank Dunia, peringkat Logistic Performance Index (LPI) 2018 untuk Indonesia berada di
Peringkat ke-46.
Sebagai catatan, LPI merupakan indeks kinerja logistik
negara-negara di dunia yang dirilis oleh Bank Dunia per dua tahun sekali.
Terdapat 160 negara yang masuk penilaian tersebut. Adapun LPI didasarkan pada
enam aspek yaitu, efisiensi customs &
border management clearance (bea cukai), kualitas infrastruktur perdagangan
dan transportasi, kemudahan pengaturan pengiriman internasional, kompetensi dan
kualitas jasa logistik, kemampuan melakukan tracking
& tracing, dan frekuensi pengiriman tepat waktu.
Pada prinsipnya eksistensi Segitiga Rebana untuk melancarkan
proses produksi dan mempermudah ekspor dan impor. Semua itu dalam konteks
perdagangan internasional.
Usaha memacu perdagangan sangat tergantung kepada sistem
logistik. Perlu ditetapkan produk atau komoditas penggerak utama dalam suatu
tatanan jaringan logistik dan rantai pasok, tata kelola, dan tata niaga yang
efektif dan efisien.
Saatnya Jawa Barat mengintegrasikan simpul-simpul instruktur
logistik, baik simpul logistik (logistics
node) pun keterkaitan antarsimpul logistik (logistics link) yang berfungsi untuk mengalirkan barang dari titik
asal ke titik tujuan.
Simpul logistik meliputi pelaku logistik dam konsumen,
sedangkan keterkaitan antarsimpul meliputi jaringan distribusi, jaringan
transportasi, jaringan informasi, dan jaringan keuangan, yang menghubungkan
masyarakat perdesaan, perkotaan, pusat pertumbuhan ekonomi, baik antarpulau
maupun lintas negara.
Masih rendahnya kinerja sektor logistik nasional dan daerah
dipengaruhi oleh keterbatasan infrastruktur pelabuhan, pergudangan, jalan, dan
lain-lain yang berdampak pada tingginya biaya operasional pengiriman barang.
Selain itu, hal tersebut dipengaruhi oleh kurang optimalnya
implementasi regulasi yang mengatur logistik.
Jika regulasi sistem logistik dijalankan secara konsisten,
pengiriman barang dapat lebih murah dan tepat waktu. Oleh karena itu, langkah
cepat pemerintah dalam membenahi pelabuhan yang telah eksis dan pembangunan pelabuhan
baru teramat penting.
Pembenahan pelabuhan jangan tersendat-sendat terutama dalam
penerapan Inaportnet, yakni sistem layanan terpadu atau tunggal yang
mengintegrasikan layanan kebutuhan administrasi perkapalan di instansi terkait
di pelabuhan.
Inaportnet memungkinkan segala prosedur ekspor-impor lebih
cepat. Penerapan Inaportnet di Indonesia diawali dengan penerapan Indonesia National Single Window (INSW)
dan ASEAN Single Window (ASW). INSW
yang diatur dalam Perpres Nomor 10 Tahun 2008 bertujuan untuk menyederhanakan
dan mempercepat izin kepabeanan dan pengeluaran barang dalam sistem informasi
yang terintegrasi antareselon, yang implementasinya belum maksimal.
Pelabuhan merupakan faktor penting untuk mendongkrak kinerja
logistik nasional,tetapi kondisinya di tanah air masih belum menggembirakan.
Hal itu terlihat dengan kondisi pelabuhan yang sudah eksis di Jawa Barat,
seperti Pelabuhan Cirebon hingga pelabuhan terbesar di tanah air, yakni Tanjung
Priok.
Data menunjukkan, Pelabuhan Tanjung Priok semakin kewalahan
menjalankan fungsinya karena terkendala oleh kapasitas dan fasilitas pelabuhan.
Kini Tanjung Priok tidak mampu bersaing dengan otoritas pelabuhan negara
tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Vietnam.
Tidak mengherankan jika pelayanan dan perizinan ekspor-impor
juga masih belum efektif. Kondisi yang menyedihkan itu terlihat dengan
indikator antara lain waktu pengurusan barang yang masih lama, serta lead time for container import di
pelabuhan itu lebih lambat dibandingkan dengan di Singapura.
Pemerintah telah membuat program gudang terintegrasi dengan
nama Rumah Kita. Sayangnya, program ini belum dilakukan secara total. Sistem
Logistik Rumah Kita diharapkan bisa memadukan antara kinerja pelabuhan dan
armada kapal dengan entitas pasar komoditas lokal yang andal.
Faktor ketangguhan pasar komoditas sangat ditentukan oleh
sistem konektivitas perdagangan, insourcing,
dan ketersediaan infrastruktur dan SDM logistik dengan kompetensi tinggi.
Sistem insourcing termasuk teknologi
pengolahan dan pengemasan produk atau komoditas unggulan daerah.
Pemerintah Daerah perlu memikirkan tentang create economies of scale dari berbagai
produk lokal, sehingga ketika produk itu bergerak dari satu daerah ke pasar
harus ada skala yang ideal. Otoritas logistik perlu mengetahui modelling dari behavior supply and demand, seperti
prediksi terhadap pola konsumsi ataupun hasil panen. Contohnya pada momentum
emas menjelang hari raya keagamaan, mestinya harus match dengan jadwal masa
tanam hingga panen komoditas. Semua itu harus terkelola dengan baik melalui program lintas eselon.
Bimo Joga Sasongko, Alumnus FH Pforzheim Jerman
Rabu, 08 Mei 2019
Menata Sistem Imbal Beli
Oleh Bimo Joga
Sasongko | Rabu, 8 Mei 2019 | 12:24
Pemerintahan mendatang perlu mewujudkan efektivitas
belanja negara. Salah satu yang krusial adalah belanja barang ke luar negeri.
Sebagai contoh adalah belanja alutsista TNI dan infrastruktur. Masalah belanja
barang ke luar negeri perlu segera diatasi dengan menata ulang sistem
pengelolaan imbal beli atau offset.
Sehingga bisa lebih bernilai tambah dan menguntungkan banyak entitas di dalam
negeri.
Pola imbal beli yang diterapkan oleh pemerintah mendatang
perlu ditata lebih rinci dengan mewajibkan eksportir negara mitra dagang untuk
membeli produk atau jasa dalam negeri. Apalagi pada saat ini ada perlambatan
ekspor nasional, sehingga skema imbal beli ini bisa dipergunakan sebagai salah
satu instrumen untuk penetrasi produk ekspor. Selain itu, hal ini bisa menjadi
salah satu instrumen untuk mengatasi hambatan dan kendala ekspor.
Penataan sistem imbal beli yang cukup terinci terlihat
pada imbal beli pengadaan 11 pesawat tempur Sukhoi SU-35 dari Rusia senilai US$
1,14 miliar dengan barter berbagai komoditas dari Indonesia yang akan diekspor
ke Rusia. Kedua negara menunjuk Rostec dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia
(PPI) sebagai pelaksana teknis imbal beli antara pesawat Sukhoi dan berbagai
komoditas dari Indonesia, seperti olahan karet, furnitur dan minyak kelapa
sawit serta turunannya tersebut. Komoditas dan produk yang diekspor mesti punya
nilai tambah yang tinggi.
Sehubungan dengan hal itu, saatnya merombak Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 44/MDAG/ PER/6/2016 tentang Ketentuan Imbal Beli
Untuk Pengadaan Barang Pemerintah Asal Impor karena sudah tidak sesuai lagi
dengan kepentingan nasional.
Skema imbal beli merupakan suatu cara pembayaran barang
yang mewajibkan pemasok luar negeri untuk membeli dan atau memasarkan barang
tertentu dari Indonesia sebagai pembayaran atas seluruh atau nilai sebagian
barang dari pemasok luar negeri.
Selain imbal beli, skema lain yang bisa dipergunakan oleh
pemerintah antara lain offset atau
pembelian barang di mana pemasok luar negeri menyetujui untuk melakukan
investasi kerja sama produksi dan alih teknologi.
Pemerintahan mendatang perlu membentuk lembaga lintas
kementerian untuk mengelola sistem imbal beli utamanya offset terkait dengan berbagai macam belanja ke luar negeri maupun
pembangunan infrastruktur. Terutama bagi pembelian dengan jumlah anggaran yang
besar, seperti pembelian pesawat terbang untuk penerbangan sipil maupun
keperluan militer.
Definisi offset secara
umum dapat diartikan sebagai mekanisme timbal balik. Kalau kita membeli pesawat
terbang senilai “X” dari negara lain, maka kita meminta timbal balik senilai
“Y” dari nilai pembelian tersebut. Ketentuan, jenis dan nilai Y tersebut
didetailkan oleh lembaga pengelola offset
di negeri ini.
Bisa saja jenis offset
berupa alih teknologi lewat pengiriman sumber daya manusia (SDM) untuk
belajar keluar negeri maupun produksi bersama terkait barang yang dibeli.
Lembaga offset sebaiknya
diisi oleh para ahli yang mengerti tentang alih teknologi, konsultan pendidikan
internasional, serta ahli tentang bisnis dan nilai tambah industri. Lembaga offset harus mengerti betul tujuan
ekonomis dari offset yang bisa
memperluas lapangan kerja dan mengoptimalkan devisa ke luar negeri.
Selanjutnya, lembaga offset
juga harus memahami betul tujuan alih teknologi di berbagai tingkatan. Idealnya
lembaga offset dibentuk oleh Presiden
dan harus mampu berkoordinasi lintas kementerian. Sehingga belanja kementerian
dan lembaga negara lain ke luar negeri dengan jumlah nominal tertentu, misalnya
senilai di atas Rp 300 miliar, harus ditempuh dengan mekanisme offset yang sebaikbaiknya. Begitu juga
ada ketentuan offset tersendiri bagi
perusahaan patungan swasta dan pemerintah, atau swasta murni, bagaimana
pemberlakuan offset yang ideal.
Lembaga offset
harus mampu menjalankan fungsi strategisnya yakni inventarisasi potensi yang
bisa dikembangkan terkait offset.
Kemudian memiliki database yang akurat terkait perusahaanperusahaan dalam
negeri yang mampu menerima offset.
Kemudian melakukan monitoring dan pengawasan terhadap pelaksanaan offset serta mengatasi jika ada hambatan
di lapangan.
Penerapan sistem imbal beli menentukan ekonomi pertahanan
suatu bangsa. Masalah yang menghambat penguatan pertahanan negara seperti
pengadaan alutsista TNI pada prinsipmya disebabkan adanya distorsi ekonomi
pertahanan. Hambatan tersebut perlu segera diatasi dengan memperbarui cetak
biru ekononi pertahanan, mengingat geopolitik global terus berubah.
Menurut Britannica
Encyclopedia, ekonomi pertahanan adalah manajemen ekonomi nasional yang
terkait dengan dampak ekonomi dari belanja militer. Implikasi yang terkait
dengan ekonomi per tahanan antara lain tingkat belanja pertahanan, dampak
pengeluaran pertahanan terhadap produk dan lapangan kerja di dalam dan luar
negeri, pengaruh belanja pertahanan dengan perubahan teknologi, serta efek
stabilitas nasional dan global.
Adanya cetak biru ekonomi pertahanan yang sesuai dengan
kondisi terkini sangat membantu industrialisasi bangsa. Menghadapi persaingan
global yang makin sengit serta ancaman perang terbuka yang berlatar perebutan
sumber daya alam (SDA) perlu konsep ekonomi pertahanan yang berbasis industri
alutsista dalam negeri. Industri alutsista ini tidak sekadar merakit bersama
dengan negara lain yang lebih maju. Harus ada nilai tambah yang riil, disertai
dengan penguasaan teknologi dan proses industri oleh SDM lokal.
Oleh karena itu, dibutuhkan SDM yang menguasai teknologi
pertahanan untuk menerapkan kemandirian industri pertahanan di Indonesia.
Mereka mesti memiliki kapasitas dan kapabilitas tinggi, sehingga mampu
mendukung tercapainya kemajuan teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan
sesuai dengan perkembangan zaman.
Kamis, 25 April 2019
Buku dan Kepemimpinan
Bimo Joga Sasongko, Ketua
Umum IABIE, Penulis Buku Anak Intelektual Habibie
Makna peringatan hari buku
sedunia 23 April lalu adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan buku menjadi
tolak ukur kadar kepemimpinan bangsa.
Prakarsa Organisasi
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNESCO) tentang hari buku bertujuan memajukan peradaban.
Di Indonesia, peringatan hari
buku kali ini sangat relevan saat bangsa ini tengah melalukan seleksi kepemimpinan
eksekutif ataupun legislatif. Usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sangat
bergantung pada sejauh mana animo rakyat dalam membaca buku serta volume
penerbitan buku bermutu.
Melihat peradaban bangsa yang
paling afdal adalah lewat buku yang auntentik karya anak bangsa. karena itu,
peringatan hari buku kali ini mesti disambung lewat kancah pameran buku
Internasional.
Kehadiran Indonesia di event buku dunia, antara lain, di
Frankfurt Book Fair dan London Book Fair merupakan eksistensi diri untuk mengejar tertinggalnya negeri ini dibandingkan negara
lain yang jauh lebih agresif dan produktif dalam hal perbukuan.
Buku dan kepemimpinan bangsa
bagaikan dua pasang kaki kuda yang saling memacu kemajuan menuju negeri
harapan. kita bisa melihat betapa hebatnya kadar kepemimpinan para perintis dan
pendiri bangsa.
Mereka memiliki konsepsi dan
pemikiran yang brilian, runtun, dan kontennya melesat ke depan. Begitu pula,
opini publik pada waktu itu mengalir jernih. itu pertanda, pada zaman itu
indeks literasi elite bangsa amat menggembirakan.
Para elite politik saat ini
perlu menengok jendela sejarah kelahiran bangsa. Di situ akan terlihat,
semangat kebangsaan hanya dapat dikendalikan dengan baik oleh kepemimpinan yang
lengket dengan buku.
Layar sejarah telah menyajikan
kisah, betapa hebatnya gaya kepemimpinan para perintis dan pendiri Indonesia
yang telah mencapai tingkat kematangan.
Indikator kematangan itu
terlihat jelas ketika kita membaca gagasan dan pemikiran dalam karya tulisnya
yang sangat intelektualistik. Mereka adalah figur-figur politisi-cendikia yang
sangat visioner.
Melalui buku karyanya, rakyat
tergerak dan memahami dialektika kebangsaan yang mengalir jernih. Dalam usia
yang sangat belia Bung Karno menulis buku Indonesia
Menggugat yang pernah mendapat perhatian dunia.
Mohammad Natsir sangat
produktif menulis artikel ideologis yang dibukukan dengan judul Capita Selecta, buku yang mencerahkan
kehidupan demokrasi. Bung Hatta menulis buku Indonesia Merdeka dan sederet buku lainnya.
Sementara itu, Bung Sjahrir
menulis Renungan dalam Tahanan. Dan
demikianlah para pejuang lainnya. Mereka semua sangat piawai di dalam memimpin
wacana karena giat menulis sekaligus merupakan kutu buku.
Menyelami buku karya perintis
dan pendiri bangsa yang ditulis saat usia belia seperti menikmati orkestra
simfoni. Karya tulis itu digali dari tesis dan sintesis pemikiran tokoh-tokoh
besar dunia, lalu dikawinkan dengan kondisi sosial budaya bangsa Indonesia.
Buah pemikiran para elite
politik yang tertuang dalam buku pada era perjuangan kemerdekaan bangsa yang
mengalir jernih menyebabkan rakyat mudah menangkap secara baik, jalan pikiran
dan gagasan para pemimpinnya.
Setiap saat rakyat selalu
menunggu dan menunggu kehadiran konsepsi, gagasan, dan pemikiran para
pemimpinnya.
Kini kehidupan bangsa dilanda
keprihatinan terkait dengan terpuruknya minat baca dan menulis para elite
politik dan masyarakat. Kondisinya bertambah memprihatinkan karena usaha
penerbitan buku masih sepi.
Untuk menggairahkan usaha
penerbitan buku, Indonesia mesti sering membuat event perbukuan serta mengikuti
secara penuh pameran buku dunia. Misalnya, Frankfurt International Book Fair,
London Book Fair, dan sebagainya.
Event seperti itu akan membawa semangat dan harapan baru bagi
perbukuan nasional. Tahun ini, ada 450 judul buku yang mewakili Indonesia dalam
London Book Fair (LBF) pada Maret 2019. Pada masa mendatang, jumlahnya mesti
ditingkatkan.
Terutama untuk buku-buku yang
auntentik keindonesiaan sehingga Indonesia
terus menjadi sorotan utama dan menjadi market focus bursa buku internasional. Langkah Komite Buku Nasional
(KBN) yang mendorong partisipasi kaum milenial dalam digital publisher patut diapresiasi.
Saatnya penulis milenial
melakukan diversifikasi karya dan produknya menjadi elektronik (e-book). Hal
ini sekaligus merupakan sumber pendapatan tambahan baginya.
Indeks literasi bangsa perlu
segera ditingkatkan agar tidak semakin jauh tertinggal oleh bangsa lain. Salah
satu upaya perbaikan kualitas literasi bangsa lewat paltform story-teeling Wattpad. Kini di negeri ini semakin banyak
yang berminat membaca karya fiksi.
Mungkin ada pengaruh dari
medium seperti itu (Wattpad) dan banyak karya tulisan yang ditertibkan. Saatnya
pemerintah mawas diri dan berusaha bangkit terkait dengan masih terpuruknya
usaha perbukuan dan rendahnya minat baca masyarakat.
Perhatian dan pengembangan
terhadap buku searah dengan program utama UNESCO. Sering kali lembaga dunia ini
menyerukan pengembangan buku dan literasi bagi suatu bangsa.
Apalagi sejak 1995, UNESCO
memutuskan Hari Buku Sedunia yang salah satu maknanya untuk menghormati
sastrawan dan pengarang besar, seperti Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso
de La Vega dan Josep Pla, Maurice Droun, Vladimir Nabokov, Manuel Mejia
Vallejo, dan Halldor Laxness.
Badan PBB itu juga menekankan
perlunya sinergi antara pemangku kepentingan, yakni pengarang, penerbit,
distributor, perpustakaan, organisasi perbukuan, serta berbagai komunitas yang
semuanya bekerjasama mempromosikan buku dan literasi sebagai aktivitas untuk
menguatkan nilai -nilai sosial, mencerahkan kebudayaan, dan meneguhkan
kemanusiaan.
Perlu pembenahan usaha
percetakan dan penerbitan buku di Indonesia yang bersifat mendasar serta sesuai
dengan perkembangan zama. Usaha itu memerlukan transformasi proses bisnis agar
bisa bersaing menghadapi era ekonomi digital.
Minggu, 24 Februari 2019
LIPI dan Generasi Milenial
Oleh Bimo Joga Sasongko | Sabtu, 23 Februari 2019
Kebijakan Kepala Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko sempat menimbulkan gejolak
internal. Sebenarnya kebijakan tentang reorganisasi dan redistribusi itu
merupakan pembenahan manajemen internal di LIPI untuk menjadikannya lembaga
ilmu pengetahuan berkelas dunia.
Selain sebagai lembaga
peneliti, LIPI memiliki peran yang sangat strategis bagi masa depan bangsa.
Peran tersebut adalah mengarahkan dan membina generasi milenial bangsa agar
memiliki tradisi ilmiah yang kokoh sejak dini.
Selama ini LIPI juga berusaha
keras untuk menumbuhkan daya inovasi dan proses kreativitas bagi kaum milenial agar menjadi generasi unggul.
Kini generasi milenial
Indonesia menghadapi era disrupsi dan menyongsong revolusi industry 4.0. jangan
sampai sebagian besar kaum milenial hanya menjadi objek produk teknologi dari
luar negeri. LIPI mesti berperan besar agar kaum milenial tidak semakin
kecanduan konsumerisme produk teknologi tanpa berdaya menumbuhkan nilai
tambahnya.
Saatnya LIPI berperan besar
dalam membentuk karakter unggul generasi milenial. Pembangunan karakter
generasi bangsa perlu format atau metode yang efektif. Pembentukan karakter
unggul siswa memerlukan metode dan waktu yang cukup.
Generasi milenial membutuhkan
wahana presentasi diri terkait dengan gagasan dan ide-idenya. Presentasi siswa
tentang ide dan karyanya sejak awal tahun 1980-an telah menjadi perhatian para
guru besar seperti Profesor Andi Hakim Nasution yang setia menjadi dewan juri
Lomba Penelitian Ilmiah Remaja yang diselenggarakan Kemendikbud dan LIPI.
Bahkan Menteri Pendidikan seperti Daoed Joesoef, Nugroho Notosusanto, hingga
Fuad Hasan juga berkenan mengikuti presentasi yang dilakukan oleh para siswa
sekolah menengah. Presentasi seperti telah membuka jalan lahirnya generasi
unggul yang mampu bersaing secara global.
Kepala LIPI saat ini Laksana
Tri Handoko adalah ilmuwan yang memiliki sejarah sebagai aktivis kelompok
ilmiah remaja (KIR) pada era 1980-an. Dia adalah salah satu pemenang lomba
karya ilmiah remaja yang kemudian mendapatkan beasiswa ikatan dinas dari
Menristek BJ Habibie untuk belajar di luar negeri
Daya Saing
Daya saing suatu bangsa
ditentukan oleh sejauh mana para pemuda berkreasi dan berinovasi sesuai dengan
tren dunia. Perlu totalitas dalam membangun ruang kreativitas untuk kaum
milenial. Negeri ini membutuhkan sebanyak-banyaknya tokoh muda inovator untuk
menuju kejayaan bangsa. Inovasi segala macam disiplin ilmu dan keanekaragaman budaya,
baik inovasi tingkat dunia maupun local yang memiliki arti strategis dalam
kehidupan berbangsa.
Sekolah adalah sarana yang
tepat untuk menumbuhkan budaya inovasi. Oleh karena itu, diperlukan strategi
kebudayaan bagi sekolah yang fokus terhadap budaya inovasi. Menumbuhkan budaya
inovasi di kalangan siswa jangan hanya bersifat seremonial. Kegiatan inovatif
sebaiknya dilakukan oleh siswa dalam bentuk yang bervariasi.
Dalam menghadapi persaingan
global yang sangat ketat, diperlukan berbagai right brain training untuk menggenjot daya kreativitas siswa.
Budaya inovasi dengan titik berat proses kreatif dan inovatif sebaiknya menjadi
muatan kurikulum di sekolah.
Pendidikan karakter siswa
memerlukan proses kreatif dan daya inovatif sesuai dengan kondisi kekinian agar
PPK bisa efektif dan tepat sasaran perlu melibatkan LIPI. Hal itu karena
lembaga ini memiliki pengalaman panjang dan konten yang lengkap untuk mencetak
remaja kreatif, inovatif, dan berkepribadian unggul.
Sejak awal tahun 1980-an LIPI telah
melakukan gerakan mengilmiahkan remaja lewat kelompok ilmiah remaja, perkemahan
ilmiah remaja, hingga lomba karya ilmiah remaja (LKIR) dalam berbagai disiplin
ilmu.
Perkemahan ilmiah remaja
merupakan kegiatan pembinaan ilmiah kepada siswa untuk memberikan pemahaman
mendasar mengenai metodologi penelitian ilmiah serta etika penelitian. Kegiatan
ini berupa pemberian materi metodologi penelitian dalam kelas bidang ilmu
pengetahuan alam dan teknik (IPA-Tek) serta imu pengetahuan social.
Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan minat dan kemampuan remaja di bidang ilmu pengetahuan dan
penelitian serta membimbing remaja melaksanakan penelitian ilmiah yang terkait
dengan lingkungan sekitarnya.
Gerakan mengilmiahkan remaja
oleh LIPI selama ini melibatkan guru besar, peniliti senior dan perguruan
tinggi tersebut telah membuahkan karakter remaja yang mencintai ilmu
pengetahuan dan melahirkan pribadi yang ulet dalam bersaing.
LIPI memiliki metode dan
pengalaman untuk mendorong para remaja berani mengeluarkan gagasan cemerlang
lalu melakukan presentasi ilmiah tentang karyanya di depan forum dan public.
Program PPK akan berhasil jika
bisa mencetak pemuda yang santun, cerdas, inspiratif, dan berprestasi. Dalam
dekade terakhir ini ada kegalauan yang luar biasa dari para pemimpin dunia yang
lebih dahulu mengalami kemajuan berkat industrialisasi yang liberal dan
kapitalistik. Negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun begitu resah
terkait dengan kualitas dan daya saing para remajanya.
Daya saing suatu bangsa
ditentukan oleh sejauh mana kaum milenial berkreasi dan berinovasi sesuai
dengan tren dunia. Seperti yang tergambar dalam kajian lembaga pendidikan
terkemukan di Amerika yakni Harvard Business, yang menekankan perlu mendorong
daya saing milenial di bidang sistem inovasi dan produksi.
Bimo Joga Sasongko, Ketua
Umum IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie)
Mengatasi Defisit Guru Vokasional
Oleh Bimo Joga
Sasongko | Jumat, 22 Februari 2019 | 9:42
Mewujudkan profesionalitas guru vokasional atau kejuruan
merupakan keniscayaan bangsa yang tengah memasuki era industri 4.0. Kebutuhan
terhadap guru produktif untuk meneguhkan industrialisasi nasional perlu
terobosan. Guru produktif tidak mesti dilahirkan dari bangku universitas
kependidikan. Mereka bisa saja berlatar belakang ahli teknik, inovator, bahkan
juga para start-up atau pengusaha rintisan.
Mayoritas sekolah kejuruan di Tanah Air, postur tenaga
pengajarnya masih didominasi oleh kategori guru nomatif-adaptif atau guru umum
yang mengajar mata pelajaran seperti Agama, PPKn, Matematika, bahasa Indonesia,
dan lain-lain. Sedangkan kategori guru produktif yang mengajar anak-anak sesuai
dengan bidang keahlian yang dipilih persetasenya masih kecil, di bawah 30%.
Untuk mencetak guru produktif yang sesuai dengan
perkembangan zaman tidak mudah. Perlu terobosan dan program yang massif di
seluruh daerah. Desentralisasi pendidikan dan mengalirnya sebagian besar
anggaran pendidikan nasional ke daerah menuntut kepala daerah untuk mencetak
guru produktif dalam jumlah yang cukup untuk menggerakkan dan mengembangkan
potensi daerah masing-masing. Pemerintah daerah jangan kepalang tanggung dalam
mencetak guru produktif.
Terobosan mesti segera dilakukan. Antara lain dengan
memberikan bea siswa kepada masyarakat yang berprestasi untuk belajar ke luar
negeri sesuai dengan kategori dan bidang guru produktif yang diperlukan.
Apalagi berbagai bidang teknologi dan produksi belum bisa diajarkan di
perguruan tinggi dalam negeri. Atau masih terbatas sekali kapasitasnya, di lain
pihak kebutuhan industri yang sangat besar sudah di depan mata.
Keniscayaan, pemda perlu membuat skema beasiswa ikatan
dinas belajar di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan guru produktif setiap
tahunnya. Universitas di negara maju telah melengkapi program studi hingga
mencakup bidang yang sesuai dengan perkembangan industri kreatif dan proses
produksi yang sesuai dengan revolusi Industri 4.0.
Sementara kondisi universitas di Tanah Air prodinya masih
stagnan. Itulah mengapa Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke beberapa
perguruan tinggi selalu meminta dibuka prodi baru yang lebih relevan dengan
semangat zaman. Pemerintah daerah yang telah diguyur anggaran pendidikan
nasional dalam jumlah yang besar mestinya bisa mengalokasikan anggaran untuk
mengatasi deficit guru produktif.
Jika kondisi deficit tersebut terlambat diatasi maka
Indonesia kehilangan momentum untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang
mumpuni penggerak industrialisasi. Mencetak guru produktif sekaligus bisa
membangkitkan SDM di perdesaan, khususnya daerah terpencil atau kabupaten yang
masih terbelakang.
Perlu terobosan untuk membangkitakn SDM perdesaan lewat
pendidikan. Seperti yang pernah diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo kepada
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti, agar mengirim guru SMK kejuruan
perikanan dari daerah terpencil untuk kuliah di Jepang guna mendalami teknologi
budidaya dan proses nilai tambahnya. Terobosan memberikan beasiswa ikatan dinas
bagi siswa berprestasi dari sekolah menengah untuk belajar di luar negeri patut
diapresiasi dan diperluas.
Mencermati struktur APBN tahun 2019 terlihat bahwa
tanggung jawab dan distribusi anggaran pendidikan telah dilimpahkan kepada
daerah, baik provinsi maupun kabupaten dan kota. Sayangnya pelimpahan tersebut
belum disertai dengan kesiapan daerah dalam mengelola anggaran sehingga tepat
sasaran dan bisa mendorong program unggulan.
APBN tahun 2019 mencapai Rp 2.461,1 triliun. Sebanyak 20%
dari anggaran tersebut atau sebesar Rp 492,5 triliun diperuntukkan bagi sektor
pendidikan. Dari anggaran sektor pendidikan tersebut, sebesar Rp 308,38 triliun
atau 62,62% ditransfer ke daerah.
Sisanya, didistribusikan kepada 20 kementerian/ lembaga
yang melaksanakan fungsi pendidikan. Kemendikbud terus menambah skema ser
tifikasi kompetensi bagi guru dan tenaga kependidikan jenjang SMK. Tahun ini,
Kemendikbud menetapkan sebanyak 81 kompetensi keahlian bagi guru produktif.
Skema sertifikasi mengikuti Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012.
Payung hukum ini mencantumkan sertifikasi profesi terdiri atas sertifikat satu
hingga Sembilan pada jenis profesi. Skema ini berlaku secara nasional dan
direncanakan berlaku secara baku bagi lingkup internasional.
Revitalisasi dan reorientasi vokasional kini menjadi
agenda penting pendidikan nasional. Apalagi Presiden Joko Widodo menekankan
perlu langkah perbaikan yang konkret terhadap sistem pelatihan atau program
vokasional utamanya yang ada di pelosok Tanah Air.
Kepada menteri terkait Presiden memerintahkan dengan
segera revitalisasi vokasional. Dengan cara menyiapkan sekolah atau pelatihan
kejuruan sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia usaha. Khususnya vokasional
yang terkait sektor unggulan seperti maritim, pariwisata, pertanian dan
industry kreatif.
Persaingan global dan regional semakin mempertegas tak
ada kata atau kalimat lain yang lebih penting, selain memperbaiki secara
totalitas produktivitas dan nilai tambah lokal. Sektor pertama yang mesti
dibenahi adalah sektor industri pengolahan agar bisa memainkan peran yang lebih
besar dalam perekonomian Indonesia.
Saatnya sektor industri pengolahan berkontribusi untuk
mendongkrak perekonomian dan menyediakan sumber pekerjaan yang berkualitas bagi
angkatan kerja.
Saatnya bagi pemerintah daerah bersinergi dengan para
guru produktif untuk merancang sebaikbaiknya link and match antara lembaga
pendidikan kejuruan dan sektor industri. Dengan langkah itu daerah bisa
mengembangkan tenaga kerja serta portofolio kompetensi dan profesi yang cocok
bagi warganya. Khususnya portofolio yang berbasis sumber daya lokal.
Bimo Joga Sasongko,
Lulusan FH Pforzheim Jerman. Pendiri Euro
Management Indonesia
Minggu, 27 Januari 2019
Capres dan Produk Nasional
Pikiran Rakyat, Jum’at 25 Januari 209 / 19 Jumadil Awal 1440 H
Oleh Bimo Joga Sasongko
Oleh Bimo Joga Sasongko
DEBAT calon presiden (capres) menjadi forum yang tepat
untuk evaluasi dan mencari solusi tentang produk nasional yang tengah kesulitan
bersaing. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang 2018 neraca
perdagangan mengalami defisit yang mencapai angka 8.57 miliar dolar AS. Defisit
tersebut paling parah sepanjang satu dasawarsa terakhir.
Salah satu indikator kebangkitan nasional bisa dilihat dari
kondisi dan daya saing produknya. Para capres dan cawapres perlu curah pikir
untuk mengembangkan SDM terkait dengan usaha positioning produk nasional di tengah persaingan sengit
antarnegara.
Positioning
adalah mengidentifikasi lagi posisi pesaing lalu mengambil posisi setaraf
dengan pesaing dengan metode baru atau langkah terobosan. Keniscayaan, positioning produk nasional diwarnai
bermacam disrupsi teknologi dan datangnya era Industri 4.0.
Publik kecewa dengan kinerja ekspor nasional. Kekecewaan tersebut
ditunjukkan dengan membandingkan nilai ekspor RI yang ketinggalan dari negara tetangga.
Sebagai bangsa besar seharusnya kinerja ekspor kita tidak kalah oleh Thailand,
Vietnam, dan Malaysia. Apalagi kapasitas dan sumber daya alam dan jumlah SDM
yang dimiliki Indonesia jauh lebih besar.
Sebagai catatan, Thailand mampu menghasilkan 231 miliar
dolar AS dari ekspor. Tertinggi di Asia Tenggara. Malaysia 184 miliar dolar AS,
dan Vietnam mencapai 160 miliar dolar. Sementara Indonesia, hanya 145 miliar
dolar AS.
Untuk menggenjot ekspor produk nasional tidak cukup lewat
pameran perdagangan dengan skala local hingga global. Perlu dicari terobosan
yang bisa menggenjot perdagangan sekaligus menjadi sistem bagi pengusaha untuk
bertukar informasi tentang produk unggulan.
Terkait dengan usaha Positioning
produk nasional, ada baiknya kita mengkaji peta yang menggambarkan aliran
produk yang terjadi. Seperti dalam elaborasi oleh Peter Dickens dalam bukunya Global Shift : Mapping The Changing Contours
of the World Econom.
Buku itu merekomendasikan kepada bangsa-bangsa pentingnya
merancang ulang mata rantai jaringan produksi global dan selalu fokus pada
pasar dan kematangan produk. Hal itu sangat relevan, di tengah banyaknya
perusahaan di tanah air yang kini menghadapi ketidakseimbangan biaya bahan baku
yang diimpor dengan hasil penjualan produk yang diekspor, atau diserap dalam
pasar domestik.
Usaha memacu perdagangan produk nasional sangat
tergantung pada sistem logistik. Perlu menetapkan produk atau komoditas
penggerak utama dalam suatu tatanan jaringan logistik dan rantai pasok, tata
kelola, serta tata niaga yang efektif dan efisien.
Saatnya mengintegrasikan simpul-simpul infrastruktur logistic,
baik simpul logistik (logistics node)
maupun keterkaitan antar simpul logistik (logistics
link) yang berfungsi untuk mengalirkan barang dari titik asal ke titik
tujuan. Simpul logistik meliputi pelaku logistik dan konsumen; sedangkan
keterkaitan antarsimpul meliputi jaringan distribusi, jaringan transportasi,
jaringan informasi, dan jaringan keuangan, yang menghubungkan masyarakat
pedesaan, perkotaan, pusat pertumbuhan ekonomi, antarpulau maupun lintas Negara
SDM Logistik
Volume perdagangan nasional sangat dipengaruhi oleh
kinerja logistik. Kapasitas sumber daya manusia di bidang logistik masih
memperihatinkan, sehingga perlu ditingkatkan. Kebutuhan tenaga-tenaga yang
kompeten di sektor logistik tidak hanya diperlukan untuk pengembangan sistem logistik
nasional, tetapi juga dalam menghadapi liberalisasi tenaga kerja.
Dibutuhkan strategi yang mampu mengembangkan SDM dengan
kompetensi dan profesi logistik berstandar internasional. SDM logistik yang
terpercaya, baik pada tingkat operasional, manajerial dan strategis, dan
mencukupi kebutuhan nasional untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas kinerja
sistem logistik nasional.
Untuk mengembangkan SDM logistik perlu dilakukan
klasifikasi dan penjenjangan profesi logistik, serta pendirian lembaga
pendidikan logistik baik melalui jalur akademik, jalur vokasi, maupun jalur
profesi. Terkait dengan pendidikan profesi logistik, asosiasi terkait dengan logistik
seperti ALI dan ALFI perlu bekerja sama dengan Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP) untuk membentuk badan akreditasi profesi logistik dan lembaga asesor yang memberikan sertifikat
profesi.
Usaha mewujudkan Pelaku Logistik (PL) dan Penyedia Jasa
Logistik (PJL) yang mampu menjadi pemain lokal kelas dunia (world class local players) perlu mendirikan program studi atau
prodi logistik di perguruan tinggi dan sekolah vokasi. Sekolah menengah
kejuruan perlu menekankan jurusan logistik, sehingga bisa dihasilkan teknisi
logistik yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menangani berbagai
bidang. Di antaranya transporting,
warehousing, freight forwarding.export-import, cargo and shipping, logistics
information service, taxation, dan lain-lain.
Tantangan globalisasi salah satunya adalah menguatkan
perdagangan domestik agar tetap mampu bersaing. Sesuai dengan pesatnya
teknologi informasi, maka ranah perdagangan memerlukan sistem informasi
perdagangan yang meliputi hal-hal terkait harga suplai, dan distribusi untuk
menghindari adanya assymetric information
yang dapat memicu kartel dan monopoli harga
Faktor penting terkait perdagangan adalah mengenai Stan
dar Nasional Indonesia (SNI). Dalam Pasal 69 RUU Perdagangan disebutkan bahwa pelaku
perdagangan atau penyedia yang tidak memenuhi SNI dipidana penjara paling lama
5 tahun dan denda paling banyak Rp 5 miliar. Pada era sekarang ini perlu
dorongan kuat penerapan SNI yang disertifikasi oleh kementerian dan lembaga
teknis terkait dan diawasi oleh Kementerian Perdagangan sebagai upaya untuk
meningkatkan daya saing dan perlindungan konsumen.
Pada era liberalisasi perdagangan yang diwarnai dengan
perang dagang perlu peraturan yang bisa melengkapi UU Perdagangan terkait
dengan mutu dan infrastruktur mutu pendukungnya. Termasuk standar, penilaian
kesesuaian, metrologi, dan aspek logistik. Apalagi di kalangan industri lokal
masalah standardisasi hingga kini masih menjadi masalah laten. Masih kecil
jumlah atau persentase produk nasional yang sudah meraih SNI.***
Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie dan Pendiri Euro Management Indonesia
Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie dan Pendiri Euro Management Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)