Kamis, 19 Mei 2016

Sambutan CEO untuk Hari Pendidikan Nasional - 2 Mei 2016



SAMBUTAN
PRESIDENT DIRECTOR & CEO
EURO MANAGEMENT INDONESIA
SENIN, 2 MEI 2016


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi dan salam sejahatera bagi kita semua,

Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kita semua dapat melaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2016, dalam keadaan sehat dan penuh semangat.

Melalui peringatan ini, perkenankan saya selaku President Director & CEO Euro Management Indonesia menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi –tingginya kepada seluruh insan pendidikan baik pemerintah maupun organisasi – organisasi yang bergerak di dunia pendidikan atas kepedulian dan perhatian yang diberikan dalam menumbuhkembangkan dunia pendidikan, kita juga selalu berdo’a agar para tokoh dan pejuang pendidikan yang telah mendahului kita memperoleh tempat yang layak disisi-Nya dan kita semua yang saat ini memperoleh amanah untuk mengelola pendidikan diberikan kekuatan dan kesabaran dalam mempersiapkan generasi masa depan yang lebih unggul.

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan ucapan “Selamat Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2016”. Semoga segala ikhtiar kita untuk memajukan dunia pendidikan dan SDM unggul bangsa ini menjadi semakin berkualitas.

Berdasarkan laporan Institusi Internasional seperti Bank Dunia dan McKinsey, Indonesia pada 2030 diprediksi menjadi salah satu dari enam  Negara terbesar Dunia bersama dengan China, Amerika Serikat, Jepang, Brazil dan Rusia.

Saya melihat dari perjalanan sejarah yang menunjukkan ada 4 kejayaan, yaitu kejayaan Islam di abad pertengahan, kejayaan Eropa,  lalu kejayaan Jepang dan kejayaan Amerika Serikat. Islam maju karena ribuan orang dikirim untuk menerjemahkan buku-buku dari Yunani dan Romawi. Perlahan Eropa mulai bangkit dengan banyak mengirimkan ribuan orang ke Cordova, Turki, dan Baghdad untuk menyerap ilmu pengetahuan dari Islam hingga menjadi maju. Amerika Serikat pun maju dengan menyerap ilmu pengetahuan dari Eropa. Jepang juga mengirimkan ribuan bahkan ratusan ribu orang ke Eropa dan Amerika Serikat tahun 1860 an. Bahkan hingga saat ini semua negara maju masih mengirimkan mahasiswanya ke negara-negara maju lainnya. Jepang yang sangat maju sekali masih mengirimkan mahasiswanya sebanyak 10.000/20.000 ke negara maju Amerika Serikat. 

Untuk itu, Saya pun ingin mewujudkan mimpi bangsa ini yakni muncul Jutaan Habibie – Habibie baru yang bisa membuat bangsa Indonesia disegani negara lain, baik di ASEAN atau di dunia.

Saat itu hanya segelintir orang Indonesia yang berkuliah di luar negeri. Padahal Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa, dan sekolah ke luar negeri itu tidak sesusah, serumit dan semahal yang dibayangkan. Bahkan ketika Program Beasiswa Prof. DR. B.J. Habibie berhenti di tahun 1997 karena Pak Habibie berhenti dari jabatan sebagai Presiden, hampir tidak ada lagi tamatan SMA yang sekolah ke luar negeri. Sungguh miris, di tengah banyak negara lain seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja, China yang justru gencar mengirimkan puluhan ribu tamatan SMA untuk kuliah ke negara maju seperti Amerika, Inggris,  Australia, Jepang, Jerman, Perancis, Belanda. 

Menurut datastatistik menunjukkan bahwa di Amerika, jumlah mahasiswa asal Cina sekitar 157.000 orang, India 103.000, Jepang 21.000 orang, dan Indonesia sekitar 5000 – 6000 orang. Di Jerman, mahasiswa asal Indonesia sekitar 2000 orang, namun mahasiswa Cina di Jerman sampai 25.000 orang. Penduduk China itu 5 kali lipat penduduk Indonesia, jadi kalau mahasiswa Indonesia di Jerman hanya 2.000 orang artinya mahasiswa Cina di Jerman itu 10.000. Tapi nyatanya mahasiswa Cina di Jerman sampai 23.000. 

Begitu juga di Australia, mahasiswa Indonesia 11.000 orang, sedangkan asal Vietnam 10.000 orang. Padahal penduduk Vietnam hanya sekitar 90 juta orang. Artinya kalau penduduk Indonesia 250 juta orang atau sekitar 3 kali Vietnam, idealnya mahasiswa Indonesia di Australia 30.000 orang, nyatanya hanya 11.000 orang Artinya Indonesia masih tertinggal dalam mengirimkan mahasiswa Indonesia ke negara-negara maju seperti US, UK, Jepang, Australia, Jerman begitu juga di negara – negara lain.

Banyak manfaat yang akan didapatkan jika kuliah ke luar negeri, tidak hanya ilmu pengetahuan tapi juga mental, percaya diri, kemandirian, dan keberanian dan itu yang dibutuhkan bangsa Indonesia untuk maju bersaing di tingkat global dengan Cina, Malaysia, Kamboja dll. Indonesia yang sedang berkembang, seharusnya bisa lebih banyak lagi mengirimkan mahasiswanya ke negara-negara maju. Indonesia masih membutuhkan dan harus menyerap ilmu dari negara-negara maju untuk digunakan di Indonesia.  Tetapi saat ini ketika Malaysia, Vietnam, Kamboja mengirim ribuan orang untuk kuliah di negara maju, justru mahasiswa dari Indonesia semakin berkurang. Di Amerika jaman saya kuliah ada 15.000 orang, sekarang justru turun hanya 6.000. Di tahun 1980 sampai 1990 mahasiswa Indonesia di Jerman sekitar 7000 orang dan sekarang ini tinggal 2500 orang, apalagi di Perancis hanya 400 orang. Itu menyedihkan padahal saat ini zaman globalisasi dan informasi dimana-mana dan tingkat kehidupan masyarakat sudah miningkat jauh dibanding 20 tahun yang lalu 

Selama ini mindset orang Indonesia ingin sekolah keluar negeri S2 saja, ini lah yang membuat Indonesia kalah tertinggal dengan negara lain. Karna zaman dulu informasi tidak ada, keuangan keluarganya masih sedikit, kuliah S1 di Indonesia masih murah sehinga banyak orang menganggap S2 saja keluar negeri nya, akan tetapi zaman sekarang infomasi sudah ada, globalisasi, biaya kuliah gratis, teknologi sudah canggih, mentalnya masih muda, mudah beradaptasi, kemampuan bahasanya lebih cepat untuk mempelajari bahasa asing, dan untuk S1 diluar negeri tinggalnya lebih lama 4 – 5 tahun dibandingkan dengan S2 hanya 1 – 2 tahun, sehingga proses adaptasi dan pengenalan budaya di negara tersebut lebih mudah sehingga saya merekomendasikan untuk tamatan SMA kesana sama halnya dengan Pak Habibie, karna yang dibutuhkan sekolah itu tidak hanya ilmu akan tetapi cara berfikir, mental, kepercaya dirian itulah tamatan SMA dibutuhkan. 

Pemerintah Indonesia kalah dengan pemerintah Malaysia, Vietnam, atau Kamboja apalagi Cina. Di Kamboja penduduknya hanya 13 juta orang, se per 20-nya bangsa Indonesia, tetapi mahasiswanya yang kuliah negeri sekitar 18.000. Kondisi ini miris, kalau mengacu pada jumlah penduduk Kamboja dibanding Indonesia maka seharusnya Indonesia mengirim tamatan SMA untuk kuliah ke luar negeri sekitar 360.000 an, faktanya 60.000 an.

Untuk itu pemerintah perlu membuat program beasiswa yang dibiayai dengan seleksi yang bagus dan seleksi yang ketat. Tamatan SMA yang cerdas, pintar, bermental baik, memiliki nasionalisme bisa dikirim sekolah ke luar negeri baik pemerintah pusat  atau daerah seperti Gubernur, Walikota, kementrian - kementrian, BUMN, Bank – Bank Nasional, Institusi – Institusi sosial, Partai politik  atau dukungan pinjaman dari perbankan. Saya yakin 20 tahun lagi bangsa Indonesia akan maju. Seperti pada era kejayaan Islam, banyak siswa dari negara Eropa dikirim ke negara-negara Islam seperti Syiria, Irak, dan Turki. Akhirnya setelah mereka menguasai ilmu, Eropa menjadi maju, begitu juga Amerika, Jepang, China. Tak heran jika percepatan teknologi China itu berkembang pesat. 

Jadi perlu dukungan besar dari pemerintah, agar program pak Habibie yang berhenti tahun 1997 bisa berjalan lagi. Apalagi menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN  (MEA) persaingan semakin ketat, seluruh masyarakat ASEAN bisa masuk ke Indonesia untuk bekerja dengan ijazah dari berbagai negara di dunia. Bangsa ini harus unggul berwawasan global internasional.

Alhamdulillah, Gerakan Mencetak Sejuta habibie Untuk Indonesia berawal dengan membangun sebuah perusahaan Euro Management Indonesia yang sudah lebih dari 13 tahun berdiri dan sebuah yayasan pendidikan Eropa Indonesia (YPEI) yang sudah berdiri hamper 6 tahun. Hingga kini saya sudah mengirimkan sebanyak hampir dari 2000 tamatan SMA seluruh Indonesia dari sabang sampai merauke. Baik laki-laki maupun perempuan berbagai jenis SMA dari berbagai suku di daerah. Bayangkan zaman pak Habibie dulu, hanya mengirimkan 1500 orang mahasiswa tamatan SMA, dan kini saya sudah mengirim 2000 orang. Saya cukup puas dan bangga dan akan terus berjuang mengirimkan lebih banyak lagi orang Indonesia untuk bersaing dengan Malaysia, Vietnam, Kamboja dan lainnya.

Saya memiliki komitmen untuk men-drive pemerintah dan seluruh stake holdernya lain agar terus mengirimkan siswa-siswa tamatan SMA agar bisa kuliah ke luar negeri. Di era pak Habibie dulu dengan uang masih terbatas bahkan pinjaman, masih bisa mengirim siswa Indonesia ke luar negeri. Itu karena pak Habibie punya visi untuk mengirimkan siswa-siswanya tamatan SMA ke luar negeri. Saat ini, Indonesia semakin maju, infomasi ada dan semakin mudah didapat, teknologi maju, uang ada dan uang kuliah juga tidak mahal. Kenapa tidak mengirimkan ribuan orang kuliah ke luar negeri? 

Saya ingin terus berjuang dan berjuang mengirimkan ribuan orang Indonesia untuk kuliah di negara maju melalui Gerakan Mencetak Sejuta Habibie Untuk Indonesia. Saya yakin bangsa ini akan maju karena banyak orang Indonesia yang pintar, tinggal diberikan akses saja. Di era Habibie bisa ada satu Habibie, saat sekarang sudah harus muncul Habibie-habibie lainnya.

Saya yakin, satu – satunya cara mempercepat kemajuan Indonesia adalah mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul. Mereka harus melanjutkan studi ke Negara – Negara maju Dunia. Kita berharap tahun 2030 para pelajar yang kuliah di luar negeri kembali ke Indonesia untuk membangun Negara ini lebih baik lagi. ApalagisaatinisudahmemasukiMasyarakatEkonomi ASEAN (MEA) persaingan semakin ketat, seluruh masyarakat ASEAN bisa masuk ke Indonesia untuk bekerja dengan ijazah dari berbagai negara di dunia.Untuk itu Bangsa ini harus unggul dan berwawasan global internasional.

Akhirnya, marikitatingkatkansumberdayamanusia (SDM) yang unggul, serta kita tingkatkan upaya serta keikhlasan kita dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat, semoga apa yang kita lakukan dalam dunia pendidikan selama ini, menjadi bagian dari amal ibadah kita. Terimakasih.

Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh,

Jakarta, 2 Mei 2016


BimoSasongko, BSAE, MSEIE, MBA
President Director & CEO


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar