Selasa, 21 Juni 2016

Kontan - Kapolri dan Lompatan Katak



"Kapolri dan Lompatan Katak"

Oleh :  Bimo Sasongko

 
Presiden Joko Widodo mengajukan nama Kepala Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT) Komjen Tito Karnavian sebagai calon Kapolri baru. Penunjukkan Komjen Tito merupakan bentuk regenerasi leapfrogging atau lompatan katak di tubuh Polri. Karena melompati empat angkatan dan tujuh Jenderal senior.

Kapolri yang baru itu memiliki tantangan berat terkait dengan postur SDM Polri yang mesti ditransformasikan dengan lompatan katak sehingga profesionalitas dan kompetensinya bisa meningkat pesat. Lompatan katak terhadap SDM Polri merupakan keniscayaan karena tantangan dan kompleksitas kejahatan.

Sistem rekrutmen dan pendidikan SDM Polri perlu dibenahi karena pelaku dan modus kejahatan semakin canggih dan memerlukan teknologi dan lintas disiplin ilmu. Prestasi Komjen Tito merupakan hasil dari sederet pendidikan dan penugasan di luar negeri yang pernah dia tempuh, antara lain pendidikan di University of Exeter di Inggris yang meraih gelar MA dalam bidang Police Studies.

Dia meraih PhD di Nanyang Technological University, Singapura. Hampir seluruh pendidikan dan kursus kepolisian yang terbaik di dunia pernah diiikutinya.

Tak pelak lagi, kepolisian kini membutuhkan kerjasama dan pendidikan global bagi para perwira. Jika hanya mengandalkan pendidikan dan kursus di dalam negeri saja tentunya tidak memadai.

Selain masalah pembenahan integritas, personil kepolisian juga perlu pengembangan kompetensi dan profesionalitas untuk 400 ribu personel Polri. Saat ini postur SDM Polri terkendala oleh komposisi struktur yang 90 persen terdiri dari kepangkatan bintara kebawah yang memiliki kapasitas dan ketrampilan pemolisian yang minim dan dengan tingkat kesejahteraan yang kurang memadai.

Ironisnya 10 persen perwira Polri juga belum memiliki pola pengembangan profesi yang sesuai dengan tantangan jaman. Untuk mengatasi disritas atau kesenjangan karir dan kompetensi itu perlu sistem transformasi lompatan katak bagi SDM Polri pada level perwira dengan berbagai program pendidikan di LN. Untuk itu perlu penguasaan bahasa asing dan memilih perguruan tinggi di LN yang tepat untuk pendidikan para perwira Polri.

Pembenahan postur SDM kepolisian perlu empat nilai dasar yang menjadi pedoman berdasarkan universalitas watak peran dan fungsi dari institusi ini, yakni integritas, akuntabilitas, legitimasi, dan bisa dipercaya. Empat nilai dasar yang universal tersebut tentu harus dikontekstualiasikan dengan situasi empirik pemolisian di negeri ini.

Empat kriteria nilai dasar tersebut untuk mengatasi masalah laten internal Polri yang masih sarat dengan perilaku korup, budaya kerja kekerasan (pelanggaran HAM), kegamangan menghadapi tindakan vigilante oleh kelompok massa yang menggunakan identitas komunalisme (agama/etnik), dan minimnya akuntabilitas untuk praktek penyalahgunaan kekuasaan.

Kapasitas Komjen Tito yang sarat pendidikan internasional dan kerjasama global tentunya menjadi modal penting untuk melakukan leapfrogging atau lompatan katak lembaga Polri. Antara lain mentransformasikan secara cepat aspek dan teknologi kepolisian untuk menunjang operasional dan proses penyidikan di tingkat satuan Polsek hingga Mabes Polri. Lompatan katak bagi  bisa memperlancar proses scanning, analysis, response, dan akses dalam organisasi kepolisian.

Kapolri yang baru juga memiliki misi yang strategis yakni melakukaan leapfrogging untuk mengatasi hiperterorisme yang melanda dunia saat ini. Untuk itu perlu memperkuat keberadaan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC).Yakni sekolah internasional yang menyediakan pendidikan bagi para penegak hukum dalam kerangka penyidikan multi yuridiksi dalam kejahatan transnasional, dengan memfokuskan pada kegiatan memerangi terorisme.

Kapolri baru juga harus setiap saat meningkatkan kemampuan Densus 88 yang menjadi ujung tombak personel anti teroris di Indonesia.  Hiperterorisme harus dihadapi dengan lompatan katak yang mentransformasikan teknologi anti terorisme secara signifikan sehingga bisa meningkatkan kapasitas bangsa untuk menanggulangi aksi terorisme. Kerjasama regional dan internasional dalam berbagai aspek untuk membasmi kelompok teroris sebaiknya ditingkatkan.

Leapfrogging penanganan teroris juga menyangkut pentingnya standardisasi dan tatakelola peralatan deteksi dini terhadap obyek vital dan infrastruktur publik. Kenaikan anggaran untuk menangani terorisme yang dialokasikan untuk BNPT mestinya disertai dengan pendidikan personel yang sesuai dengan perkembangan dunia.

Penanganan terorisme di negeri ini sangat membutuhkan kerja sama bilateral dan multilateral. Dalam konteks global, Kapolri sebaiknya lebih proaktif dalam penguatan dan peningkatan kerjasama ASEAN National Police (ASEANAPOL) yang merupakan sebuah organisasi kepolisian ASEAN yang terbentuk pada tahun 1981, terdiri dari 10 negara dan semenjak 2010 mempunyai sekretariat tetap di Kuala Lumpur.

Kerjasama internasional SDM Polri perlu diperluas hingga Europol. Europol adalah lembaga penegak hukum Uni Eropa yang terdiri dari 27 negara anggota.  Markas besarnya di Den Haag Belanda. Europol bertugas mengumpulkan data kejahatan, menganalisa, men-share informasi dan mengkoordinasikan operasi. Negara anggota Europol menggunakan informasi yang diberikan Europol untuk mencegah, mendeteksi dan menyelidiki pelanggaran, dan kemudian melakukan penyidiki dan mengadili pelaku kejahatan.

Para ahli dan analis dari Europol mengambil bagian dalam tim investigasi bersama yang membantu kasus kriminal di negara-negara Uni Eropa. Europol merupakan pusat operasi high security, berurusan dengan lebih dari 9.000 kasus per tahun, dengan ciri analisis berkualitas tinggi yang menjamin keberhasilan operasional.

Diharapkan kemampuan ASEANAPOL bisa mendekati kapasitas Europol.  Untuk mewujudkan ASEANAPOL yang sekuat Europol dibutuhkan komitmen kuat di antara negara anggota dalam hal SDM kepolisian agar keamanan ASEAN dan pemberlakuan ASEAN Community bisa berlangsung dengan baik.

*) BIMO JOGA SASONGKO, President Director & CEO Euro Management Indonesia. Sekjen Pengurus Pusat IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar