Selasa, 25 Oktober 2016

Hari Santri dan Jihad Produktivitas

GAGASAN DAN OPINI

Bimo Sasongko BSAE, MSEIE, MBA
- Ketua Umum IABIE
  (Ikatan Alumni Program Habibie)
- Pendiri Euro Management Indonesia

"Saatnya pesantren menjadi entitas yang memikirkan dan proaktif untuk meningkatkan produktivitas. Produktivitas nasional tidak jatuh begitu saja dari langit, tetapi perlu perjuangan plus strategi dan tahapan. Tingkat produktivitas bangsa yang hingga kini masih rendah adalah tanggung jawab seluruh elemen bangsa."

Gagasan Bimo Sasongko tersebut dituangkan dalam tulisan:
Hari Santri dan Jihad Produktivitas
Dimuat dalam Koran Tribun Jabar, kolom Forum, hal. 6, Senin 24 Oktober 2016.



Hari Santri dan Jihad Produktivitas
Hari santri diperingati secara nasional setiap 22 Oktober. Tema Hari Santri tahun ini adalah “Dari Pesantren untuk Indonesia”. Para santri yang jumlahnya jutaan adalah kaum muda belia yang sangat menentukan masa depan bangsa.

Latar belakang ditetapkannya Hari Santri terkait dengan esensi bela negara yang bertajuk Resolusi Jihad yang pernah diserukan oleh pendiri Nahdatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy`ari pasca proklamasi kemerdekaan. Konteks jihad yang tepat dan sangat relevan pada saat ini adalah berjihad untuk menggenjot produktivitas. Para santri saatnya berjihad produktivitas untuk mewujudkan kemakmuran di pedesaan.

Santri memiliki potensi besar untuk memajukan Indonesia setara dengan bangsa lain. Para santri patut diberi kesempatan untuk berwiraswasta dan menciptakan produk yang bernilai tambah tinggi. Jutaan santri setiap tahun silih berganti mengisi kelas pesantren di  seluruh pelosok negeri ini. Mereka harus dibekali bekal agar nantinya tidak hanya pandai berdakwah, tetapi juga mampu berniaga dan menciptakan nilai tambah berbagai produk.

Hari santri relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang kekurangan jumlah wirausahawan. Dibandingkan dengan negara lain, prosentase jumlah pengusaha di Indonesia hanya sekitar 1,65 persen dari jumlah penduduk saat ini. Padahal suatu negara dikatakan berdaya saing global jika jumlah wiraswastanya melampaui 2 persen. Para santri yang jumlahnya jutaan perlu didorong untuk menjadi pelaku usaha di perdesaan. Perlu menanamkan budaya berwirausaha di kalangan santri untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain. Para santri merupakan segmen yang sangat ideal untuk diarahkan menjadi pengusaha di perdesaan.

Perlu cara yang efektif untuk mencetak santri wirausaha. Saatnya para santri didorong untuk menjadi pelaku UMKM yang kreatif dan ulet. Peran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terhadap ekonomi bangsa-bangsa di dunia sangat luar biasa.

Hal itu ditunjukkan oleh Prof Herman Simon dengan mengambil kajian ekonomi di beberapa negara. Ternyata UMKM merupakan jagoan tidak kentara yang mampu menjadi penyelamat ekonomi nasional. Hermann Simon adalah pemikir manajemen yang sangat berpengaruh setelah Peter Drucker. Dia pernah menjadi kepala European Marketing Academy.

Eksistensi UMKM yang menjadi jagoan menunjukkan mengapa Jerman selama ini mampu menjadi pengekspor terbesar di dunia. Ternyata kekuatan ekspor Jerman tidaklah terletak pada korporasi raksasanya seperti Volkswagen, Siemens, dan Bosch. Melainkan pada peran ribuan jagoan UMKM. Sekadar catatan, separo dari jagoan UMKM di dunia adalah perusahaan dari Jerman. Perkembangan serupa juga terjadi di negara-negara pengeskpor besar lainnya.

Saatnya pesantren menjadi entitas yang memikirkan dan proaktif untuk meningkatkan produktivitas. Produktivitas nasional tidak jatuh begitu saja dari langit, tetapi perlu perjuangan plus strategi dan tahapan. Tingkat produktivitas bangsa yang hingga kini masih rendah adalah tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Untuk itulah jihad produktivitas sangat relevan untuk dijalankan. Pesantren sebaiknya mulai mengkaji berbagai ajaran keagamaan yang bisa menimbulkan ghiroh atau greget untuk memacu usaha dan produktivitas.

Hakikat produktivitas ketenaga kerjaan adalah tingkat kemampuan pekerja menghasilkan produk dan jasa. Berbagai factor mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, termasuk juga factor keagamaan dan social ketenaga kerjaan. Searah dengan itu pesantren diharapkan memakai strategi yang lebih tepat dan mendunia yakni strategi global reserve innovation. Strategi tersebut juga bisa memperluas lapangan kerja karena berbasis inovasi dan teknologi tepat guna.

Jihad produktivitas juga bisa memperluas lapangan kerja. Hal itu sebagai solusi untuk mengatasi pertumbuhan angkatan kerja di Indonesia yang sekitar 2,9 juta per tahun, sebagian besar atau sekitar 80% diantaranya adalah tenaga kerja yang kurang terlatih. Perlu penataan kompetensi ketenaga kerjaan bagi para santri. Kompetensi terkait erat dengan kondisi lapangan kerja yang cocok untuk perdesaan utamanya pada sector pertanian.

Apalagi produktivitas sector pertanian di negara maju dengan negara berkembang seperti halnya Indonesia masih sangat timpang. Sejak tahun 2000 kesenjangan produktivitas pertanian tersebut berkisar 50 banding 1. Banyak factor yang menyebabkan produktivitas pertanian masih terpuruk, antara lain factor inovasi dan mekanisasi usaha pertanian.

Indonesia kini membutuhkan banyak pahlawan masa kini, yakni tokoh yang mampu menggenjot produktivitas bangsa. Dibandingkan dengan negara lain, produktivitas tenaga kerja di Tanah Air masih lebih rendah dari rata-rata negara anggota Asian Productivity Organisation (APO) atau Organisasi Produktivitas Asia. Singapura memiliki tingkat produktivitas tertinggi pada 2015, yaitu sekitar 121,9 dolar AS, sementara Indonesia hanya sekitar 21,9 Dolar AS. Posisi Indonesia pada 2015, juga masih berada di bawah Malaysia dan Thailand bahkan Sri Lanka.

Sungguh prihatin melihat fenomena gap produktivitas (productivity gap analysis)  antara Korea Selatan, Malaysia dan Indonesia. Di mana produktivitas Korea Selatan lebih tinggi sekitar 6,35 kali (635%) dari produktivitas Indonesia. Produktivitas Malaysia lebih tinggi sekitar 2,93 kali (293%) dari produktivitas Indonesia. Produktivitas Korea Selatan lebih tinggi sekitar 2,17 kali (217 %) dari produktivitas Malaysia.

Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN, tak ada kata lain yang lebih penting, selain memperbaiki secara totalitas produktivitas dan nilai tambah local. Sektor pertama yang mesti dibenahi adalah sector industry pengolahan agar bisa memainkan peran yang lebih besar dalam perekonomian Indonesia. Saatnya sector industry pengolahan berkontribusi untuk mendongkrak perekonomian dan menyediakan sumber pekerjaan yang berkualitas bagi angkatan kerja nasional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar