Jumat, 24 Juni 2016

Republika - Habibie dan Impian Alamiah Ibu Pertiwi



Habibie dan Impian Alamiah Ibu Pertiwi
Oleh  :  Bimo Joga Sasongko   *)


Ibu pertiwi engkau pegangan
Dalam Perjalanan
Janji pusaka dan sakti
Tanah tumpah darahku
Makmur dan suci

Potongan puisi yang sangat menggugah hati diatas adalah karya Presiden RI ketiga BJ Habibie yang pada 25 Juni usianya genap 80 tahun. Puisi tersebut menunjukkan bahwa BJ Habibie merupakan sosok yang amat sangat mencintai bangsanya. Baginya Ibu Pertiwi adalah personifikasi jiwa kebangsaan yang terkandung cita-cita dan mimpi yang harus diwujudkan.
 
Habibie muda yang biasa dipanggil Rudy sejak 1950 sudah memikirkan bagaimana dirinya bisa mewujudkan impian alamiah Ibu Pertiwi. Terpicu oleh sahabat karib semasa SMA di Kota Bandung yang bernama Lim Keng Kie, Rudi harus meninggalkan Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung lalu berjuang keras menjadi mahasiswa RWTH Aachen (Rheinisch Westfalische Technische Hochschule Aachen). Merupakan perguruan tinggi yang tertua di Jerman yang didirikan untuk menunjang tahapan revolusi industri. 

Impian alamiah Ibu Pertiwi semakin mengkristal dalam sanubari dan terngiang-ngiang di telinga Rudy. Terlebih ketika 1955 dirinya bertemu dengan Bung Karno dan menyimak gelora pidato Presiden RI pertama itu. Saat itu Bung Karno menyatakan impian-impian Ibu Pertiwi terkait dengan pentingnya kemandirian di sarana-prasarana perhubungan di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan kapal laut dan pesawat terbang yang dibuat di dalam negeri dan dilakukan dengan kompetensi putra-putri bangsa sendiri.

Dalam perjalanan sang waktu dan lintasan sejarah, harapan dan keinginan Bung Karno diatas telah dibayar lunas alias telah diwujudkan oleh BJ Habibie. Karena berhasilmendirikan bermacam wahana transformasi teknologi dan industri. Serta menyiapkan SDM unggul bangsa yang mampu bekerja sama dan bergotong royong mewujudkan impian alamiah Ibu Pertiwi.

Selain menyiapkan wahana dan SDM kelas dunia, BJ Habibie telah menyiapkan cetak biru pembangunan infrastruktur bangsa yang berbasis kemandirian dan proses nilai tambah  optimal yang berarti bagi perekonomian bangsa. Pemerintah saat ini seharusnya melanjutkan tahapan dan kerja detail BJ Habibie dalam membangun infrastruktur.

Pembangunan infrastruktur selayaknya dipersiapkan secara matang dari aspek SDM dan proses rancang bangunnya harus melibatkan pihak dalam negeri semaksimal mungkin. Pembangunan infrastruktur jangan dilepaskan begitu saja kepada investor luar negeri, sedangkan kita tinggal terima jadi.

Impian alamiah Ibu Pertiwi harus terus menerus diwujudkan oleh generasinya. Impian alamiah yang antara lain terkait dengan infrastruktur perhubungan, kebutuhan energi nasional hingga industri pertahanan dan keamanan perlu persiapan SDM secara detail.

Pemerintahan Presiden Jokowi saat ini sebaiknya banting setir menuju kemandirian secara totalitas, dalam membangun infrastruktur harus menyiapkan SDM dalam negeri secara besar-besaran. Karena pembangunan infrastruktur tidak berhenti begitu saja saat proyek selesai, tapi akan timbul persoalan teknis dan kontinuitas pengembangan infrastruktur.

Kita bisa menyimak bagaimana pada periode BJ Habibie menjabat Menteri ristek dan teknologi telah mengirimkan sekitar 4000 pemuda belia lulusan SMA untuk kuliah di perguruan tingi terkemuka dunia. Hampir semuanya berhasil menyelesaikan kuliah hingga strata S2 dan S3.

Kini mereka itu tersebar dalam berbagai lembaga pemerintahan dan swasta. Banyak diantara mereka kini menjadi pengembang dan inovator teknologi serta sukses melakukan transformasi proses dan model bisnis di berbagai perusahaan terkemuka. 

Saatnya Presiden Joko Widodo menghimpun dan menyinergikan ribuan anak-anak intelektual BJ Habibie untuk mencurahkan pikiran dalam pembangunan infrastruktur dan pengembangan industri dan Iptek Nasional.

Betapa detailnya BJ Habibie menyiapkan SDM unggul untuk transformasi bangsanya. Bisa kita lihat, dalam mewujudkan impian alamiah Ibu Pertiwi untuk terwujudnya Jembatan Udara kepulauan Nusantara telah dipersiapkan portofolio kompetensi sedemikian detailnya hingga dirumuskan job discription yang paling dasar. Portofolio itu bisa kita simak pada SDM PT Dirgantara Indonesia. 

Sebagai negara kepulauan, negeri ini membutuhkan strategi yang tepat dalam pengadaan pesawat komuter sebagai jembatan udara.Berkat BJ Habibie Indonesia telah memiliki strategi unggul dalam pengadaan pesawat komuter dengan cara memproduksi sendiri.Warisan ini seharusnya dikembangkan secara optimal oleh pemeritahan saat ini.

Selain membangun infrastruktur berupa fasilitas fabrikasi, permesinan, dan laboratorium yang hampir setara dengan perusahaan dirgantara raksasa Amerika Serikat yakni Boeing. BJ Habibie telah berhasil membentuk portofolio kompetensi dalam suatu sistem job establishment yang berkelas dunia. Yang meliputi postur SDM yang kompetensinya terdiri atas kelompok enginering terdapat 141 job-title, kelompok produksi 65 job-title, kelompok Human Resource 82 job-title, dan kelompok niaga 21 job-title. 

Postur SDM dan portofolio kompetensi yang sangat detail dan sesuai dengan perkembangan dunia tersebut juga terjadi di wahana maritim dalam hal ini PT PAL, wahana industri hankam dalam hal ini PT PINDAD dan lain-lainnya.

Para kader atau anak-anak intelektual BJ Habibie dalam karier dan karyanya pada saat ini sudah mencapai tahap maturitas atau sudah matang dibidangnya. Mereka kini dalam kisaran usia puncak produktivitas dan juga unggul dalam hal manajemen program dan proyek. 
Dengan kondisi seperti ini, jangan ada keraguan bagi Pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk segera melibatkan dan memeras otaknya anak-anak intelektual BJ Habibie demi untuk kemajuan dan daya saing bangsa pada era globalisasi.

Mereka kini berhimpun dan berkomunikasi dalam wadah Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE). BJ Habibie selalu berpesan dan menekankan terhadap anggota IABIE untuk bersikap inklusif dan selalu tampil digaris depan dalam menyelesaikan persoalan bangsa.

Warisan BJ Habibie yang berupa wahana industri dan kader intelektual juga sangat berguna untuk menyelesaikan program nasional kelistrikan 35 ribu MW yang kini menjadi perhatian Presiden Jokowi. Wahana tersebut berupa PT Nusantara Turbin dan Propulsi ( PT NTP) yang SDM-nya memiliki kemampuan setara dengan industri terkemuka dunia. Yakni General Electrics (GE) yang selama ini memproduksi berbagai turbin untuk pembangkit listrik, industri dan turbin gas untuk mesin pesawat terbang.

Pemerintahan Jokowi perlu merevitalisasi industri nasional terkait dengan infrastruktur kelistrikan khususnya teknologi pembangkit dengan menugaskan PT NTP sebagai ujung tombak program kelistrikan 35 ribu MW.Ternyata di negeri ini hanya ada satu turbine manufacturer yakni PT NTP. 

Itupun hanya sanggup mengerjakan proyek PLTU dengan daya maximum 7 MW sehinggaharus segera ditingkatkan kemampuannya. Sedangkan untuk membuat generator kalangan industri dalam negeri hanya mampu membuat dengan kapasitas maximum 15 MW. Sedangkan untuk rancang bangun boiler ada beberapa perusahaan yang kemampuan produksinya cuma mengerjakantipe stocker dengan kapasitas maximum 15 MW. 

Melihat kondisi itu alangkah baiknya pemerintah menggariskan kembali strategi transformasi industri dan teknologi warisan BJ Habibie. Kita perlu mengambil pelajaran berharga dari pengalaman transformasi teknologi dan industri di Eropa dan Amerika yang diawali dengan penguatan infrastruktur energi dan pembangkit listrik.

Dengan fokus memperkuat  kapasitas industri nasional untuk memproduksi berbagai jenis turbin, kompresor, generator, pompa dan berbagai perkakas permesinan. Jangan sampai pembangkit listrik sebagian besar komponennya diimpor dari Cina.

Begitu pula proses rancang bangun dan fabrikasi untuk instalasi pembangkit listrik diatas semuanya dilakukan oleh para insinyur dan teknisi dari Cina. Akibatnya para insinyur dan teknisi Indonesia harus gigit jari.



*) BIMO JOGA SASONGKO, Sekjen Pengurus Pusat IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie).



 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar