Minggu, 26 Juni 2016

The Politic - Mencetak Sejuta Habibie untuk Indonesia

Mencetak Sejuta Habibie untuk Indonesia


Bimo Sasongko, sosok anak bangsa yang kiprahnya pantas diacungi jempol? Dari perjuangannya, lahir ribuan mahasiswa yang sukses menempuh pendidikan S1 di luar negeri. Bimo mampu mengubah mindset banyak orang bahwa kuliah di luar negeri itu sulit dan biayanya mahal.

Lolos dari seleksi  Program Beasiswa STAID 1 BPPT Menristek Prof.Dr.BJ Habibie tahun  1990 mengantarkan Bimo menjadi bagian dari mimpi besar membangun Indonesia. Apalagi setelah melihat hanya segelintir mahasiswa asal Indonesia di luar negeri. Bayangkan, dengan penduduk sebesar 252 juta jiwa, hanya 60.000 mahasiswa Indonesia yang bersekolah ke luar negeri. Sedih dan miris, perasaan itu bercampur aduk di hati Bimo. Sebab, Bimo merasakan sendiri bahwa program pengiriman tamatan SMA Indonesia sangat besar dampaknya bagi peningkatan kualitas SDM. Saat itulah muncul gagasan Bimo untuk berinvestasi di bidang pendidikan, Bimo pun terpicu mendirikan sebuah lembaga pendidikan untuk pengiriman tamatan SMA keluar negeri yang hingga kini sukses mengirimkan 2000 tamatan SMA untuk belajar ke negara-negara maju seperti Jerman, Prancis, Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang.

Bimo melihat dari perjalanan sejarah yang menunjukakan ada 4 kejayaan, yaitu kejayaan islam, kejayaan Eropa, kejayaan Jepang dan kejayaan Amerika Serikat. Islam maju karena ribuan orang dikirim untuk menerjemahan buku-buku dari Yunani dan Romawi. Perlahan Eropa bangkit dengan banyak mengirimkan ribuan orang ke Cordova, Turki dan Baghdad untuk menyerap ilmu pengetahuan dari Islam hingga menjadi negara maju. Amerika Serikat pun maju dengan menyerap ilmu pengetahuan dari Eropa. Jepang juga mengirimkan ribuan bahkan ratusan ribu orang ke Amerika Serikat dan Eropa tahun 1800an. Bahkan hingga saat ini semua negara maju masih mengirimkan mahasiswanya ke negara-negara maju lainnya. Jepang yang sangat maju sekalipun masih mengirimkan mahasiswanya sebanyak 20.000an ke negara maju Amerika Serikat.

Untuk itu, Bimo pun ingin mewujudkan mimpinya, muncul jutaan Habibie-Habibie baru yang bisa membuat bangsa Indonesia disegani negara lain. minimal ASEAN atau bahkan di dunia. Berikut perbincangan The Politic dengan tokoh muda pendidikan lulusan tiga universitas papan atas di Amerika dan Jerman ini:

Bisa diceritakan perjalanan anda hingga bisa kuliah di luar negeri? 
Saya lulus dari SMA 3 Bandung tahun 1990. Lalu ikut UMPTN dan masuk ITB Bandung jurusan Teknik Informatika. Nah, baru sebulan di ITB saya ikut program beasiswa Prof.Dr.BJ Habibie yang waktu itu menjabat menteri riset dan teknologi (ristek). Program itu rutin tiap tahun mulai dari tahun 1982 yang mengirim mahasiswa ke 9 negara maju dunia seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jepang, Jerman, Prancis, Belanda, Austria dan Australia untuk bidang studi teknologi. Lebih dari 150.000 peserta pertahun yang ikut seleksi, yang diterima berkisar sekitar 100 orang. Saya termasuk salah satu yang diterima untuk kuliah di Amerika Serikat dan mengambil jurusan sama seperti Prof.Dr.BJ Habibie dulu, yaitu teknik penerbangan atau aerospace engineering, di North Carolina State University, Ralegh, North Carolina, USA.

Berapa lama Anda kuliah di luar negeri?
Saya kuliah S1 dari tahun 1991-1995. Lalu setelah lulus saya ambil S2 juga di Amerika Serikat mengambil program master jurusan industrial engineering atau teknik industri di Arizona State University. Tahun 1996 saya pulang ke Indonesia dan berkarir sebentar di BPPT. Di tahun 2001 saya melanjutkan studi ke Jerman mengambil program MBA sampai lulus 2003, bekerja kembali di BPPT sambil mendirikan Euro Management Indonesia dan saat ini saya menjabat sebagai Sekjen IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie) yaitu suatu ikatan alumni yang terdiri dari para lulusan SMA terbaik di seluruh Indonesia yang berjumlah ± 1500 orang dari tahun 1982-1996, dikirim dari Kementerian  Riset dan Teknologi dalam program OFP, STMDP, STAID, IPTN dan PT PAL untuk melanjutkan studi S1 di bidang sains dan teknologi ke beberapa negara maju di dunia diantaranya: Jerma, USA, Prancis, Belanda, Inggris, Australia, Kanada, Austria dan Jepang.

Apakah saat di luar negeri banyak juga mahasiswa yang berasal dari Indonesia?
Saat itu hanya segelintir orang Indonesia yang kuliah di luar negeri. Padahal Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk yang banyak dan sekolah ke luar negeri itu tidak sesusah, serumit dan semahal yang dibayangkan. Sungguh miris, di tengah banyak negara lain seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja, China yang justru gencar mengirimkan puluhan ribu tamatan SMA untuk kuliah di negara maju seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang, Jerman, Prancis dan Belanda. Saya ingin sebanyak mungkin tamatan SMA bisa kuliah S1 ke negara-negara maju tersebut.

Jadi mahasiswa asal Malaysia, Vietnam, Kamboja, China sangat mendominasi jumlahnya di luar negeri ya?
Iya, Statistik menunjukan bahwa di Amerika, jumlah mahasiswa asal Cina sekitar 157.000 orang, India 103.000, Jepang 21.000 orang, dan indonesia sekitar 5000 – 6000 orang. Di Jerman, mahasiswa asal Indonesia sekitar 2000 orang, namun mahasiswa Cina di Jerman sampai 25.000 orang. Penduduk Cina itu 5 kali lipat penduduk Indonesia, jadi kalau mahasiswa Indonesia di Jerman hanya 2.000 orang artinya mahasiswa Cina di Jermanitu 10.000. Tapi nyatanya mahasiswa Cina di Jerman sampai 23.000.
Begitu juga di Australia, mahasiswa Indonesia 11.000 orang, sedangkan asal vietnam 10.000 orang. Padahal penduduk Vietnam hanya sekitar 90 juta orang. Artinya kalau penduduk Indonesia 250 Juta orang atau sekitar 3 kali Vietnam. Idealnya mahasiswa Indonesia di Australia 30.000 orang, nyatanya hanya 11.000 orang artinya Indonesia masih tertinggal dalam mengirimkan mahasiswa Indonesia ke negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Australia & Jerman.


Sebenernya apa keuntungan kuliah di negara maju bagi masyarakat Indonesia?
Banyak manfaat yang akan didapatkan jika kuliah di luar negeri, tidak hanya ilmu pengetahuan tapi juga mental, percaya diri, kemandirian, dan keberanian dan itu yang dibutuhkan bangsa Indonesia untuk maju bersaing di tingkat global dengan Cina, Malaysia, Kamboja dan negara-negara di dunia lainnya. Indonesia yang sedang berkembang, seharusnya bisa lebih banyak lagi mengirimkan mahasiswanya ke negara-negara maju. Indonesia masih membutuhkan dan harus menyerap ilmu dari negara-negara maju untuk digunakan di Indonesia. Tetapi saat ini ketika Malaysia, Vietnam, Kamboja, mengirimkan ribuan anak-anak SMA untuk kuliah di negara maju, justru mahasiswa dari Indonesia semakin berkurang. Di Amerika Serikat zaman saya kuliah ada 15.000 orang Indonesia, sekarang justru turun hanya tinggal 6.000 bahkan berhenti.

Di tahun 1980 sampai 1990 mahasiswa Indonesia di Jerman sekitar 7.000 orang dan sekarang ini tinggal 2.500 orang, apalagi di Prancis hanya 400 orang. Itu sangat menyedihkan, padahal saat ini jaman globalisasi dan informasi dimana-mana dan tingkat kehidupan masyarakat Indonesia jauh sudah meningkat berkali-kali lipat juga daya belinya jauh dibandingkan 20 tahun yang lalu.


Kenapa seharusnya untuk kuliah di luar negeri itu lulusan SMA buka S1?
Selama ini mindset orang Indonesia adalah ingin sekolah keluar negeri untuk program S2nya saja, inilah yang membuat Indonesia kalah tertinggal dengan negara lain. Kenapa bisa tertinggal, karna jaman dulu informasi tidak ada, keuangan keluarganya masih rendah, kuliah S1 di Indonesia masih murah sehingga banyak orang menganggap bahwa S2 saja keluar negerinya. Namun zaman sekarang informasi sudah ada, globalisasi dimana-mana, teknologi sudah canggih, jarak tempuh pendek, mentalnya masih muda, mudah beradaptasi, kemampuan bahasanya lebih cepat untuk mempelajari bahasa asing, dan untuk S1 di luar negeri kuliah lebih lama mencapai 4 – 5 tahun dibandingkan dengan kuliah S2 hanya 1 – 2 tahun, sehingga proses adaptasi dan pengenalan budaya di negara tersebut len=bih mudah sehingga saya merekomendasikan untuk tamatan SMA kesana sama halnya dengan Pak Habibie. Saya yakin untuk di sekolah tidak hanya dibutuhkan ilmunya sajam akan tetapi cara berpikir, mental, kepercayaan diri itulah tamatan SMA dibutuhkan.

Bagaimana Anda mellihat peran Pemerintah?
Pemerintah Indonesia masa kalah dengan pemerintah Malaysia, Vietnam, atau Kamboja apalagi Cina. Di Kamboja penduduknya hanya 13 juta orang, se per 20-nya bangsa Indonesia, teteapi mahasiswanya yang kuliah negeri sekitar 18.000. Kondisi ini miris, kalau mengacu pada jumlah penduduk Kamboja dibanding Indonesia maka seharusnya Indonesia mengirim tamatan SMA untuk kuliah ke luar negeri sekitar 360.000 an, faktanya 60.000an.

Untuk itu pemerintah perlu membuat program beasiswa yang dibiayai dengan seleksi yang bagus dan seleksi yang ketat. Tamatan SMA yang cerdas, pintar, bermental baik, memiliki nasionalisme bisa dikirim sekolah keluar negeri baik pemerintah pusat atau daerah seperti Gubernur, Walikota, Kementrian- kementrian, BUMN, Bank-bank Nasional, Institusi –institusi sosial, Partai politik atau dukungan pinjaman dari perbankan. Saya yakin 20 tahun lagi bangsa Indonesia akan maju. Seperti pada era kejayaan Islam, banyak siswa dari negara eropa dikirim ke negara – negara Islam seperti Syiria, Irak, dan Turki. Akhirnya setelah mereka menguasai ilmu, Eropa menjadi lebih maju, begitu juga Amerika, Jepang, Cina. Tak heran jika percepatan teknologi Cina itu berkembang pesat.

Jadi perlu dukungan besar dari pemerintah, agar program pak Habibie yang berhenti tahun 1997 bisa berjalan lagi. Apalagi menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN bisa masuk ke Indonesia untuk bekerja dengan ijazah dari berbagai belahan dunia. Bangsa ini harus unggul berwawasan global internasional.

Bagaimana perkembangan pengiriman mahasiswa Indonesia ke Luar Negeri, pencapaian apa yang telah Anda raih?
Alhamdulillah, lebih dari 13 tahun Euro Management Indonesia berdiri. Hingga kini saya sudah mengirimkan sebanyak hampir dari 2000 tamatan SMA terbaik bangsa ini di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Baik laki-laki maupun perempuan berbagai jenis SMA dari berbagi suku di daerah. Bayangkan zaman pak Habibie dulu, mengirimkan 1500 orang mahasiswa tamatan SMA, dan kini saya sudah mengirim 2000 orang. Saya cukup puas dan bangga dan akan terus berjuang mengirimkan lebih banyak lagi orang Indonesia untuk bersaing dengan Malaysia, Vietnam, Kamboja bahkan Cina.


Apa obsesi Anda ke depan?
Saya memiliki komitmen untuk men-drive pemerintah dan seluruh stake holdernya lain agar terus mengirimkan siswa-siswa tamatan SMAterbaik bangsa ini agar isa kuliah ke luar negeri. Di era pak Habibie dulu dengan uang masih terbatas bahkan pinjaman, masih bisa mengirim siswa Indonesia ke luae negeri sebanyak 1500- 2000 orang. Itu karena pak Habibie punya visi untuk mengirimkan sebanyak-banyaknya siswa tamatan SMA terbaik bangsa ini keluar negeri. Masih bisa mengirimkan siswa tamatan Indonesia ke luar negeri sebanyak-banyaknya. Saat ini, Indonesia semakin maju, informasi ada dan semakin mudah didapat, teknologi maju, uang ada dan uang kuliah juga tidak mahal. 

Kenapa tidak mengirimkan ribuan bahkan jutaan orang kuliah ke luar negeri?
Saya ingin terus berjuang dan berjuang mengirimkan ribuan bahkan jutaan anak Indonesia untuk kuliah di negara maju, karna dengan ini banyak anak Indonesia yang pintar berwawasan global dan lulusan luar negeri di negara-negara maju. Dan saya yakin akan muncul sejuta habibie baru yang akan menggetarkan dunia.
Sebagai penutup, saya cuplik ucapan yang paling menggetarkan bangsa ini dari Presiden Soekarno;
“Berikan aku 1000 orangtua, niscaya akan aku cabut semeru dari akarnya, Beri aku 10 Pemuda niscaya akan aku Guncangkan Dunia” –Soekarno-.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar