Rabu, 24 Januari 2018

Mengapresiasi 60 Tahun Hubungan RI-Jepang

Peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Jepang-R I mengetengahkan tagline “Kerja bersama, Maju bersama” dalam rangka Japan-Indonesia Strategic Partnership. Kontribusi Jepang terhadap pembangunan Indonesia dalam berbagai bidang sangat berarti. Kondisi globalisasi dan persaingan bangsa bangsa mengharuskan bangsa Indonesia mengoptimasikan dan memperbarui hubungan internasional, khususnya dengan Jepang.

Kerja sama kedua negara di bidang perdagangan, investasi, kebudayaan, pariwisata, ristek, hingga ketenagakerjaan perlu ditingkatkan dan disesuaikan dengan tantangan zaman. Penyesuaian tersebut tentunya sangat tergantung kepada kesiapan SDM yang berkompeten dan mampu menghadapi disrupsi yang tengah melanda dunia.

Untuk itu, pemerintah Jepang perlu ikut serta memperkuat postur SDM Indonesia demi kebutuhan pembangunan. Pada saat ini Dubes Jepang untuk Indonesia Ishii Masafumi tengah berusaha keras menjamin keamanan dan kelancaran usaha bagi sekitar 19 ribu warga Jepang yang menetap di seluruh Indonesia. Juga memperlancar aktivitas 1.800 perusahaan Jepang yang eksis di Indonesia.

 Perusahaan Jepang di Indonesia memiliki kontribusi besar di bidang ketenagakerjaan. Perusahaan tersebut perlu didorong agar menambah investasinya. Bagi perusahaan Jepang yang terkendala dengan masalah teknis dan ketenagakerjaan perlu dicarikan solusi yang tepat dan cepat. Sehingga perusahaan tersebut tidak hengkang ke Negara lain atau merelokasikan pabriknya. Kondisi globalisasi mulai ditandai dengan gelombang disrupsi teknologi yang mengganggu sektor ketenagakerjaan. Oleh karena itu, perlu antisipasi dini terjadinya transformasi ketenagakerjaan dari tenaga manusia kepada mesin/robotika yang didukung oleh teknologi Artificial Intelligence. Dampak transformasi tersebut akan segera dirasakan pada sektor transportasi, logistik, layanan pelanggan, dan layanan konsumen.

Usia 60 tahun hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia perlu menitikberatkan strengthen education partnership. Di samping strengthen economic partnership dalam berbagai aspek lainnya yang selama ini sudah dilakukan. Penguatan kerja sama Indonesia- Jepang dalam bidang pendidikan, riset dan pengembangan SDM pembangunan infrastruktur begitu urgen.

Meskipun jumlah mahasiswa/ pelajar Indonesia ke Jepang dari 2012 hingga 2016 meningkat, namun jumlahnya kurang signifikan. Hingga 2016 jumlah pemuda Indonesia yang belajar di Jepang hanya 4.630 orang, atau sekitar 1,9% dari jumlah total mahasiswa asing yang belajar di sana.

Kita menjadi iri melihat kenyataan jumlah mahasiswa warga Negara Tiongkok di Jepang mencapai 98.483 orang (41,1%), dan Vietnam mencapai 53.807 orang (22,4%). Menimbang faktor luas wilayah Indonesia, jumlah penduduk dan skala pembangunan infrastrukur dan aktivitas sosial, pariwisata dan budaya, mestinya jumlah orang Indonesia yang belajar ke Jepang paling tidak bisa mencapai 50 ribu orang.

Dibutuhkan dorongan dan kemudahan (affirmative action) untuk meningkatkan jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang dengan cara yang extraordinary. Perlu mencari terobosan skema pembiayaan mahasiswa. Seperti misalnya dengan cara skema offset (imbal beli) yang pernah dijalankan oleh Presiden RI ketiga BJ Habibie. Di mana skema offset mencakup transfer teknologi, co-production atau produksi bersama di Indonesia untuk komponen dan struktur, serta fasilitas pemeliharaan dan transfer teknologi dengan mendidik SDM.

Saatnya penguatan kerja bersama Jepang-RI dengan menambah secara signifikan mahasiswa Indonesia yang belajar ke Jepang. Sebaiknya pemerintahan kedua negara memakai kembali Habibie Way terkait perdagangan maupun perjanjian kontrak pembangunan infrastruktur dan proyek lainnya.

Habibie Way menekankan transfer of technology (ToT) dengan mengirimkan SDM untuk belajar dan magang di luar negeri. Dengan demikian perusahaan dan industry Jepang yang ada di Indonesia bisa lebih cepat berkembang karena tersedia SDM yang berkompeten dalam jumlah yang cukup. Apalagi selama 10 tahun terakhir perusahaan asing di sini selalu kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhannya.

Merupakan misi penting Dubes Ishii untuk mewujudkan strengthen education partnership Jepang-RI. Terutama di bidang pengembangan SDM di garis depan pembangunan infrastruktur, usaha mitigasi bencana, intelijen investasi serta antisipasi era industri 4.0. Yang mana Negara Jepang tentunya sudah sangat siap dan menjadi leader dalam menyongsong era tersebut.

Apalagi pada saat ini Pemerintah Indonesia sedang giat meluncurkan kebijakan pengembangan vokasi untuk memenuhi kompetensi SDM atau tenaga kerja yang dibutuhkan oleh kalangan industri.

Pemerintah Jepang perlu mengulurkan bantuan terhadap guru guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki keahlian yang sangat dibutuhkan untuk mendukung program vokasi bagi dunia industri. Pemberian beasiswa terhadap guru ke luar negeri sangat berguna untuk bench-marking dengan pendidikan yang ada di negara maju.

Terkait dengan sumber daya alam (SDA), perlu transfer teknologi SDM pertambangan dari Jepang. Terutama untuk investasi proyek smelter atau pengolahan bahan mentah tambang. Seperti contohnya fasilitas smelter PTFI yang ada di Kota Gresik Jatim yang bekerja sama dengan Mitsubishi dari Jepang. Metode Mitsubishi banyak dipakai oleh usaha smelter karena lebih efisien dan ramah lingkungan. Bangsa Jepang dan Indonesia memiliki nasib yang sama terkait dengan potensi bencana alam. Untuk itu kerja bersama di bidang mitigasi bencana merupakan keniscayaan.

Apalagi Dubes Ishii memiliki pengalaman dan kompetensi yang banyak terkait program penanganan bencana alam. Diharapkan Jepang terus membantu usaha bangsa Indonesia untuk menurunkan indeks risiko bencana.


Bimo Joga Sasongko, Pendiri Euro Management Indonesia. Ketua Umum IABIE




Tidak ada komentar:

Posting Komentar